10 Tahun Belt and Road Initiative China dan Kekhawatiran Jebakan Utang
Senin, 23 Oktober 2023 - 10:49 WIB
Jebakan utang adalah salah satu dimensi ekonomi dari strategi "salami slice" China. Misalnya, China telah menekan Tajikistan untuk menyerahkan 1.158 kilometer persegi tanahnya karena negara tersebut berutang kepada Beijing sebesar USD1,2 miliar dari total utang sebesar USD2,9 miliar.
Di Republik Demokratik Kongo, China menandatangani kontrak pertambangan dengan mantan Presiden Joseph Kabila dalam perjanjian "mineral untuk infrastruktur”.
Hubungan China yang relatif tegang dengan Amerika Serikat juga membuat segala sesuatu terkait proyek infrastruktur China semakin terpecah belah. Pada Januari 2019, Presiden Prancis Emmanuel Macron berkata, "Jalur Sutra kuno tidak hanya milik China. (Jalur Sutra) baru tidak bisa hanya berjalan satu arah."
Italia, satu-satunya anggota G7 yang masuk dalam BRI, berencana keluar dari skema tersebut akhir tahun ini. Meski menjadi penandatangan BRI, Italia sempat menyatakan kekecewaannya karena ekspornya ke China tidak meningkat.
Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto mengatakan, "Kami telah mengekspor banyak jeruk ke China; mereka telah melipatgandakan ekspor mereka ke Italia dalam tiga tahun. Tanpa menandatangani perjanjian apa pun, Paris menjual pesawat ke Beijing seharga puluhan miliar pada saat itu."
AS telah mencoba merespons BRI dengan membentuk inisiatif tandingan seperti Blue Dot Network pada 2019; inisiatif Build Back Better World dari G7 di tahun 2021; dan Strategi Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka (FOIP).
Bahkan negara-negara yang dianggap sekutu China–Pakistan dan Malaysia–telah menyatakan keinginannya untuk mengurangi proyek-proyek Beijing karena masalah utang. Menyusul reaksi negatif terhadap proyek-proyek BRI setelah krisis ekonomi di Sri Lanka, China telah setuju untuk merestrukturisasi utang Sri Lanka setelah melalui pembicaraan panjang.
Kekhawatiran China adalah bahwa negara-negara lain yang telah mengakses pinjaman BRI juga akan mulai menuntut restrukturisasi utang.
Aspek lain dari BRI adalah meningkatnya aktivitas kriminal di sepanjang rute tersebut. Menurut laporan Global Initiative against Transnational Organized Crime, peningkatan konektivitas yang disediakan BRI telah memberikan peluang baru bagi jaringan kejahatan terorganisir dan jalur yang lebih menguntungkan bagi perdagangan gelap.
Di Republik Demokratik Kongo, China menandatangani kontrak pertambangan dengan mantan Presiden Joseph Kabila dalam perjanjian "mineral untuk infrastruktur”.
Hubungan China yang relatif tegang dengan Amerika Serikat juga membuat segala sesuatu terkait proyek infrastruktur China semakin terpecah belah. Pada Januari 2019, Presiden Prancis Emmanuel Macron berkata, "Jalur Sutra kuno tidak hanya milik China. (Jalur Sutra) baru tidak bisa hanya berjalan satu arah."
Italia, satu-satunya anggota G7 yang masuk dalam BRI, berencana keluar dari skema tersebut akhir tahun ini. Meski menjadi penandatangan BRI, Italia sempat menyatakan kekecewaannya karena ekspornya ke China tidak meningkat.
Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto mengatakan, "Kami telah mengekspor banyak jeruk ke China; mereka telah melipatgandakan ekspor mereka ke Italia dalam tiga tahun. Tanpa menandatangani perjanjian apa pun, Paris menjual pesawat ke Beijing seharga puluhan miliar pada saat itu."
Restrukturisasi Utang
AS telah mencoba merespons BRI dengan membentuk inisiatif tandingan seperti Blue Dot Network pada 2019; inisiatif Build Back Better World dari G7 di tahun 2021; dan Strategi Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka (FOIP).
Bahkan negara-negara yang dianggap sekutu China–Pakistan dan Malaysia–telah menyatakan keinginannya untuk mengurangi proyek-proyek Beijing karena masalah utang. Menyusul reaksi negatif terhadap proyek-proyek BRI setelah krisis ekonomi di Sri Lanka, China telah setuju untuk merestrukturisasi utang Sri Lanka setelah melalui pembicaraan panjang.
Kekhawatiran China adalah bahwa negara-negara lain yang telah mengakses pinjaman BRI juga akan mulai menuntut restrukturisasi utang.
Aspek lain dari BRI adalah meningkatnya aktivitas kriminal di sepanjang rute tersebut. Menurut laporan Global Initiative against Transnational Organized Crime, peningkatan konektivitas yang disediakan BRI telah memberikan peluang baru bagi jaringan kejahatan terorganisir dan jalur yang lebih menguntungkan bagi perdagangan gelap.
tulis komentar anda