Mengenal Kelompok Houthi, Militan Syiah yang Timbulkan Konflik Besar di Yaman
Sabtu, 28 Oktober 2023 - 13:05 WIB
Dalam sejarahnya, Kerajaan Zaydi sempat berperang melawan Arab Saudi pada tahun 1930an, Zaydi harus kalah dalam perang tersebut dan membuatnya kehilangan wilayah di perbatasan.
Mereka juga menikmati pengakuan internasional sebagai pemerintah sah Yaman Utara. Ibukota mereka berada di Taiz.
Kondisi internal Zaydi sendiri sempat mengalami konflik besar yang dimulai pada tahun 1967. Konflik tersebut lantas melahirkan jenderal republik Zaydi bernama Ali Abdullah Saleh yang berkuasa setelah serangkaian kudeta pada tahun 1978.
Namun kepemimpinan Saleh justru membuat kondisi semakin memburuk karena banyaknya praktek korupsi. Dari situlah Houthi muncul sebagai perlawanan Zaydi terhadap Saleh dan korupsinya pada tahun 1990an, kelompok itu dipimpin oleh seorang pemimpin karismatik bernama Hussein al Houthi.
Hingga pada tahun 2003, Saleh yang dibantu Arab Saudi melancarkan serangkaian kampanye militer untuk menghancurkan Houthi.
Pada tahun 2004, pasukan Saleh membunuh Hussein al Houthi. Tentara dan angkatan udara Yaman digunakan untuk menumpas pemberontakan di ujung utara Yaman, khususnya di provinsi Saada.
Meski begitu, Houthi tetap masih sulit untuk dikendalikan dan bahkan sempat mempersulit pasukan militer Arab Saudi. Itu membuat Saudi, yang telah menghabiskan puluhan miliar dolar untuk militernya merasa melakukan hal yang memalukan.
Perlawanan Houthi semakin memuncak Ketika Saleh digantikan oleh seorang Sunni dari selatan bernama Abdrabbuh Mansour Hadi, yang pernah menjadi wakil presiden Saleh atas perintah Saudi.
Sejumlah perjanjian perdamaian yang ditangani Amerika Serikat sebenarnya telah berulang kali dicoba, namun hasilnya tetap saja nihil.
Riyadh menggambarkan mereka sebagai boneka Iran, namun banyak warga Yaman melihat mereka sebagai patriot yang melawan musuh tradisional negara mereka, Arab Saudi dan Amerika, pembela Israel.
Mereka juga menikmati pengakuan internasional sebagai pemerintah sah Yaman Utara. Ibukota mereka berada di Taiz.
Kondisi internal Zaydi sendiri sempat mengalami konflik besar yang dimulai pada tahun 1967. Konflik tersebut lantas melahirkan jenderal republik Zaydi bernama Ali Abdullah Saleh yang berkuasa setelah serangkaian kudeta pada tahun 1978.
Namun kepemimpinan Saleh justru membuat kondisi semakin memburuk karena banyaknya praktek korupsi. Dari situlah Houthi muncul sebagai perlawanan Zaydi terhadap Saleh dan korupsinya pada tahun 1990an, kelompok itu dipimpin oleh seorang pemimpin karismatik bernama Hussein al Houthi.
Hingga pada tahun 2003, Saleh yang dibantu Arab Saudi melancarkan serangkaian kampanye militer untuk menghancurkan Houthi.
Pada tahun 2004, pasukan Saleh membunuh Hussein al Houthi. Tentara dan angkatan udara Yaman digunakan untuk menumpas pemberontakan di ujung utara Yaman, khususnya di provinsi Saada.
Meski begitu, Houthi tetap masih sulit untuk dikendalikan dan bahkan sempat mempersulit pasukan militer Arab Saudi. Itu membuat Saudi, yang telah menghabiskan puluhan miliar dolar untuk militernya merasa melakukan hal yang memalukan.
Perlawanan Houthi semakin memuncak Ketika Saleh digantikan oleh seorang Sunni dari selatan bernama Abdrabbuh Mansour Hadi, yang pernah menjadi wakil presiden Saleh atas perintah Saudi.
Sejumlah perjanjian perdamaian yang ditangani Amerika Serikat sebenarnya telah berulang kali dicoba, namun hasilnya tetap saja nihil.
Riyadh menggambarkan mereka sebagai boneka Iran, namun banyak warga Yaman melihat mereka sebagai patriot yang melawan musuh tradisional negara mereka, Arab Saudi dan Amerika, pembela Israel.
tulis komentar anda