Arab Saudi Marah setelah Menteri Israel Serukan Gaza Dibom Nuklir
loading...
A
A
A
RIYADH - Kerajaan Arab Saudi menyampaikan kemarahannya atas komentar seorang menteri Israel yang menyerukan militer mengebom nuklir Jalur Gaza, Palestina.
Seruan berbahaya itu disampaikan Menteri Warisan Israel Amichai Eliyahu. Dia mengatakan senjata nuklir bisa menjadi pilihan dalam perang yang sedang berlangsung dengan Hamas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menskors Eliyahu gara-gara seruan penggunaan senjata nuklir tersebut.
Langkah Netanyahu belum cukup untuk meredam kemarahan Arab Saudi.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, dalam sebuah pernyataan, mengecam apa yang dilihatnya sebagai penyebaran “ekstremisme dan kebrutalan di antara anggota pemerintah Israel."
“Lagi pula, tidak memecat menteri dan hanya membekukan keanggotaannya merupakan tindakan yang sangat mengabaikan semua standar dan nilai-nilai kemanusiaan,” lanjut kementerian tersebut, seperti dikutip Newsweek, Senin (6/11/2023).
Perang besar antara Israel dan Hamas pecah sejak 7 Oktober lalu. Hingga kini, sudah lebih dari 9.700 warga Palestina tewas dibombardir Israel di Gaza dengan lebih dari 4.000 di antaranya adalah anak-anak.
Perang ini dimulai setelah Hamas—kelompok perlawanan Palestina yang berkuasa di Gaza—meluncurkan serangan besar ke Israel pada 7 Oktober, yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa. Lebih dari 1.400 orang tewas dan ratusan lainnya diculik selama serangan tersebut.
PM Netanyahu mengatakan negaranya sedang berperang dan telah memutus pasokan makanan, bahan bakar, listrik, dan obat-obatan ke Gaza.
Israel telah mengerahkan 360.000 tentara cadangan untuk serangan darat ke wilayah kantong Palestina yang memiliki populasi sekitar 2,3 juta jiwa tersebut.
Seruan berbahaya itu disampaikan Menteri Warisan Israel Amichai Eliyahu. Dia mengatakan senjata nuklir bisa menjadi pilihan dalam perang yang sedang berlangsung dengan Hamas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menskors Eliyahu gara-gara seruan penggunaan senjata nuklir tersebut.
Langkah Netanyahu belum cukup untuk meredam kemarahan Arab Saudi.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, dalam sebuah pernyataan, mengecam apa yang dilihatnya sebagai penyebaran “ekstremisme dan kebrutalan di antara anggota pemerintah Israel."
“Lagi pula, tidak memecat menteri dan hanya membekukan keanggotaannya merupakan tindakan yang sangat mengabaikan semua standar dan nilai-nilai kemanusiaan,” lanjut kementerian tersebut, seperti dikutip Newsweek, Senin (6/11/2023).
Perang besar antara Israel dan Hamas pecah sejak 7 Oktober lalu. Hingga kini, sudah lebih dari 9.700 warga Palestina tewas dibombardir Israel di Gaza dengan lebih dari 4.000 di antaranya adalah anak-anak.
Perang ini dimulai setelah Hamas—kelompok perlawanan Palestina yang berkuasa di Gaza—meluncurkan serangan besar ke Israel pada 7 Oktober, yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa. Lebih dari 1.400 orang tewas dan ratusan lainnya diculik selama serangan tersebut.
PM Netanyahu mengatakan negaranya sedang berperang dan telah memutus pasokan makanan, bahan bakar, listrik, dan obat-obatan ke Gaza.
Israel telah mengerahkan 360.000 tentara cadangan untuk serangan darat ke wilayah kantong Palestina yang memiliki populasi sekitar 2,3 juta jiwa tersebut.