Warga Gaza Kini Terpaksa Makan Rumput karena Kelaparan

Sabtu, 10 Februari 2024 - 09:10 WIB
Anak-anak antre makanan di Rafah, Jalur Gaza. Foto/REUTERS
GAZA - Warga Palestina yang terjebak di Jalur Gaza yang terkepung dan dibombardir secara besar-besaran terpaksa memakan rumput karena kelaparan.

Israel terus menghambat pengiriman bantuan kepada warga sipil di wilayah tersebut, menurut peringatan ActionAid.

Selain situasi kemanusiaan dan kurangnya makanan, air dan perawatan medis, penduduk yang telah beberapa kali mengungsi sejak 7 Oktober, kini berisiko terpaksa keluar dari tempat penampungan mereka lagi karena Israel tampaknya akan memperluas serangan daratnya ke kota Rafah.



Kota paling selatan Gaza itu telah menjadi tempat mengungsi lebih dari 1,4 juta warga Palestina yang kini tinggal di tenda-tenda darurat.

Di tengah kekhawatiran akan terjadinya invasi darat di Rafah, ActionAid memperingatkan setiap peningkatan serangan terhadap wilayah tersebut, yang sekarang menjadi rumah bagi lebih dari separuh penduduk Gaza, akan menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk.

“Tidak ada tempat lagi bagi warga Gaza untuk mengungsi. Lebih dari 85% dari 2,3 juta penduduknya terpaksa meninggalkan rumah mereka selama empat bulan terakhir, dan banyak di antaranya yang terpaksa mengungsi berkali-kali,” papar pernyataan ActionAid.

ActionAid menjelaskan, “Gelombang besar orang yang tiba di Rafah telah memberikan tekanan besar pada infrastruktur dan sumber daya, namun ribuan orang terus berdatangan.”



Kepadatan penduduk sangat ekstrem, ruang yang tersedia hanya dapat digunakan untuk tenda, beberapa di antaranya dapat menampung hingga 12 orang.

Ribuan orang hidup berdesakan di tempat penampungan yang semakin tidak sehat, di mana ratusan orang berbagi satu toilet.

“Masyarakat sekarang sangat putus asa sehingga mereka makan rumput sebagai upaya terakhir untuk mencegah kelaparan,” ungkap Riham Jafari, koordinator advokasi dan komunikasi di ActionAid Palestine.

“Setiap orang di Gaza sekarang kelaparan, dan orang-orang hanya mendapat 1,5 hingga 2 liter air yang tidak aman setiap hari untuk memenuhi semua kebutuhan mereka,” ungkap kelompok bantuan tersebut.

“Tanpa makanan yang cukup dan pakaian yang memadai untuk cuaca dingin dan hujan, masyarakat lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi yang menyebar dengan cepat ke seluruh populasi,” papar pernyataan ActionAid.

“Kami sangat prihatin dengan laporan potensi invasi darat di Rafah dan peningkatan serangan udara di wilayah tersebut. Mari kita perjelas: setiap peningkatan permusuhan di Rafah, tempat lebih dari 1,4 juta orang mengungsi, akan menjadi bencana besar… Ke mana lagi penduduk Gaza yang kelelahan dan kelaparan harus pergi?” tanya Jafari.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More