Nekat Bertahan di Gaza, Israel Ancam Cap Warga Palestina Mitra Teroris
Minggu, 22 Oktober 2023 - 10:51 WIB
YERUSALEM - Militer Israel dilaporkan mengancam akan melabeli warga Palestina di Jalur Gaza sebagai mitra teroris jika mereka menolak mengikuti perintah pemindahan paksa ke wilayah selatan.
Ancaman itu muncul dalam selebaran yang dijatuhkan oleh drone pada Sabtu waktu setempat. Itu muncul setelah negara Zionis itu memerintahkan 1,1 juta penduduk di bagian utara Jalur Gaza untuk pindah ke selatan, tanpa jaminan keselamatan atau kepulangan.
"Peringatan mendesak! Kepada penduduk Gaza - kehadiran Anda di utara Wadi Gaza membahayakan nyawa Anda. Siapa pun yang memilih untuk tidak mengungsi dari utara Jalur Gaza ke selatan Jalur Gaza dapat diidentifikasi sebagai mitra dalam organisasi teroris," bunyi selebaran yang ditujukan kepada penduduk Gaza itu seperti dikutip dari Middle East Eye, Minggu (22/10/2023).
Pengeboman Israel bersamaan dengan perintah pengusiran, yang dikecam sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum kemanusiaan internasional oleh seorang ahli PBB, telah menyebabkan ratusan ribu warga Palestina terpaksa mengungsi.
Namun, banyak warga Palestina yang menolak meninggalkan rumah mereka meskipun ada ancaman pemboman.
Pemboman intensif Israel di Gaza selama 15 hari terakhir telah menewaskan lebih dari 4.385 orang, 70 persen di antaranya adalah anak-anak, wanita, dan orang lanjut usia. Pada periode yang sama, 1.400 orang di Israel juga tewas.
Peringatan terbaru Israel datang ketika militer mengatakan mereka bersiap melancarkan invasi darat ke Gaza, sambil tetap memutus pasokan air, makanan, bahan bakar dan listrik dari jalur yang terkepung selama hampir dua minggu.
Ini bukan pertama kalinya Israel menggunakan drone untuk menyebarkan selebaran yang menuntut warga di Jalur Gaza untuk meninggalkan rumah mereka.
Pekan lalu, selebaran dijatuhkan di Gaza utara, memperingatkan warga untuk meninggalkan rumah mereka di utara dan menuju ke selatan Wadi Gaza.
“Gaza telah berubah menjadi medan perang,” demikian isi selebaran tersebut.
"Demi keselamatan Anda, Anda tidak boleh kembali ke rumah Anda sampai pemberitahuan lebih lanjut," sambung isi selebaran itu.
Pada hari Sabtu, seorang pejabat senior Israel juga mengatakan bahwa definisi “target yang sah” kini telah berubah dan rumah-rumah pribadi dapat dianggap sebagai target yang sah.
Menurut pejabat itu, infrastruktur sipil yang dia klaim digunakan oleh Hamas mengubah rumah pribadi menjadi target yang sah.
“Siapa pun yang mendukung rumah itu adalah target yang sah,” tambahnya, seperti diberitakan media Israel.
Pejabat itu juga mengakui bahwa tentara Israel telah menyerang rumah-rumah di mana warga sipil yang diduga anggota Hamas tinggal.
Pemantau hak asasi manusia Euro-Med mengatakan bahwa lebih dari seperempat wilayah Kota Gaza dan Gaza utara terkena dampak kehancuran dan 20 persen rumah di sana tidak lagi layak huni.
Lingkungan Beit Hanoun, yang terletak di pinggiran Jalur Gaza utara, adalah daerah yang terkena dampak paling parah, dengan sekitar 60 persen bangunannya hancur atau rusak berat.
Pemantau hak asasi manusia menyatakan bahwa angka-angka ini belum final, dan jumlahnya kemungkinan akan bertambah seiring dengan berlanjutnya pemboman Israel.
Amnesty International telah mendokumentasikan beberapa serangan melanggar hukum yang dilakukan oleh Israel, termasuk pemboman tanpa pandang bulu, yang telah menimbulkan banyak korban jiwa dan menurut organisasi tersebut harus diselidiki sebagai kejahatan perang.
PBB juga mengutuk pemboman Israel terhadap infrastruktur sipil dan penembakan terhadap daerah padat penduduk.
Ancaman itu muncul dalam selebaran yang dijatuhkan oleh drone pada Sabtu waktu setempat. Itu muncul setelah negara Zionis itu memerintahkan 1,1 juta penduduk di bagian utara Jalur Gaza untuk pindah ke selatan, tanpa jaminan keselamatan atau kepulangan.
"Peringatan mendesak! Kepada penduduk Gaza - kehadiran Anda di utara Wadi Gaza membahayakan nyawa Anda. Siapa pun yang memilih untuk tidak mengungsi dari utara Jalur Gaza ke selatan Jalur Gaza dapat diidentifikasi sebagai mitra dalam organisasi teroris," bunyi selebaran yang ditujukan kepada penduduk Gaza itu seperti dikutip dari Middle East Eye, Minggu (22/10/2023).
Pengeboman Israel bersamaan dengan perintah pengusiran, yang dikecam sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum kemanusiaan internasional oleh seorang ahli PBB, telah menyebabkan ratusan ribu warga Palestina terpaksa mengungsi.
Namun, banyak warga Palestina yang menolak meninggalkan rumah mereka meskipun ada ancaman pemboman.
Pemboman intensif Israel di Gaza selama 15 hari terakhir telah menewaskan lebih dari 4.385 orang, 70 persen di antaranya adalah anak-anak, wanita, dan orang lanjut usia. Pada periode yang sama, 1.400 orang di Israel juga tewas.
Peringatan terbaru Israel datang ketika militer mengatakan mereka bersiap melancarkan invasi darat ke Gaza, sambil tetap memutus pasokan air, makanan, bahan bakar dan listrik dari jalur yang terkepung selama hampir dua minggu.
Ini bukan pertama kalinya Israel menggunakan drone untuk menyebarkan selebaran yang menuntut warga di Jalur Gaza untuk meninggalkan rumah mereka.
Pekan lalu, selebaran dijatuhkan di Gaza utara, memperingatkan warga untuk meninggalkan rumah mereka di utara dan menuju ke selatan Wadi Gaza.
“Gaza telah berubah menjadi medan perang,” demikian isi selebaran tersebut.
"Demi keselamatan Anda, Anda tidak boleh kembali ke rumah Anda sampai pemberitahuan lebih lanjut," sambung isi selebaran itu.
Pada hari Sabtu, seorang pejabat senior Israel juga mengatakan bahwa definisi “target yang sah” kini telah berubah dan rumah-rumah pribadi dapat dianggap sebagai target yang sah.
Menurut pejabat itu, infrastruktur sipil yang dia klaim digunakan oleh Hamas mengubah rumah pribadi menjadi target yang sah.
Baca Juga
“Siapa pun yang mendukung rumah itu adalah target yang sah,” tambahnya, seperti diberitakan media Israel.
Pejabat itu juga mengakui bahwa tentara Israel telah menyerang rumah-rumah di mana warga sipil yang diduga anggota Hamas tinggal.
Pemantau hak asasi manusia Euro-Med mengatakan bahwa lebih dari seperempat wilayah Kota Gaza dan Gaza utara terkena dampak kehancuran dan 20 persen rumah di sana tidak lagi layak huni.
Lingkungan Beit Hanoun, yang terletak di pinggiran Jalur Gaza utara, adalah daerah yang terkena dampak paling parah, dengan sekitar 60 persen bangunannya hancur atau rusak berat.
Pemantau hak asasi manusia menyatakan bahwa angka-angka ini belum final, dan jumlahnya kemungkinan akan bertambah seiring dengan berlanjutnya pemboman Israel.
Amnesty International telah mendokumentasikan beberapa serangan melanggar hukum yang dilakukan oleh Israel, termasuk pemboman tanpa pandang bulu, yang telah menimbulkan banyak korban jiwa dan menurut organisasi tersebut harus diselidiki sebagai kejahatan perang.
PBB juga mengutuk pemboman Israel terhadap infrastruktur sipil dan penembakan terhadap daerah padat penduduk.
(ian)
tulis komentar anda