5 Alasan Konflik ECOWAS Bisa Memicu Perang Baru di Afrika

Kamis, 01 Februari 2024 - 20:20 WIB
Melansir Reuters, ECOWAS telah menanggapi gelombang kudeta di wilayah tersebut sejak tahun 2020 dengan sanksi yang disebut junta “ilegal dan tidak manusiawi.” Blok tersebut juga mengancam akan menggunakan kekerasan untuk memulihkan pemerintahan konstitusional di Niger, namun tidak menindaklanjutinya.

Pada hari Senin, ketua ECOWAS Nigeria mengatakan otoritas militer yang “tidak dipilih” di ketiga negara telah mengecewakan rakyatnya, namun menambahkan pihaknya tetap bersedia untuk terlibat dengan mereka.

Didirikan pada tahun 1975, ECOWAS berupaya untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan politik di wilayah yang terfragmentasi, yang merupakan rumah bagi bekas jajahan Perancis dan Inggris.

Mucahid Durmaz, analis senior Afrika Barat di perusahaan intelijen risiko Verisk Maplecroft, mengatakan dia sekarang memperkirakan kenaikan tarif dan pembatasan baru terhadap pergerakan orang, barang, dan uang.

Sedangkan Charlie Robertson, kepala kepala strategi makro di perusahaan manajemen investasi FIM Partners yang berbasis di London, langkah ketiganya kemungkinan merupakan tujuan bunuh diri yang paling konyol sejak Inggris memilih Brexit

“Ketiga negara tersebut sudah menjadi negara termiskin di ECOWAS, dan bahkan di dunia – dan keluarnya negara tersebut tidak akan membantu,” katanya, seraya menambahkan bahwa ketiga negara tersebut hanya menyumbang 8% dari produk domestik bruto (PDB) blok tersebut.

Berdasarkan peraturan ECOWAS, meninggalkan blok tersebut membutuhkan waktu setidaknya satu tahun, sehingga mereka yang tinggal di luar negara asal mereka tidak akan menghadapi konsekuensi langsung.

3. Konflik Baru Akan Muncul



Foto/Reuters

Namun dalam skenario terburuk, “kita bisa melihat salah satu pergerakan besar orang yang telah kita lihat selama beberapa dekade – warga di seluruh subkawasan mengemas barang-barang mereka dan pulang ke rumah,” kata Kwesi Aning, seorang analis keamanan yang berbasis di Ghana.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More