10 Tahun Belt and Road Initiative China dan Kekhawatiran Jebakan Utang
Senin, 23 Oktober 2023 - 10:49 WIB
Namun dalam satu dekade sejak peluncurannya, BRI dituduh memberikan pinjaman untuk proyek-proyek tidak berkelanjutan yang menjadi perangkap utang bagi negara-negara kecil seperti Sri Lanka, yang mendorong mereka jatuh ke dalam krisis ekonomi yang parah.
Selama bertahun-tahun, BRI telah membebani banyak negara dengan utang luar negeri dalam jumlah besar, dan dalam banyak kasus, BRI juga menyebabkan kerusakan lingkungan serta mengundang peluang korupsi.
Mengutip dari Eurasian Times, Senin (23/10/2023), BRI saat ini bukanlah proyek yang sama seperti sepuluh tahun lalu. Ketika pertumbuhan ekonomi China melambat, masa peminjaman luar negeri yang tampaknya tidak terbatas kini telah berakhir.
Total pendanaan pembangunan luar negeri China hanya di bawah USD5 miliar di tahun 2021, jauh dari puncak pinjaman pada 2016 yang berjumlah sekitar USD90 miliar.
Pandemi Covid-19 memberikan pukulan telak bagi BRI. Dengan perlambatan ekonomi global, banyak negara tidak dapat membayar kembali pinjamannya. Zambia adalah negara pertama di Afrika yang mengalami gagal bayar selama pandemi pada akhir 2020.
Peran Beijing sebagai kreditor telah menimbulkan banyak kekhawatiran dari Barat dan negara-negara berkembang. Banyak negara meyakini bahwa BRI adalah bentuk neo-kolonialisme karena diduga melibatkan praktik diplomasi jebakan utang China untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur inisiatif tersebut.
Pada 2019, ketika menunda pembangunan proyek pelabuhan Bagamoyo senilai USD10 miliar yang didanai China, Presiden Tanzania John Magufuli menuduh Beijing telah memberikan persyaratan "eksploitatif dan canggung" sebagai imbalan atas pembiayaan.
“Para pemodal China menetapkan kondisi sulit yang hanya bisa diterima orang gila," kata Magufuli kepada media lokal.
Pinjaman China ke Afrika–yang merupakan fokus utama program BRI–telah menurun secara signifikan dan turun di bawah USD2 miliar pada 2022.
Selama bertahun-tahun, BRI telah membebani banyak negara dengan utang luar negeri dalam jumlah besar, dan dalam banyak kasus, BRI juga menyebabkan kerusakan lingkungan serta mengundang peluang korupsi.
Diplomasi Jebakan Utang
Mengutip dari Eurasian Times, Senin (23/10/2023), BRI saat ini bukanlah proyek yang sama seperti sepuluh tahun lalu. Ketika pertumbuhan ekonomi China melambat, masa peminjaman luar negeri yang tampaknya tidak terbatas kini telah berakhir.
Total pendanaan pembangunan luar negeri China hanya di bawah USD5 miliar di tahun 2021, jauh dari puncak pinjaman pada 2016 yang berjumlah sekitar USD90 miliar.
Pandemi Covid-19 memberikan pukulan telak bagi BRI. Dengan perlambatan ekonomi global, banyak negara tidak dapat membayar kembali pinjamannya. Zambia adalah negara pertama di Afrika yang mengalami gagal bayar selama pandemi pada akhir 2020.
Peran Beijing sebagai kreditor telah menimbulkan banyak kekhawatiran dari Barat dan negara-negara berkembang. Banyak negara meyakini bahwa BRI adalah bentuk neo-kolonialisme karena diduga melibatkan praktik diplomasi jebakan utang China untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur inisiatif tersebut.
Pada 2019, ketika menunda pembangunan proyek pelabuhan Bagamoyo senilai USD10 miliar yang didanai China, Presiden Tanzania John Magufuli menuduh Beijing telah memberikan persyaratan "eksploitatif dan canggung" sebagai imbalan atas pembiayaan.
“Para pemodal China menetapkan kondisi sulit yang hanya bisa diterima orang gila," kata Magufuli kepada media lokal.
Pinjaman China ke Afrika–yang merupakan fokus utama program BRI–telah menurun secara signifikan dan turun di bawah USD2 miliar pada 2022.
Lihat Juga :
tulis komentar anda