Mengapa Bos Hizbullah Tak Deklarasikan Perang Habis-habisan Melawan Israel?

Sabtu, 04 November 2023 - 00:02 WIB
Dalam sejumlah wawancara, Nasrallah berulang kali menolak mengakui negara Israel, dengan menyatakan bahwa dia menganggap keberadaan negara itu melanggar hukum dan tidak adil.

Dia pernah melontarkan komentar yang kontradiktif mengenai apakah dia akan menerima solusi dua negara bagi Israel dan Palestina, namun dia dipandang sebagai tokoh kunci dari apa yang disebut "poros perlawanan"—sebuah koalisi kelompok anti-Israel dan anti-Barat yang didukung oleh Iran.

Mungkin yang paling penting, pria berusia 63 tahun ini telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin militer yang cakap.

Dalam perang selama sebulan pada tahun 2006, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dikejutkan oleh kualitas personel dan senjata Hizbullah karena mereka menggunakan apa yang disebut taktik "kerumunan" untuk menghilangkan posisi Israel.

Dengan dukungan finansial dari Iran, klaim Nasrallah, Hizbullah telah bertransisi dari kelompok gerilya menjadi menyerupai tentara konvensional, dengan drone dan roket yang dapat menyerang seluruh wilayah Israel.

Namun, relatif kuatnya brigade militer Hizbullah tidak berarti Nasrallah siap terjun ke dalam perang habis-habisan dengan Israel.

Yang terpenting, dia tahu Israel akan membalas–dan memberikan pukulan keras.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memperingatkan Hizbullah bahwa mereka akan menghadapi serangan balasan dengan kekuatan yang "tak terbayangkan" yang akan menyebabkan kehancuran di Lebanon jika membuka front kedua dalam perang saat ini.

Amerika Serikat (AS) juga berperan penting dalam hal ini.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa mereka akan "memperhatikan baik-baik" pidato Nasrallah.

“Dengan dua kelompok kapal induk yang kini diparkir di Mediterania timur, AS akan mengirimkan pesan kuat kepada pihak mana pun yang mungkin ingin memperluas konflik,” kata Kirby.

Yang juga penting adalah situasi putus asa di dalam negeri ketika pemerintah sementara di Lebanon bergulat dengan konsekuensi keruntuhan ekonomi yang melelahkan selama empat tahun.

Krisis ini, yang banyak disalahkan karena korupsi dan ketidakmampuan elite pemerintahan, telah memiskinkan mayoritas masyarakat, dengan perkiraan 80% hidup di bawah garis kemiskinan.

Dalam ruang politik yang ditempati Hizbullah dengan perwakilan partai-partai dari komunitas politik dan agama lainnya, banyak orang Lebanon tidak ingin terjun ke dalam perang.

Sebuah survei baru-baru ini yang diterbitkan di al-Akhbar, sebuah surat kabar yang bersimpati kepada Hizbullah, menemukan 68% warga Lebanon menentang kampanye militer sepenuhnya dengan Israel.

Apa yang dilakukan Hizbullah saat ini adalah memerangi konflik lokal di perbatasan selatan negara itu dengan para milisi mereka–dan anggota Pasukan Pertahanan Israel–saling melepaskan tembakan ke sasaran yang, sebagian besar, berada di perbatasan.

Pertempuran ini terjadi secara sporadis namun terus-menerus, dan juga berakibat fatal bagi Hizbullah.

Berdasarkan perhitungan terakhir, 48 milisinya telah tewas ketika drone canggih Israel menargetkan para milisi yang bermanuver di kebun zaitun dan semak belukar.

Hizbullah mengeluarkan surat tulisan tangan dari Nasrallah pekan lalu, mengatakan para milisi yang gugur harus disebut “martir dalam perjalanan menuju Yerusalem”.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More