Kolonel Israel Ungkap Rencana Serangan ke Gaza: Pertempuran akan Jadi Neraka
Minggu, 15 Oktober 2023 - 05:30 WIB
Saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken di Yordania, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengatakan “pengungsian paksa” terhadap warga Palestina akan menjadi “Nakba kedua”.
Nakba, atau "bencana" sebagaimana dikenal dalam bahasa Inggris, mengacu pada pembersihan etnis sekitar 750.000 warga Palestina dari tanah dan rumah mereka di wilayah bersejarah Palestina pada saat berdirinya Israel pada 1948.
Sejak Israel mulai memerintahkan warga Palestina meninggalkan Gaza utara pada Jumat pagi, ada keyakinan di antara banyak orang bahwa perintah tersebut adalah bagian dari rencana memindahkan penduduknya ke selatan, hingga mereka terpaksa meninggalkan Gaza dan menyeberang ke Mesir sebagai pengungsi.
Kolonel tersebut mengatakan kepada MEE bahwa para pejabat militer Israel yakin Hamas dapat melawan pasukan Israel hingga tiga bulan, namun mengatakan serangan apa pun yang dilakukan kelompok Palestina dapat mengubah arah operasi militer Israel.
“Berbagai skenario dibahas tentang apa yang akan dilakukan Hamas. Jika ini berubah menjadi konflik langsung dan bukan berdasarkan operasi khusus, perbatasan Gaza mungkin secara de facto berubah. Inilah sebabnya warga sipil diminta untuk bermigrasi,” ujar dia.
Kolonel itu juga mengatakan, jika Hamas menyerah dan tidak melakukan perlawanan sengit terhadap kelompok Palestina lainnya, tentara akan tetap berada di sana untuk jangka waktu yang belum ditentukan.
Dia menambahkan, pasukan Israel yang ditempatkan di Jalur Gaza akan melancarkan operasi yang menargetkan jaringan Hamas, termasuk para pemimpin militer kelompok tersebut dan terowongan labirin yang telah dibangunnya.
Namun, dia mengatakan operasi darat akan menjadi "neraka" bagi pasukan cadangan Israel yang belum menerima pelatihan yang tepat.
Dia mengakui militer sedang berjuang dengan jumlah pasukan khusus yang diperlukan untuk operasi sebesar itu.
Nakba, atau "bencana" sebagaimana dikenal dalam bahasa Inggris, mengacu pada pembersihan etnis sekitar 750.000 warga Palestina dari tanah dan rumah mereka di wilayah bersejarah Palestina pada saat berdirinya Israel pada 1948.
Sejak Israel mulai memerintahkan warga Palestina meninggalkan Gaza utara pada Jumat pagi, ada keyakinan di antara banyak orang bahwa perintah tersebut adalah bagian dari rencana memindahkan penduduknya ke selatan, hingga mereka terpaksa meninggalkan Gaza dan menyeberang ke Mesir sebagai pengungsi.
Kolonel tersebut mengatakan kepada MEE bahwa para pejabat militer Israel yakin Hamas dapat melawan pasukan Israel hingga tiga bulan, namun mengatakan serangan apa pun yang dilakukan kelompok Palestina dapat mengubah arah operasi militer Israel.
“Berbagai skenario dibahas tentang apa yang akan dilakukan Hamas. Jika ini berubah menjadi konflik langsung dan bukan berdasarkan operasi khusus, perbatasan Gaza mungkin secara de facto berubah. Inilah sebabnya warga sipil diminta untuk bermigrasi,” ujar dia.
Kolonel itu juga mengatakan, jika Hamas menyerah dan tidak melakukan perlawanan sengit terhadap kelompok Palestina lainnya, tentara akan tetap berada di sana untuk jangka waktu yang belum ditentukan.
Dia menambahkan, pasukan Israel yang ditempatkan di Jalur Gaza akan melancarkan operasi yang menargetkan jaringan Hamas, termasuk para pemimpin militer kelompok tersebut dan terowongan labirin yang telah dibangunnya.
Namun, dia mengatakan operasi darat akan menjadi "neraka" bagi pasukan cadangan Israel yang belum menerima pelatihan yang tepat.
Dia mengakui militer sedang berjuang dengan jumlah pasukan khusus yang diperlukan untuk operasi sebesar itu.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda