Papua Nugini Rusuh karena Gaji Polisi-Tentara Dipotong: Toko-toko Dijarah, 15 Tewas

Kamis, 11 Januari 2024 - 11:58 WIB
Pemerintah China telah mengajukan keluhan kepada pemerintah Papua Nugini, menyusul laporan bahwa para perusuh menargetkan bisnis milik warganya.

Warga Port Moresby, Jerry Mathew (30), mengatakan banyak toko berada di bawah ancaman.

“Beberapa bagian kota aman, namun pusat-pusat besar lainnya tidak,” katanya kepada AFP ketika kerusuhan berkecamuk pada Rabu malam.

Gubernur Distrik Ibu Kota Nasional Powes Parkop mengatakan kerusuhan tersebut mewakili tingkat perselisihan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Port Moresby.

Sementara itu, surat kabar lokal Post Courier menyebutnya sebagai "hari paling gelap".

“Yang paling penting adalah kita harus mengakhiri perselisihan ini,” kata Parkop kepada stasiun radio lokal pada Rabu malam.

"Tak seorang pun akan menjadi pemenang dalam kerusuhan sipil seperti ini."

Pasukan keamanan melancarkan protes di dalam Parlemen Papua Nugini setelah mengetahui gaji mereka dipotong tanpa penjelasan.

Meskipun pemerintah dengan cepat berjanji untuk memperbaiki apa yang disebutnya sebagai "kesalahan penggajian", hal ini tidak cukup untuk menghentikan warga sipil yang tidak puas untuk ikut serta dalam permasalahan tersebut.

Ledakan kekerasan ini menyoroti kehidupan yang sering bergejolak di Papua Nugini, sebuah negara yang dilanda kemiskinan dan tingkat kejahatan yang tinggi.

Terletak kurang dari 200 kilometer (125 mil) dari perbatasan paling utara Australia, Papua Nugini adalah negara bagian terbesar dan terpadat di Melanesia.

Meskipun negara ini kaya akan cadangan gas, emas, dan mineral, kelompok hak asasi manusia memperkirakan bahwa hampir 40 persen dari sembilan juta penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Australia baru-baru ini menandatangani perjanjian keamanan dengan Papua Nugini, berjanji untuk membantu pasukan polisi memerangi perdagangan senjata, penyelundupan narkoba, dan kekerasan suku.

“Kami terus mendesak ketenangan di masa sulit ini,” kata Perdana Menteri Australia Anthony Albanese kepada wartawan, Kamis.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More