Kejutan Pertumbuhan Ekonomi China Tak Goda Investor, Partai Komunis Gelisah

Jum'at, 20 Oktober 2023 - 09:43 WIB
Kejutan pertumbuhan ekonomi China tidak memikat investor, Partai Komunis China menjadi gelisah. Foto/REUTERS
BEIJING - Data perekonomian China sepanjang September memberikan banyak kejutan, dengan pertumbuhan yang lebih cepat dari perkiraan, penurunan angka pengangguran, dan sedikit momentum dalam sektor konsumsi.

Kendati demikian, para investor tidak terburu-buru untuk mempercayai hal tersebut.

Saham-saham blue-chip China (.CSI300), turun hampir 7% tahun ini—dibandingkan dengan kenaikan hampir 10% pada saham-saham dunia (.MIWD00000PUS)—tidak terpengaruh oleh berita tersebut dan kembali turun sebesar 0,8% pada Rabu lalu.



Mata uang yuan kesulitan mempertahankan kenaikan kecilnya, karena tangan pembeli tertahan oleh berbagai kekhawatiran, mulai dari krisis di sektor properti hingga meredupnya prospek percepatan pertumbuhan.



"Data pertumbuhan kuartal ketiga saja belum cukup untuk membalikkan sentimen pasar," kata Chi Lo, ahli strategi pasar senior untuk Asia-Pasifik di BNP Paribas Asset Management di Hong Kong.

"Jika kondisi ini berlanjut, termasuk mengenai pemasukan bagi sejumlah perusahaan di kuartal keempat, maka investor mungkin akan kembali," sambungnya, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (20/10/2023).

Data resmi menunjukkan China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, tumbuh 1,3% pada kuartal ketiga, di atas perkiraan pasar sebesar 1%, yang tampaknya menutup musim yang mengecewakan.

Pertumbuhan tahun ini sebesar 5,2% berada di jalur yang sesuai dengan target setahun penuh China sebesar 5%.

Namun properti tetap menjadi batu loncatan bagi pertumbuhan dan kepercayaan di China, dan meski perekonomian sudah mencapai titik terendahnya, belum ada tanda-tanda pemulihan cepat yang dapat mendorong investasi.

Investasi properti China pada sembilan bulan pertama di tahun 2023 turun 9,1% secara tahunan. Masa tenggang untuk keterlambatan pembayaran kupon obligasi dolar yang diterbitkan pengembang terbesar China, Country Garden, juga telah berakhir tanpa pemberitahuan pembayaran.

"Ini bukan hanya tentang peluang di China," kata Tai Hui, kepala strategi pasar APAC di J.P. Morgan Asset Management, seraya menambahkan adanya faktor-faktor lain seperti kinerja pasar di negara lain dan risiko baru terhadap keamanan modal di tengah ketegangan China-Amerika Serikat.

"Kecuali pasar China secara signifikan mengungguli benchmark, saya pikir (investor) masih harus lebih banyak diyakinkan lagi agar bersedia kembali," paparnya.

Kepercayaan Dunia Usaha Menurun



Dalam beberapa bulan terakhir, China telah meluncurkan langkah-langkah untuk menghidupkan kembali pasar sahamnya yang sedang terpuruk, mulai dari memotong biaya perdagangan hingga memacu pembiayaan margin serta melindungi investor kecil.

Namun upaya tersebut tidak cukup menghilangkan sentimen negatif, kata para pengelola keuangan, yang menunjukkan bahwa perubahan haluan dalam perekonomian dan pendapatan adalah kuncinya.

Saat ini, sudah ada tanda-tanda yang mulai terjadi, namun hal tersebut tampaknya justru semakin menambah keraguan.

"Membaiknya data ekonomi kuartal ketiga membuat kecil kemungkinan bagi pemerintah untuk meluncurkan stimulus di kuartal keempat," kata Zhiwei Zhang, kepala ekonom Pinpoint Asset Management di Hong Kong.

"Fokus pemerintah dan pasar akan beralih ke prospek pertumbuhan tahun depan, mengenai target pertumbuhan apa yang akan ditetapkan pemerintah dan berapa banyak pelonggaran fiskal yang akan dilakukan," sambungnya.

Beberapa pemburu barang murah sangat antusias dan menunjuk pada rasio harga-terhadap-pendapatan sebesar 12 untuk Shanghai Composite (.SSEC) versus 22,3 untuk S&P 500 (.SPX), sebagai sinyal untuk membeli.

"Hal ini kembali tergantung pada bagaimana pasar China bekerja," sebut Steven Luk, kepala eksekutif FountainCap Research and Investment

"Ketika keadaan sedang baik, partai menjadi sedikit gelisah dan ingin memastikan bahwa mereka masih memiliki sedikit kendali, jadi mereka melakukan intervensi," lanjutnya, mengacu pada Partai Komunis China.

"Tetapi ketika mereka melakukan hal tersebut, kepercayaan dunia usaha menurun, sehingga mereka akan mengambil langkah mundur dan keadaan akan mulai pulih kembali," jelas Steven.

Rasmus Nemmoe, manajer portofolio di FSSA Investment Managers, mengatakan bahwa dirinya memanfaatkan "sentimen pasar yang lemah" terhadap perusahaan konsumen China untuk membeli saham di Chongqing Brewery (600132.SS).

Namun, survei terhadap lebih dari 250 fund manager oleh Bank of America (BofA) sebelum data pertumbuhan China dikeluarkan pada hari Selasa, menunjukkan bahwa investor khawatir keadaan akan menjadi lebih buruk.

"Kurangnya pelonggaran terpadu telah menyebabkan kelelahan dan frustrasi mengambil alih," ucap analis BofA, dengan hanya seperempat responden yang sudah atau sedang membangun eksposur, dan sisanya mencari di tempat lain atau merasa tidak yakin.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More