Kenangan Pahit Perang Yom Kippur, Koalisi Negara Arab Keok oleh Israel
Selasa, 17 Oktober 2023 - 20:55 WIB
Dilansir dari Jewish Virtual Library, Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak terkoordinasi terhadap Israel. Jumlah kekuatan mereka dapat dikatakan setara dengan NATO di Eropa.
Terdapat sekitar 180 tank Israel menghadapi serangan gencar 1.400 tank Suriah di Dataran Tinggi Golan. Di sepanjang Terusan Suez, kurang dari 500 pembela Israel dengan hanya tiga tank diserang oleh 600.000 tentara Mesir, yang didukung oleh 2.000 tank dan 550 pesawat.
Serangan Mesir dan Suriah ini juga dibantu oleh sejumlah negara Arab lain. Namun yang paling gencar memberi bantuan adalah Irak, karena telah mengirimkan satu skuadron Jet untuk Negeri Piramid.
Selama perang, sebuah divisi Irak yang terdiri dari sekitar 18.000 orang dan beberapa ratus tank dikerahkan di Golan tengah dan berpartisipasi dalam serangan tanggal 16 Oktober terhadap posisi Israel.
Arab Saudi dan Kuwait juga berkomitmen untuk berperang. Sebuah brigade Saudi yang terdiri dari sekitar 3.000 tentara dikirim ke Suriah, di mana mereka berpartisipasi dalam pertempuran di sepanjang pendekatan ke Damaskus.
Tak mau kalah, Aljazair mengirimkan tiga skuadron pesawat tempur dan pembom, satu brigade lapis baja, dan 150 tank. Sekitar 1.000 hingga 2.000 tentara Tunisia ditempatkan di Delta Nil. Sedangkan Sudan menempatkan 3.500 tentara di Mesir selatan, dan Maroko mengirim tiga brigade ke garis depan, termasuk 2.500 orang ke Suriah.
Selama perang Yom Kippur, negara-negara penghasil minyak Arab memberlakukan embargo ekspor minyak ke Amerika Serikat, Portugal, dan Belanda karena dukungan mereka terhadap Israel. Dampaknya menyebabkan kelangkaan minyak bumi di Amerika Serikat dan naiknya harga gas hingga empat kali lipat. Orang Amerika segera harus menghadapi antrean panjang di pompa bensin.
Tidak hanya itu, Uni Soviet yang tadinya enggan untuk mengirimkan bantuan justru berubah pikiran dan mengirim pasukan persenjataannya ke Mesir. Hal tersebut lantas memperburuk kondisi Israel.
Semakin tertekan, Israel hanya mengandalkan bantuan dari Amerika Serikat saja kala itu. Ironisnya, di situasi yang tertekan itu negeri Yahudi justru mampu membalikkan keadaan.
Israel berhasil menghentikan pergerakan Mesir dengan cara melumpuhkan sebagian pertahanan udara. Hal tersebut membuat pasukan Yahudi yang dipimpin oleh Jenderal Ariel Sharon berhasil untuk mengepung Angkatan Darat Ketiga Mesir.
Terdapat sekitar 180 tank Israel menghadapi serangan gencar 1.400 tank Suriah di Dataran Tinggi Golan. Di sepanjang Terusan Suez, kurang dari 500 pembela Israel dengan hanya tiga tank diserang oleh 600.000 tentara Mesir, yang didukung oleh 2.000 tank dan 550 pesawat.
Serangan Mesir dan Suriah ini juga dibantu oleh sejumlah negara Arab lain. Namun yang paling gencar memberi bantuan adalah Irak, karena telah mengirimkan satu skuadron Jet untuk Negeri Piramid.
Selama perang, sebuah divisi Irak yang terdiri dari sekitar 18.000 orang dan beberapa ratus tank dikerahkan di Golan tengah dan berpartisipasi dalam serangan tanggal 16 Oktober terhadap posisi Israel.
Arab Saudi dan Kuwait juga berkomitmen untuk berperang. Sebuah brigade Saudi yang terdiri dari sekitar 3.000 tentara dikirim ke Suriah, di mana mereka berpartisipasi dalam pertempuran di sepanjang pendekatan ke Damaskus.
Tak mau kalah, Aljazair mengirimkan tiga skuadron pesawat tempur dan pembom, satu brigade lapis baja, dan 150 tank. Sekitar 1.000 hingga 2.000 tentara Tunisia ditempatkan di Delta Nil. Sedangkan Sudan menempatkan 3.500 tentara di Mesir selatan, dan Maroko mengirim tiga brigade ke garis depan, termasuk 2.500 orang ke Suriah.
Selama perang Yom Kippur, negara-negara penghasil minyak Arab memberlakukan embargo ekspor minyak ke Amerika Serikat, Portugal, dan Belanda karena dukungan mereka terhadap Israel. Dampaknya menyebabkan kelangkaan minyak bumi di Amerika Serikat dan naiknya harga gas hingga empat kali lipat. Orang Amerika segera harus menghadapi antrean panjang di pompa bensin.
Tidak hanya itu, Uni Soviet yang tadinya enggan untuk mengirimkan bantuan justru berubah pikiran dan mengirim pasukan persenjataannya ke Mesir. Hal tersebut lantas memperburuk kondisi Israel.
Semakin tertekan, Israel hanya mengandalkan bantuan dari Amerika Serikat saja kala itu. Ironisnya, di situasi yang tertekan itu negeri Yahudi justru mampu membalikkan keadaan.
Israel berhasil menghentikan pergerakan Mesir dengan cara melumpuhkan sebagian pertahanan udara. Hal tersebut membuat pasukan Yahudi yang dipimpin oleh Jenderal Ariel Sharon berhasil untuk mengepung Angkatan Darat Ketiga Mesir.
Lihat Juga :
tulis komentar anda