Kekuatan Udara China dan Mitos Pesawat Jet Tempur J-20

Selasa, 17 Oktober 2023 - 12:16 WIB
Mitos seputar pesawat jet tempur J-20, salah satu teka-teki terbesar dalam ketegangan perbatasan antara India dan China. Foto/REUTERS
BEIJING - Mitos seputar pesawat jet tempur J-20, salah satu teka-teki terbesar dalam ketegangan perbatasan antara India danChina di tahun 1962, adalah pertanyaan mengapa India tidak menggunakan kekuatan udaranya dalam melawan tentara China di perbatasan Himalaya.

Seandainya Angkatan Udara India digunakan, hasil perang perbatasan bisa berbeda.

Hal ini bukan hanya karena Angkatan Udara China masih dalam tahap awal di era 1960-an, tetapi juga karena kesulitan teknis yang dihadapi mereka dalam beroperasi dari dataran tinggi Tibet.

Kondisi sekarang telah berubah. Angkatan Udara China maupun Angkatan Udara India telah tumbuh secara eksponensial.

Namun kesulitan yang melekat pada Angkatan Udara China dalam beroperasi di Tibet masih sama. Dalam hal ini, Angkatan Udara India memiliki keunggulan dibandingkan China yang tidak dapat diabaikan oleh mesin propaganda Beijing.



Garis Kendali Aktual (LAC) di mana kemungkinan terjadinya konfrontasi antara angkatan bersenjata kedua negara di masa mendatang, terletak jauh dari lapangan terbang di daratan China.

Untuk menjalankan upaya perang, Angkatan Udara China harus beroperasi dari lapangan terbang di dataran tinggi Tibet. Di sini, mereka akan menghadapi kelemahan teknologi karena tidak dapat lepas landas dengan muatan penuh.



Mengutip dari India Bloom, Selasa (17/10/2023), pesawat tempur China yang lepas landas dari lapangan terbang di Tibet tidak dapat membawa persenjataan lengkap, dan tangki bahan bakarnya juga tidak bisa terisi penuh.

Sebaliknya, India memiliki serangkaian lapangan terbang yang mendekati ketinggian permukaan laut dekat LAC, yaitu di Assam, Benggala utara, dan bagian barat negara.

Di wilayah tersebut, pesawat tempur kelas atas Rafale, Sukhoi MKI dan MIG 29 telah dikerahkan. Tiga jenis pesawat ini tidak menghadapi masalah lepas landas dengan membawa banyak senjata dan bahan bakar, dan juga memiliki banyak keunggulan dibandingkan pesawat China.

Manajer kampanye di Beijing bekerja keras untuk membuat pesawat tempur J-20 yang telah dikembangkan sendiri oleh China, dengan mengeklaim bahwa pesawat tersebut lebih unggul secara teknologi dibandingkan pesawat mana pun yang ada di gudang senjata India.

Disebutkan bahwa J-20 telah dikerahkan di Komando Teater Barat Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China yang mengawasi perbatasan China-India.

China juga mengatakan bahwa kehadiran pesawat tempur generasi kelima ini akan memberikan superioritas udara yang diperlukan atas Angkatan Udara India di Tibet jika sewaktu-waktu terjadi konflik.

Mitos Teknologi J-20



Sejumlah para ahli China, dalam keterangan yang dikutip Global Times, melaporkan pada Juli 2020 bahwa, "Rafale hanyalah jet tempur generasi ketiga, dan tidak memiliki peluang besar dalam melawan jet tempur siluman generasi keempat seperti J-20."

Sekelompok pakar China lainnya, masih dalam laporan Global Times, telah mengakui bahwa J-20 sama sekali bukan pesawat tempur generasi kelima, melainkan generasi keempat. Pesawat tempur siluman yang masuk kategori generasi kelima adalah yang tidak meninggalkan tanda apa pun di radar musuh.

Hanya ada tiga pesawat generasi kelima di dunia saat ini, F-35 dan F-22 dari Amerika Serikat serta Su-57 buatan Rusia.

Mantan Kepala Staf Udara India Marsekal B. S. Dhanoa semakin “meledakkan” mitos keunggulan teknologi J-20 dibandingkan Rafale. “J-20 dilengkapi canard, sementara pesawat generasi kelima yang asli tidak memiliki canard,” ujarnya.

Canard adalah sayap depan kecil dari sebuah pesawat yang dipasang pada badan pesawat yang terletak di depan sayap utama. Komponen ini meningkatkan kontrol dan daya angkat pesawat, tetapi meninggalkan jejak di radar.

Selain itu, kata Dhanoa, tidak seperti pesawat generasi kelima, J-20 tidak dapat mencapai kecepatan jelajah super melebihi Mach 1.

Marsekal Udara Anil Chopra (purnawirawan) Angkatan Udara India pun pernah dikutip oleh The EurAsian Times pada 16 Januari 2021, di mana dirinya mempertanyakan kemampuan pesawat tempur China seperti J-20.

"Sementara China meremehkan kualitas Rafale, kami punya alasan untuk mempertanyakan kemampuan siluman J-20, mengingat bentuk sinyal radar yang kasar dan mencerminkan kendali canard. J-20 menggunakan mesin Rusia yang lebih tua, yang dirancang dengan buruk untuk menyembunyikan tanda radar dan inframerah," ungkapnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More