Anggaran Pertahanan Naik, Tetangga Dekat Indonesia Borong 8 Jet Tempur Siluman F-35
Kamis, 29 Februari 2024 - 13:41 WIB
SINGAPURA - Singapura, salah satu tetangga dekat Indonesia, akan membeli delapan unit jet tempur siluman F-35A. Keputusan ini diambil setelah anggaran pertahanan negara itu naik 2,5 persen dari tahun sebelumnya.
Menteri Pertahanan Ng Eng Hen mengatakan Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF) akan membeli delapan pesawat buatan Lockheed Martin Amerika Serikat tersebut untuk melayani kebutuhan keamanan negara.
Dalam debat anggaran Kementerian Pertahanan (MINDEF) di Parlemen pada hari Rabu, Ng mengatakan pesawat-pesawat tersebut diperkirakan akan dikirim sekitar tahun 2030.
Jumlah ini melebihi pesanan RSAF yang sudah ada, yakni sebanyak 12 jet F-35 varian “B”. Dengan pesanan baru ini, armada pesawat tempur F-35 Singapura akan menjadi 20 unit.
"Setelah beroperasi, jet F-35 akan menempatkan Angkatan Udara Singapura di 'liga utama'," katanya, seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (29/2/2024).
Ng mengatakan pembelian F-35A tersebut diatur waktunya untuk memanfaatkan “jendela peluang”.
Menurutnya, harga F-35 kini lebih kompetitif di tengah banyaknya pesanan yang sehat untuk jet tersebut secara global. Namun dia menolak mengungkapkan biaya pembelian delapan F-35A.
Kepada Parlemen, Ng mengatakan bahwa secara keseluruhan, pengeluaran MINDEF akan mencapai SD20,2 miliar (USD15 miliar) untuk tahun fiskal 2024/2025, naik 2,5 persen dari tahun sebelumnya.
Namun Ng menekankan bahwa meskipun ada peningkatan nominal dalam belanja pertahanan, porsi belanja pertahanan dalam persentase terhadap produk domestik bruto (PDB) telah menurun karena telah dikalahkan oleh pertumbuhan ekonomi.
Sekitar 20 tahun yang lalu, Singapura membelanjakan sekitar 5 persen PDB-nya untuk pertahanan.
Pada tahun anggaran saat ini dan tahun depan, anggaran pertahanan tetap stabil pada angka 3 persen, meskipun total belanja pemerintah sebagai persentase terhadap PDB telah meningkat.
Ng mengatakan MINDEF memperkirakan pengeluarannya akan tetap “dalam kisaran ini” selama dekade berikutnya, kecuali jika terjadi konflik dan perang.
Dia menambahkan bahwa penurunan persentase PDB bukan karena SAF mengurangi anggaran yang diperlukan untuk membela Singapura, namun karena belanja berkelanjutan untuk membangun militer yang kuat dalam jangka panjang.
“Jadi hari ini, kami menuai keuntungan dari jumlah yang kami masukkan secara terus-menerus selama 20 tahun terakhir. Dan jika kita terus berinvestasi dengan bijak, kita akan meraup lebih banyak dividen di masa depan,” ujarnya.
Menteri Pertahanan Ng Eng Hen mengatakan Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF) akan membeli delapan pesawat buatan Lockheed Martin Amerika Serikat tersebut untuk melayani kebutuhan keamanan negara.
Dalam debat anggaran Kementerian Pertahanan (MINDEF) di Parlemen pada hari Rabu, Ng mengatakan pesawat-pesawat tersebut diperkirakan akan dikirim sekitar tahun 2030.
Jumlah ini melebihi pesanan RSAF yang sudah ada, yakni sebanyak 12 jet F-35 varian “B”. Dengan pesanan baru ini, armada pesawat tempur F-35 Singapura akan menjadi 20 unit.
"Setelah beroperasi, jet F-35 akan menempatkan Angkatan Udara Singapura di 'liga utama'," katanya, seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (29/2/2024).
Ng mengatakan pembelian F-35A tersebut diatur waktunya untuk memanfaatkan “jendela peluang”.
Menurutnya, harga F-35 kini lebih kompetitif di tengah banyaknya pesanan yang sehat untuk jet tersebut secara global. Namun dia menolak mengungkapkan biaya pembelian delapan F-35A.
Kepada Parlemen, Ng mengatakan bahwa secara keseluruhan, pengeluaran MINDEF akan mencapai SD20,2 miliar (USD15 miliar) untuk tahun fiskal 2024/2025, naik 2,5 persen dari tahun sebelumnya.
Namun Ng menekankan bahwa meskipun ada peningkatan nominal dalam belanja pertahanan, porsi belanja pertahanan dalam persentase terhadap produk domestik bruto (PDB) telah menurun karena telah dikalahkan oleh pertumbuhan ekonomi.
Sekitar 20 tahun yang lalu, Singapura membelanjakan sekitar 5 persen PDB-nya untuk pertahanan.
Pada tahun anggaran saat ini dan tahun depan, anggaran pertahanan tetap stabil pada angka 3 persen, meskipun total belanja pemerintah sebagai persentase terhadap PDB telah meningkat.
Ng mengatakan MINDEF memperkirakan pengeluarannya akan tetap “dalam kisaran ini” selama dekade berikutnya, kecuali jika terjadi konflik dan perang.
Dia menambahkan bahwa penurunan persentase PDB bukan karena SAF mengurangi anggaran yang diperlukan untuk membela Singapura, namun karena belanja berkelanjutan untuk membangun militer yang kuat dalam jangka panjang.
“Jadi hari ini, kami menuai keuntungan dari jumlah yang kami masukkan secara terus-menerus selama 20 tahun terakhir. Dan jika kita terus berinvestasi dengan bijak, kita akan meraup lebih banyak dividen di masa depan,” ujarnya.
(mas)
tulis komentar anda