Drone Murah Hamas Bikin Tembok Perbatasan Canggih Israel Kocar-kacir
Kamis, 12 Oktober 2023 - 08:45 WIB
GAZA - Menipu Israel mengenai niatnya dan menemukan kerentanan utama dalam infrastruktur pengawasan di perbatasan Gaza adalah beberapa elemen penting dari serangan terbaru Hamas.
Perencanaan matang oleh Hamas memungkinkan kelompok pejuang Palestina itu melancarkan serangan terburuk terhadap keamanan Israel dalam lima dekade, menurut The New York Times pada Selasa (10/10/2023).
Surat kabar tersebut berbicara dengan para pejabat senior keamanan Israel tentang kesimpulan awal yang dibuat lembaga mereka mengenai serangan pejuang Hamas ke Israel selatan pada Sabtu lalu.
Pejuang Hamas Palestina menyerbu lebih dari 20 kota dan pangkalan militer, menewaskan ratusan tentara dan warga sipil serta menyandera puluhan orang.
Sebelum serangan itu, Israel menganggap Hamas berhasil dicegah sejak bentrokan pada Mei 2021.
“Panggilan telepon yang disadap antara militan tampaknya mengkonfirmasi penilaian bahwa organisasi tersebut bukanlah ancaman,” ungkap sumber itu.
Analisis sedang dilakukan untuk mengetahui apakah percakapan tersebut direkayasa.
Israel terlalu bergantung pada tembok canggih yang dibangunnya di sepanjang perbatasan Gaza, yang memiliki berbagai jenis sensor dan senapan mesin yang dioperasikan dari jarak jauh.
“Para pejabat percaya wilayah tersebut tidak dapat ditembus dan menempatkan kekuatan militer yang relatif kecil di dekatnya, sehingga memprioritaskan wilayah lain untuk penempatan,” ungkap laporan itu.
“Hamas menghancurkan setidaknya empat menara komunikasi menggunakan amunisi yang dijatuhkan drone pada tahap awal serangannya, sehingga sistem tersebut tidak berguna,” papar NYT.
Israel tidak dapat melihat akibat dari penghancuran dinding perbatasan tersebut, yang ternyata merupakan hal yang lebih mudah dari yang mereka perkirakan.
Hamas menggunakan bahan peledak dan buldoser untuk menciptakan hampir 30 celah agar sekitar 1.500 pejuang dapat melewatinya.
Kegagalan operasional yang dilakukan Israel mengakibatkan para komandan seniornya berkumpul di satu pangkalan di wilayah tersebut, yang kemudian dikuasai dalam serangan kilat oleh para pejuang Palestina.
“Dengan sebagian besar pemimpin Israel terbunuh atau disandera, respons Israel terhadap keadaan darurat tidak terorganisir dan lambat,” papar sumber itu.
Orang-orang yang berada di posisi lebih tinggi dalam rantai komando pada awalnya tidak menyadari skala serangan di tengah kekacauan tersebut.
Pesawat-pesawat tempur Israel membutuhkan waktu berjam-jam untuk memberikan dukungan udara kepada pasukan yang merespons, meskipun mereka bermarkas hanya beberapa menit dari daerah tersebut.
Investigasi menyeluruh atas kegagalan Israel masih tertunda, karena pasukannya saat ini fokus pada aksi militer balasan di Gaza.
Surat kabar tersebut menyatakan serangan Hamas telah menghancurkan rasa aman negara tersebut dan merusak reputasi internasionalnya sebagai mitra keamanan yang dapat diandalkan.
Perencanaan matang oleh Hamas memungkinkan kelompok pejuang Palestina itu melancarkan serangan terburuk terhadap keamanan Israel dalam lima dekade, menurut The New York Times pada Selasa (10/10/2023).
Surat kabar tersebut berbicara dengan para pejabat senior keamanan Israel tentang kesimpulan awal yang dibuat lembaga mereka mengenai serangan pejuang Hamas ke Israel selatan pada Sabtu lalu.
Pejuang Hamas Palestina menyerbu lebih dari 20 kota dan pangkalan militer, menewaskan ratusan tentara dan warga sipil serta menyandera puluhan orang.
Sebelum serangan itu, Israel menganggap Hamas berhasil dicegah sejak bentrokan pada Mei 2021.
“Panggilan telepon yang disadap antara militan tampaknya mengkonfirmasi penilaian bahwa organisasi tersebut bukanlah ancaman,” ungkap sumber itu.
Analisis sedang dilakukan untuk mengetahui apakah percakapan tersebut direkayasa.
Israel terlalu bergantung pada tembok canggih yang dibangunnya di sepanjang perbatasan Gaza, yang memiliki berbagai jenis sensor dan senapan mesin yang dioperasikan dari jarak jauh.
“Para pejabat percaya wilayah tersebut tidak dapat ditembus dan menempatkan kekuatan militer yang relatif kecil di dekatnya, sehingga memprioritaskan wilayah lain untuk penempatan,” ungkap laporan itu.
“Hamas menghancurkan setidaknya empat menara komunikasi menggunakan amunisi yang dijatuhkan drone pada tahap awal serangannya, sehingga sistem tersebut tidak berguna,” papar NYT.
Israel tidak dapat melihat akibat dari penghancuran dinding perbatasan tersebut, yang ternyata merupakan hal yang lebih mudah dari yang mereka perkirakan.
Hamas menggunakan bahan peledak dan buldoser untuk menciptakan hampir 30 celah agar sekitar 1.500 pejuang dapat melewatinya.
Kegagalan operasional yang dilakukan Israel mengakibatkan para komandan seniornya berkumpul di satu pangkalan di wilayah tersebut, yang kemudian dikuasai dalam serangan kilat oleh para pejuang Palestina.
“Dengan sebagian besar pemimpin Israel terbunuh atau disandera, respons Israel terhadap keadaan darurat tidak terorganisir dan lambat,” papar sumber itu.
Orang-orang yang berada di posisi lebih tinggi dalam rantai komando pada awalnya tidak menyadari skala serangan di tengah kekacauan tersebut.
Pesawat-pesawat tempur Israel membutuhkan waktu berjam-jam untuk memberikan dukungan udara kepada pasukan yang merespons, meskipun mereka bermarkas hanya beberapa menit dari daerah tersebut.
Investigasi menyeluruh atas kegagalan Israel masih tertunda, karena pasukannya saat ini fokus pada aksi militer balasan di Gaza.
Surat kabar tersebut menyatakan serangan Hamas telah menghancurkan rasa aman negara tersebut dan merusak reputasi internasionalnya sebagai mitra keamanan yang dapat diandalkan.
(sya)
tulis komentar anda