Eks PM Israel: Hanya Tersisa Waktu Beberapa Minggu untuk Hancurkan Hamas
Selasa, 07 November 2023 - 20:06 WIB
TEL AVIV - Militer Israel hanya punya waktu beberapa minggu untuk menghancurkan Hamas sebelum pemerintah Barat menarik dukungan mereka terhadap operasi di Gaza. Hal itu diungkapkan mantan perdana menteri Israel Ehud Barak.
Menurut keyakinan Barak, militer Israel hanya punya waktu beberapa minggu untuk menimbulkan kerusakan pada Hamas, sebelum pemerintah Barat mengurangi dukungan untuk operasi di Gaza.
“Dengarkan nada publik – dan di balik pintu itu akan sedikit lebih eksplisit,” kata pria berusia 81 tahun, yang juga menjabat sebagai menteri pertahanan dan jenderal di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) itu.
“Kami kehilangan opini publik di Eropa dan dalam satu atau dua minggu kami akan mulai kehilangan pemerintahan di Eropa,” ujar Barak kepada Politico yang dinukil dari RT, Selasa (7/11/2023).
“Dan setelah seminggu berikutnya, perselisihan dengan Amerika akan muncul ke permukaan,” imbuhnya.
Para pejabat AS telah menganjurkan “jeda kemanusiaan” di Gaza, namun belum secara terbuka mengancam akan menarik dukungan. Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak menghentikan permusuhan. Barak yakin Israel harus menyetujui tuntutan Amerika dalam dua atau tiga minggu ke depan, atau mungkin kurang dari itu.
“Anda dapat melihat jendelanya ditutup. Jelas bahwa kita sedang menuju perselisihan dengan Amerika mengenai serangan tersebut. Amerika tidak bisa mendikte Israel apa yang harus dilakukan. Tapi kita tidak bisa mengabaikannya,” ujarnya.
Namun, mantan jenderal tersebut percaya bahwa IDF memerlukan waktu berbulan-bulan, atau bahkan satu tahun, untuk mengusir Hamas dari Gaza. Israel menjadikan pemusnahan kelompok militer Palestina sebagai tujuan utamanya setelah menyebabkan ratusan warga sipil tewas dalam serangannya sebulan lalu.
IDF telah melakukan pemboman intensif terhadap Gaza sebagai bagian dari strateginya. Para pejabat Gaza melaporkan bahwa jumlah korban tewas di daerah kantong Palestina itu telah melampaui 10.000 orang pada hari Senin.
Bukti baru mengenai perubahan sikap di Eropa muncul pada hari Senin, ketika Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mengecam taktik militer Israel.
“Membom seluruh kamp pengungsi dengan tujuan membasmi satu teroris, saya rasa Anda tidak bisa mengatakan itu proporsional,” kata De Croo.
“Itu adalah jembatan yang terlalu jauh,” imbuhnya.
Pekan lalu, IDF menyerang beberapa kamp pengungsi Palestina, termasuk pemukiman besar Jabalia di Gaza utara, yang Israel nyatakan sebagai zona evakuasi. Juru bicara militer Israel Richard Hecht menggambarkan korban sipil akibat serangan Israel sebagai tragedi perang ketika dikonfrontasi oleh pembawa acara CNN, Wolf Blitzer pekan lalu.
Barak menjabat sebagai perdana menteri dari tahun 1999 hingga 2001 dan mewakili negaranya pada KTT Camp David tahun 2000 yang dimediasi AS bersama Yasser Arafat, pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina.
Menurut keyakinan Barak, militer Israel hanya punya waktu beberapa minggu untuk menimbulkan kerusakan pada Hamas, sebelum pemerintah Barat mengurangi dukungan untuk operasi di Gaza.
“Dengarkan nada publik – dan di balik pintu itu akan sedikit lebih eksplisit,” kata pria berusia 81 tahun, yang juga menjabat sebagai menteri pertahanan dan jenderal di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) itu.
“Kami kehilangan opini publik di Eropa dan dalam satu atau dua minggu kami akan mulai kehilangan pemerintahan di Eropa,” ujar Barak kepada Politico yang dinukil dari RT, Selasa (7/11/2023).
“Dan setelah seminggu berikutnya, perselisihan dengan Amerika akan muncul ke permukaan,” imbuhnya.
Para pejabat AS telah menganjurkan “jeda kemanusiaan” di Gaza, namun belum secara terbuka mengancam akan menarik dukungan. Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak menghentikan permusuhan. Barak yakin Israel harus menyetujui tuntutan Amerika dalam dua atau tiga minggu ke depan, atau mungkin kurang dari itu.
“Anda dapat melihat jendelanya ditutup. Jelas bahwa kita sedang menuju perselisihan dengan Amerika mengenai serangan tersebut. Amerika tidak bisa mendikte Israel apa yang harus dilakukan. Tapi kita tidak bisa mengabaikannya,” ujarnya.
Namun, mantan jenderal tersebut percaya bahwa IDF memerlukan waktu berbulan-bulan, atau bahkan satu tahun, untuk mengusir Hamas dari Gaza. Israel menjadikan pemusnahan kelompok militer Palestina sebagai tujuan utamanya setelah menyebabkan ratusan warga sipil tewas dalam serangannya sebulan lalu.
IDF telah melakukan pemboman intensif terhadap Gaza sebagai bagian dari strateginya. Para pejabat Gaza melaporkan bahwa jumlah korban tewas di daerah kantong Palestina itu telah melampaui 10.000 orang pada hari Senin.
Bukti baru mengenai perubahan sikap di Eropa muncul pada hari Senin, ketika Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mengecam taktik militer Israel.
“Membom seluruh kamp pengungsi dengan tujuan membasmi satu teroris, saya rasa Anda tidak bisa mengatakan itu proporsional,” kata De Croo.
“Itu adalah jembatan yang terlalu jauh,” imbuhnya.
Pekan lalu, IDF menyerang beberapa kamp pengungsi Palestina, termasuk pemukiman besar Jabalia di Gaza utara, yang Israel nyatakan sebagai zona evakuasi. Juru bicara militer Israel Richard Hecht menggambarkan korban sipil akibat serangan Israel sebagai tragedi perang ketika dikonfrontasi oleh pembawa acara CNN, Wolf Blitzer pekan lalu.
Barak menjabat sebagai perdana menteri dari tahun 1999 hingga 2001 dan mewakili negaranya pada KTT Camp David tahun 2000 yang dimediasi AS bersama Yasser Arafat, pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina.
(ian)
tulis komentar anda