China 'Tidak Undang' WHO Gabung dalam Investigasi COVID-19

Jum'at, 01 Mei 2020 - 00:44 WIB
"Tidak mungkin bahwa dengan epidemi seperti ini ia tetap berada pada angka 41 tepatnya," ulasnya.

"Tapi ya, apakah ada lebih banyak kasus? Itu adalah sesuatu yang harus dijawab China," ia menekankan.

Pertanyaan utama dalam awal wabah virus adalah apakah dapat ditularkan dari manusia ke manusia - suatu karakteristik yang akan membuatnya lebih mungkin untuk menyebar secara luas daripada jika infeksi bergantung pada kontaminasi langsung dari sumber asli, yang masih dianggap berasal dari Pasar Seafood Huanan di Wuhan.

WHO telah dikritik karena tweet yang diposting pada 14 Januari, mengatakan investigasi awal yang dilakukan oleh otoritas China tidak menemukan bukti yang jelas tentang penularan dari manusia ke manusia. Pada hari yang sama, di Jenewa, seorang pejabat WHO mengatakan ada kasus "terbatas" penularan dari manusia ke manusia.

Galea mengatakan bahwa pada saat itu WHO semakin khawatir dan yakin, sangat curiga akan ada penularan dari manusia ke manusia.

"Namun, kasus-kasus yang telah disampaikan kepada kami dan penyelidikan belum dikonfirmasi 100%," jelasnya.

Itu berubah ketika tim WHO China dapat melakukan kunjungan singkat ke Wuhan, dari 20-21 Januari dalam pertemuan yang hampir santai.

"Petugas kesehatan hanya menawarkan diri begitu kita memasuki klinik demam," kata Galea.

"Kami ditunjukkan sekitar pada saat itu sistem darurat yang telah ditetapkan dan kami hanya mengajukannya sebagai salah satu pertanyaan pertama. Dan segera kami mendapat jawaban itu. Dalam hal itu mereka mengatakan mereka memiliki dua kasus, dua petugas kesehatan yang terinfeksi," ungkapnya

Pada 20 Januari, China mengumumkan bahwa virus itu menular dari manusia ke manusia.

WHO di China sekarang sedang mempelajari pencegahan epidemi negara saat ini, karena wabah telah dikendalikan dan penguncian telah dicabut.

Tetapi Galea mendesak agar berhati-hati, terutama tentang prospek vaksin.

"Fakta bahwa kita belum memiliki vaksin (yang di produksi) untuk virus Corona apa pun menunjukkan bahwa kita tidak boleh membuat rencana. Fakta bahwa kita akan memiliki vaksin dengan tanggal ini dan itu," tukasnya.

Sebelumnya Pemerintah Australia telah mengatakan bahwa penyelidikan publik yang independen harus dilakukan terhadap asal-usul COVID-19, suatu langkah yang menurut laporan negara-negara Uni Eropa sedang dipertimbangkan untuk mendukung secara publik.

China kemudian bereaksi dengan marah, mengatakan bahwa penyelidikan terhadap virus itu seharusnya menjadi masalah bagi para ilmuwan.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More