Profil Ahmed Awad bin Mubarak, PM Yaman Pengganti Maeen Abdulmalik Saeed
Rabu, 07 Februari 2024 - 13:15 WIB
SANAA - Ahmed Awad bin Mubarak secara resmi ditunjuk menjadi Perdana Menteri Yaman yang baru, menggantikan Maeen Abdulmalik Saeed.
Langkah ini dilakukan negara tersebut setelah meningkatnya ketegangan yang disebabkan kelompok Houthi.
Keputusan ini dikeluarkan pada hari Senin oleh Dewan Pimpinan Kepresidenan Yaman dan dimuat kantor berita resmi Saba. Namun pernyataan itu tidak memberikan alasan tentang pergantian kekuasaan tersebut.
Menurut Al Jazeera, Ahmed Awad bin Mubarak merupakan sosok yang secara luas dipandang sebagai musuh setia pemberontak Houthi. Hal itu membuat keputusan Yaman untuk mengangkatnya jadi cukup kontroversial.
Mohammed Al-Basha, seorang pakar Yaman untuk kelompok penelitian Navanti yang berbasis di AS, mengatakan jika penunjukkan Ahmed “kemungkinan akan meningkatkan ketegangan antara Houthi dan pemerintah yang diakui secara internasional”.
Ahmed Awad bin Mubarak merupakan politikus yang berasal dari Aden, Yaman. Dalam riwayat pendidikannya, pria kelahiran 1968 tersebut merupakan penerima gelar PhD di bidang administrasi bisnis dari Universitas Baghdad.
Setelah lulus, dirinya sempat menjabat sebagai konsultan untuk berbagai proyek internasional di Yaman di bidang pendidikan, ketenagakerjaan dan pembangunan internasional. Tidak lama setelah itu Ahmed diangkat untuk menjadi profesor di Universitas Sana'a.
Ketika berada di Universitas Sains dan Teknologi Sanaa, ia pernah menjabat sebagai kepala departemen teknologi informasi administrasi dan administrasi pemasaran dan produksi, serta menjadi manajer jaminan kualitas dan pengembangan dari tahun 2007 hingga 2009.
Kariernya di dunia politik dimulai pada tahun 2013, pada saat itu Ahmed terpilih sebagai sekretaris jenderal konferensi dialog rekonsiliasi nasional, yang terdiri dari perwakilan semua partai politik dan kelompok masyarakat, yang bertugas melakukan reformasi.
Ahmed menjadi terkenal pada tahun 2015, ketika dia diculik oleh Houthi. Pada saat itu dirinya tengah menjabat sebagai kepala staf kepresidenan Yaman selama perebutan kekuasaan dengan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Penangkapan bin Mubarak turut menjerumuskan Yaman ke dalam krisis politik, yang mengakibatkan bentrokan antara Houthi dan pengawal presiden Hadi yang mendorong presiden dan pemerintah untuk mengundurkan diri.
Atas apa yang telah terjadi padanya, pada tanggal 3 Agustus 2015, Ahmed langsung diangkat menjadi Duta Besar Yaman untuk Amerika Serikat, dan juga ditunjuk sebagai duta besar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2018.
Hingga pada 5 Februari 2024, Dewan Pimpinan Kepresidenan Yaman yang diakui secara internasional menunjuk Bin Mubarak sebagai Perdana Menteri, menggantikan Maeen Abdulmalik Saeed.
Langkah ini dilakukan negara tersebut setelah meningkatnya ketegangan yang disebabkan kelompok Houthi.
Keputusan ini dikeluarkan pada hari Senin oleh Dewan Pimpinan Kepresidenan Yaman dan dimuat kantor berita resmi Saba. Namun pernyataan itu tidak memberikan alasan tentang pergantian kekuasaan tersebut.
Menurut Al Jazeera, Ahmed Awad bin Mubarak merupakan sosok yang secara luas dipandang sebagai musuh setia pemberontak Houthi. Hal itu membuat keputusan Yaman untuk mengangkatnya jadi cukup kontroversial.
Mohammed Al-Basha, seorang pakar Yaman untuk kelompok penelitian Navanti yang berbasis di AS, mengatakan jika penunjukkan Ahmed “kemungkinan akan meningkatkan ketegangan antara Houthi dan pemerintah yang diakui secara internasional”.
Profil Ahmed Awad bin Mubarak
Ahmed Awad bin Mubarak merupakan politikus yang berasal dari Aden, Yaman. Dalam riwayat pendidikannya, pria kelahiran 1968 tersebut merupakan penerima gelar PhD di bidang administrasi bisnis dari Universitas Baghdad.
Setelah lulus, dirinya sempat menjabat sebagai konsultan untuk berbagai proyek internasional di Yaman di bidang pendidikan, ketenagakerjaan dan pembangunan internasional. Tidak lama setelah itu Ahmed diangkat untuk menjadi profesor di Universitas Sana'a.
Ketika berada di Universitas Sains dan Teknologi Sanaa, ia pernah menjabat sebagai kepala departemen teknologi informasi administrasi dan administrasi pemasaran dan produksi, serta menjadi manajer jaminan kualitas dan pengembangan dari tahun 2007 hingga 2009.
Kariernya di dunia politik dimulai pada tahun 2013, pada saat itu Ahmed terpilih sebagai sekretaris jenderal konferensi dialog rekonsiliasi nasional, yang terdiri dari perwakilan semua partai politik dan kelompok masyarakat, yang bertugas melakukan reformasi.
Ahmed menjadi terkenal pada tahun 2015, ketika dia diculik oleh Houthi. Pada saat itu dirinya tengah menjabat sebagai kepala staf kepresidenan Yaman selama perebutan kekuasaan dengan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Penangkapan bin Mubarak turut menjerumuskan Yaman ke dalam krisis politik, yang mengakibatkan bentrokan antara Houthi dan pengawal presiden Hadi yang mendorong presiden dan pemerintah untuk mengundurkan diri.
Atas apa yang telah terjadi padanya, pada tanggal 3 Agustus 2015, Ahmed langsung diangkat menjadi Duta Besar Yaman untuk Amerika Serikat, dan juga ditunjuk sebagai duta besar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2018.
Hingga pada 5 Februari 2024, Dewan Pimpinan Kepresidenan Yaman yang diakui secara internasional menunjuk Bin Mubarak sebagai Perdana Menteri, menggantikan Maeen Abdulmalik Saeed.
(sya)
tulis komentar anda