3 Fakta Unik Rotasi Raja di Malaysia, dari Rotasi 5 Tahunan hingga Bergelimang Harta

Sabtu, 28 Oktober 2023 - 03:30 WIB
Malaysia memiliki sistem rotasi raja yang unik. Foto/Reuters
KUALA LUMPUR - Para sultan Malaysia telah bertemu untuk memilih raja baru di antara mereka sendiri berdasarkan sistem unik di mana mereka bergiliran menjadi raja untuk masa jabatan lima tahun.

Negara Asia Tenggara ini menganut sistem demokrasi parlementer, dengan raja sebagai kepala negara dan memainkan peran seremonial.

Namun monarki menjadi lebih berpengaruh dalam beberapa tahun terakhir karena ketidakstabilan politik yang berkepanjangan di mana raja jarang menggunakan kekuasaan diskresi.



Berikut adalah 5 fakta unik terkait rotasi raja di Malaysia.

1. Bergantian Jadi Raja Malaysia dan Dipilih Setiap 5 Tahun



Foto/Reuters

Melansir Reuters, kepala sembilan keluarga kerajaan Malaysia, sultan dari sembilan dari 13 negara bagiannya, bergantian menjadi raja untuk masa jabatan lima tahun.

Setelah kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Inggris pada tahun 1957, urutan rotasi para sultan ditentukan berdasarkan senioritas, berdasarkan berapa lama mereka berkuasa. Namun aturan itu dibatalkan setelah semua keluarga kerajaan menyelesaikan masa jabatan masing-masing.

Meski demikian, mereka mengadakan pemungutan suara secara rahasia namun surat suara tersebut hanya menyebutkan nama sultan yang mendapat giliran. Setiap sultan diharuskan menunjukkan apakah mereka yakin calonnya cocok menjadi raja. Kandidat harus mendapatkan mayoritas sederhana untuk menjadi raja.

Setelah hasilnya diumumkan, surat suara dimusnahkan di hadapan para sultan.

Raja baru akan mengambil alih kekuasaan dari Raja Al-Sultan Abdullah ketika masa jabatannya berakhir pada bulan Januari.

2. Menjadi Penjaga Islam



Foto/Reuters

Raja memainkan peran seremonial dan bertindak sebagai pemelihara Islam di negara mayoritas Muslim.

Konstitusi federal mengharuskan raja untuk bertindak berdasarkan nasihat perdana menteri dan kabinet dengan hanya beberapa pengecualian.

Raja diperbolehkan menunjuk seorang perdana menteri yang menurutnya memiliki mayoritas di parlemen, sebuah kekuasaan yang tidak pernah digunakan hingga tahun 2020 karena perdana menteri biasanya dipilih melalui pemilu.

Namun serangkaian guncangan politik dalam beberapa tahun terakhir telah memaksa monarki untuk memainkan peran yang lebih besar, dengan raja yang berkuasa, Al-Sultan Abdullah, memilih tiga perdana menteri terakhir.

Pada tahun 2020, ketika perdana menteri Mahathir Mohamad mengundurkan diri, raja bertemu dengan 222 anggota parlemen untuk memutuskan siapa di antara mereka yang dapat memperoleh suara mayoritas untuk membentuk pemerintahan berikutnya. Dia menunjuk Muhyiddin Yassin sebagai perdana menteri setelah pertemuan tersebut.

Pada tahun 2021, ketika Muhyiddin kehilangan mayoritasnya, raja memilih Ismail Sabri Yaakob menjadi perdana menteri setelah proses serupa.

Dia memilih Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri pada akhir tahun 2022 ketika pemilihan umum mengakibatkan parlemen digantung.

Raja juga mempunyai kekuasaan untuk mengampuni orang yang dihukum. Pada tahun 2018, raja saat itu memberikan pengampunan kepada Anwar, yang dipenjara atas tuduhan sodomi dan korupsi yang menurutnya bermotif politik.

Mantan perdana menteri Najib Razak, yang dipenjara tahun lalu setelah dinyatakan bersalah melakukan korupsi terkait dana negara 1MDB, telah mengajukan permohonan pengampunan kerajaan. Permintaan itu bisa ditinjau oleh raja baru.

3. Hidup Bergelimang Harta



Foto/Reuters

Berdasarkan perintah tersebut, Sultan Ibrahim Sultan Iskandar, 64, asal negara bagian selatan Johor, akan menjadi raja berikutnya.

Berbeda dengan sultan lainnya, Sultan Ibrahim sangat blak-blakan mengenai politik, dan mengatakan ia memiliki hubungan baik dengan perdana menteri.

Sultan yang dikenal memiliki banyak koleksi mobil dan sepeda motor mewah ini memiliki bisnis yang luas mulai dari real estate hingga pertambangan. Sebuah perusahaan yang dia miliki memiliki usaha patungan dengan pengembang properti asal Tiongkok, Country Garden, untuk mengembangkan proyek senilai $100 miliar bernama Forest City di Johor.

Sultan secara terbuka menganjurkan pembentukan zona ekonomi khusus antara Johor dan negara tetangga Singapura untuk memperkuat hubungan.
(ahm)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More