Ada Apa Saja di Terowongan Bawah Tanah Hamas? dari Penjara Sandera hingga Jebakan Maut bagi Tentara Israel

Sabtu, 28 Oktober 2023 - 03:44 WIB
Jaringan terowongan adalah alasan utama mengapa Hamas lebih kuat di Gaza dibandingkan di Tepi Barat yang diduduki Israel, di mana pemukiman Israel, pangkalan militer dan perangkat pemantauan membuat lebih sulit untuk mendapatkan apa pun dari Yordania.

Pembuatan terowongan menjadi lebih mudah pada tahun 2005 ketika Israel menarik tentara dan pemukimnya keluar dari Gaza, dan ketika Hamas memenangkan kekuasaan pada pemilu tahun 2006.

Tak lama kemudian sayap militer Hamas, Brigade Izz el-Deen al-Qassam, menangkap Gilad Shalit dan membunuh dua tentara Israel lainnya setelah menggali 600 meter untuk menyerang pangkalan Kerem Shalom di perbatasan Gaza.

Setahun kemudian Hamas menggunakan terowongan di Gaza untuk melancarkan serangan militer terhadap pasukan penerus Arafat sebagai pemimpin PLO, Mahmoud Abbas.

Meskipun terowongan militer tetap tertutup bagi mata orang luar, pada masa itu para penyelundup Gaza akan memamerkan terowongan komersial mereka yang hampir tidak tersembunyi di bawah perbatasan Rafah.

Lebarnya sekitar tiga kaki (satu meter) dan menggunakan motor winch untuk mengangkut barang di sepanjang lantai terowongan berpasir dalam tong bensin yang dilubangi.

Salah satu operator terowongan Rafah, Abu Qusay, mengatakan penggalian terowongan sepanjang setengah mil membutuhkan waktu tiga hingga enam bulan dan dapat menghasilkan keuntungan hingga USD100.000 per hari. Barang yang paling menguntungkan adalah peluru, yang dibeli masing-masing seharga USD1 di Mesir dan berharga lebih dari USD6 di Gaza. Senapan Kalashnikov, katanya, berharga USD800 di Mesir dan dijual dua kali lipatnya.

Pada tahun 2007 sayap militer diperkirakan telah membawa komandannya Mohammed Deif ke Gaza melewati terowongan dari Mesir. Deif adalah dalang di balik serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober ke Israel, yang menewaskan 1.400 orang dan menyandera.

4. Jebakan Maut bagi Tentara Israel



Foto/Reuters
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More