AS: Palestina Harus Memerintah Gaza setelah Perang Israel-Hamas Berakhir
Jum'at, 10 November 2023 - 00:30 WIB
“Saya pikir Israel, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, akan memikul tanggung jawab keamanan secara keseluruhan karena kita telah melihat apa yang terjadi jika kita tidak memiliki tanggung jawab keamanan tersebut,” kata Netanyahu.
Para pejabat Israel sejak itu mencoba mengklarifikasi bahwa mereka tidak bermaksud menduduki Gaza setelah perang, namun mereka belum menjelaskan bagaimana mereka dapat menjamin keamanan tanpa mempertahankan kehadiran militer.
Sekadar diketahui, Israel menarik pasukannya dari Gaza pada tahun 2005.
Otoritas Palestina (PA), yang menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas di beberapa bagian Tepi Barat yang diduduki Israel, mengatakan Gaza—yang dikuasai Hamas sejak tahun 2007—merupakan bagian integral dari apa yang mereka impikan untuk negara Palestina di masa depan.
Namun para pejabat tinggi, termasuk Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, mengatakan kembalinya PA ke Gaza harus disertai dengan solusi politik yang mengakhiri pendudukan Israel atas wilayah yang direbutnya dalam perang Timur Tengah tahun 1967.
“(Kami) tidak akan pergi ke Gaza dengan tank militer Israel,” kata Perdana Menteri PA Mohammad Shtayyeh kepada PBS. ”Kami akan pergi ke Gaza sebagai bagian dari solusi yang berkaitan dengan masalah Palestina, yang berkaitan dengan pendudukan.”
Hamas mengambil alih Gaza setelah perang saudara singkat pada tahun 2007 dengan partai Fatah pimpinan Abbas. Pembicaraan rekonsiliasi selama bertahun-tahun antara kedua pihak yang bersaing gagal mencapai terobosan untuk melanjutkan pemerintahan PA di Gaza. PA masih membayar listrik, air dan sebagian gaji pegawai negeri di Gaza.
Perang di Gaza saat ini dipicu oleh serangan besar Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober lalu, menewaskan lebih dari 1.400 orang dan ratusan lainnya diculik.
Israel merespons dengan mendeklarasikan perang melawan Hamas. Sejak itu, militer Zionis membombardir Gaza nyaris tanpa henti. Sudah lebih dari 10.000 warga Palestina telah terbunuh, kata pejabat kesehatan Palestina di Gaza. Sekitar 40 persen dari mereka yang terbunuh adalah anak-anak.
Negara-negara Arab, yang memberikan bantuan keuangan kepada PA, telah menganjurkan gencatan senjata segera tetapi menunjukkan keengganan untuk membahas status Gaza pascaperang. Mereka mengatakan fokusnya harus tetap pada penghentian permusuhan.
Para pejabat Israel sejak itu mencoba mengklarifikasi bahwa mereka tidak bermaksud menduduki Gaza setelah perang, namun mereka belum menjelaskan bagaimana mereka dapat menjamin keamanan tanpa mempertahankan kehadiran militer.
Sekadar diketahui, Israel menarik pasukannya dari Gaza pada tahun 2005.
Otoritas Palestina (PA), yang menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas di beberapa bagian Tepi Barat yang diduduki Israel, mengatakan Gaza—yang dikuasai Hamas sejak tahun 2007—merupakan bagian integral dari apa yang mereka impikan untuk negara Palestina di masa depan.
Namun para pejabat tinggi, termasuk Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, mengatakan kembalinya PA ke Gaza harus disertai dengan solusi politik yang mengakhiri pendudukan Israel atas wilayah yang direbutnya dalam perang Timur Tengah tahun 1967.
“(Kami) tidak akan pergi ke Gaza dengan tank militer Israel,” kata Perdana Menteri PA Mohammad Shtayyeh kepada PBS. ”Kami akan pergi ke Gaza sebagai bagian dari solusi yang berkaitan dengan masalah Palestina, yang berkaitan dengan pendudukan.”
Hamas mengambil alih Gaza setelah perang saudara singkat pada tahun 2007 dengan partai Fatah pimpinan Abbas. Pembicaraan rekonsiliasi selama bertahun-tahun antara kedua pihak yang bersaing gagal mencapai terobosan untuk melanjutkan pemerintahan PA di Gaza. PA masih membayar listrik, air dan sebagian gaji pegawai negeri di Gaza.
Perang di Gaza saat ini dipicu oleh serangan besar Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober lalu, menewaskan lebih dari 1.400 orang dan ratusan lainnya diculik.
Israel merespons dengan mendeklarasikan perang melawan Hamas. Sejak itu, militer Zionis membombardir Gaza nyaris tanpa henti. Sudah lebih dari 10.000 warga Palestina telah terbunuh, kata pejabat kesehatan Palestina di Gaza. Sekitar 40 persen dari mereka yang terbunuh adalah anak-anak.
Negara-negara Arab, yang memberikan bantuan keuangan kepada PA, telah menganjurkan gencatan senjata segera tetapi menunjukkan keengganan untuk membahas status Gaza pascaperang. Mereka mengatakan fokusnya harus tetap pada penghentian permusuhan.
tulis komentar anda