5 Dampak Buruk Gencatan Senjata bagi Hamas dalam Perang Melawan Israel
Selasa, 28 November 2023 - 19:57 WIB
GAZA - Genjatan senjata tak selamanya bisa memberikan ruang bernafas dan mereposisi kembali pasukannya di medan perang Gaza. Gencatan senjata juga memiliki banyak dampak buruk bagi Hamas sebagai kelompok perjuangan kemerdekaan Palestina.
Pasalnya, Hamas merupakan kelompok yang dipandang sebelah mata oleh dunia internasional karena melawan Israel yang memiliki kekuatan tempur disegani banyak negara. Tapi, faktanya Hamas justru menunjukkan perlawanan yang solid sehingga mampu memaksa Israel untuk mengikuti gencatan senjata senjata.
Foto/Reuters
Semakin berkurangnya jumlah sandera yang ditahan Hamas, maka akan melemahkan kekuatan tersebut dalam bernegosiasi dengan Israel. Ketika gencatan senjata diperpanjang, maka semakin banyak sandera yang akan dibebaskan.
Melansir ABC, Hamas dan pejuyang Palestina lainnya lainnya masih menahan sekitar 160 orang, dari 240 orang yang ditangkap dalam serangan mereka pada 7 Oktober ke Israel selatan yang memicu perang.
Jumlah tersebut cukup untuk memperpanjang gencatan senjata selama dua minggu lagi berdasarkan kerangka kerja yang ditengahi oleh Qatar, Mesir, dan AS, namun Hamas diperkirakan akan mengajukan tuntutan yang jauh lebih tinggi untuk pembebasan tentara yang ditawan.
Foto/Reuters
Selama gencatan senjata, Hamas dapat menggunakan waktu untuk mempersenjatai kembali, membangun kembali infrastruktur mereka, dan memperkuat kemampuan militer mereka, yang berpotensi menyebabkan peningkatan permusuhan ketika gencatan senjata berakhir.
Namun, waktu gencatan yang pendek bisa saja mempersulit bagi Hamas untuk melakukan hal itu semua. Padahal, untuk melancarkan serangan besar-besaran diperlukan waktu yang panjang.
Foto/Reuters
Gencatan senjata mungkin tidak dapat mengatasi akar penyebab konflik, dan tanpa penyelesaian yang komprehensif, masyarakat sipil di wilayah tersebut mungkin akan terus menderita akibat ketidakstabilan politik, tantangan ekonomi, dan risiko kekerasan baru.
Bukan hanya gencatan senjata panjang dan berkelanjutan untuk bisa menyelesaikan akar permasalahan di Gaza. Tetapi, pemberian status kemerdekaan kepada rakyat Palestina untuk mendirikan negara dan mengembalikan tanah jajahan sebagai solusi jangka panjang.
Foto/Reuters
Gencatan senjata kepada kelompok yang dicap sebagai organisasi teroris, seperti Hamas, dapat memberikan tingkat legitimasi politik pada mereka, sehingga lebih sulit untuk mengisolasi atau meminggirkan mereka dalam jangka panjang.
Meski di forum internasional, posisi Hamas semakin kuat. Tapi, di Gaza, dengan gencatan senjata menunjukkan bahwa upaya Hamas untuk meraih dukungan bisa saja menurun. Apalagi, banyak faksi di Gaza yang juga bersaing.
Foto/Reuters
Joshi dari Universitas Notre Dame mengatakan “fokus sempit” dari gencatan senjata saat ini antara Israel dan Hamas, terbatas pada “jeda dalam pertempuran dan pertukaran tahanan”, berarti gencatan senjata tersebut “ditakdirkan untuk gagal”.
Jika bidang kebijakan dibiarkan kabur atau tidak tersentuh dalam perjanjian perdamaian, seperti yang terjadi pada putaran perundingan Israel-Palestina sebelumnya, seperti Perjanjian Oslo dan seterusnya – maka akan selalu ada kebutuhan untuk putaran perundingan tambahan untuk menyempurnakan perjanjian tersebut.
“Entah itu atau kekerasan akan berlanjut,” kata Joshi. “Karena kesepakatan antara Hamas dan Israel kemungkinan besar tidak mencakup pembicaraan lebih lanjut serta komponen pemantauan dan verifikasi, maka kemungkinan besar kesepakatan tersebut tidak akan menghentikan kekerasan setelah jangka waktu empat hari yang diusulkan,” tambahnya. “Tidak mengherankan jika kesepakatan itu gagal total.”
Jika gencatan tersebut bisa mewujudkan perdamaian, maka Hamas akan merugi. Kenapa? Hamas merupakan kelompok perjuangan yang menggunakan pendekatan militer untuk melenyapkan Israel. Mereka tidak ingin mencapai perdamaian. Yang mereka tuju adalah penghancuran negara Zionis.
Pasalnya, Hamas merupakan kelompok yang dipandang sebelah mata oleh dunia internasional karena melawan Israel yang memiliki kekuatan tempur disegani banyak negara. Tapi, faktanya Hamas justru menunjukkan perlawanan yang solid sehingga mampu memaksa Israel untuk mengikuti gencatan senjata senjata.
Berikut adalah 5 dampak buruk gencatan senjata bagi Hamas dalam perang melawan Israel.
1. Jumlah Sandera yang Ditahan Hamas Berkurang
Foto/Reuters
Semakin berkurangnya jumlah sandera yang ditahan Hamas, maka akan melemahkan kekuatan tersebut dalam bernegosiasi dengan Israel. Ketika gencatan senjata diperpanjang, maka semakin banyak sandera yang akan dibebaskan.
Melansir ABC, Hamas dan pejuyang Palestina lainnya lainnya masih menahan sekitar 160 orang, dari 240 orang yang ditangkap dalam serangan mereka pada 7 Oktober ke Israel selatan yang memicu perang.
Jumlah tersebut cukup untuk memperpanjang gencatan senjata selama dua minggu lagi berdasarkan kerangka kerja yang ditengahi oleh Qatar, Mesir, dan AS, namun Hamas diperkirakan akan mengajukan tuntutan yang jauh lebih tinggi untuk pembebasan tentara yang ditawan.
2. Waktu Gencatan yang Pendek Tidak Mampu Memperkuat Kembali Cadangan Senjata
Foto/Reuters
Selama gencatan senjata, Hamas dapat menggunakan waktu untuk mempersenjatai kembali, membangun kembali infrastruktur mereka, dan memperkuat kemampuan militer mereka, yang berpotensi menyebabkan peningkatan permusuhan ketika gencatan senjata berakhir.
Namun, waktu gencatan yang pendek bisa saja mempersulit bagi Hamas untuk melakukan hal itu semua. Padahal, untuk melancarkan serangan besar-besaran diperlukan waktu yang panjang.
3. Tidak Menyelesaikan Akar Permasalahan di Gaza
Foto/Reuters
Gencatan senjata mungkin tidak dapat mengatasi akar penyebab konflik, dan tanpa penyelesaian yang komprehensif, masyarakat sipil di wilayah tersebut mungkin akan terus menderita akibat ketidakstabilan politik, tantangan ekonomi, dan risiko kekerasan baru.
Bukan hanya gencatan senjata panjang dan berkelanjutan untuk bisa menyelesaikan akar permasalahan di Gaza. Tetapi, pemberian status kemerdekaan kepada rakyat Palestina untuk mendirikan negara dan mengembalikan tanah jajahan sebagai solusi jangka panjang.
4. Legitimasi Politik Hamas Bisa Melemah
Foto/Reuters
Gencatan senjata kepada kelompok yang dicap sebagai organisasi teroris, seperti Hamas, dapat memberikan tingkat legitimasi politik pada mereka, sehingga lebih sulit untuk mengisolasi atau meminggirkan mereka dalam jangka panjang.
Meski di forum internasional, posisi Hamas semakin kuat. Tapi, di Gaza, dengan gencatan senjata menunjukkan bahwa upaya Hamas untuk meraih dukungan bisa saja menurun. Apalagi, banyak faksi di Gaza yang juga bersaing.
5. Bisa Mewujudkan Perdamaian
Foto/Reuters
Joshi dari Universitas Notre Dame mengatakan “fokus sempit” dari gencatan senjata saat ini antara Israel dan Hamas, terbatas pada “jeda dalam pertempuran dan pertukaran tahanan”, berarti gencatan senjata tersebut “ditakdirkan untuk gagal”.
Jika bidang kebijakan dibiarkan kabur atau tidak tersentuh dalam perjanjian perdamaian, seperti yang terjadi pada putaran perundingan Israel-Palestina sebelumnya, seperti Perjanjian Oslo dan seterusnya – maka akan selalu ada kebutuhan untuk putaran perundingan tambahan untuk menyempurnakan perjanjian tersebut.
“Entah itu atau kekerasan akan berlanjut,” kata Joshi. “Karena kesepakatan antara Hamas dan Israel kemungkinan besar tidak mencakup pembicaraan lebih lanjut serta komponen pemantauan dan verifikasi, maka kemungkinan besar kesepakatan tersebut tidak akan menghentikan kekerasan setelah jangka waktu empat hari yang diusulkan,” tambahnya. “Tidak mengherankan jika kesepakatan itu gagal total.”
Jika gencatan tersebut bisa mewujudkan perdamaian, maka Hamas akan merugi. Kenapa? Hamas merupakan kelompok perjuangan yang menggunakan pendekatan militer untuk melenyapkan Israel. Mereka tidak ingin mencapai perdamaian. Yang mereka tuju adalah penghancuran negara Zionis.
(ahm)
tulis komentar anda