Pentagon Akui Jadikan Ukraina Laboratorium Militer AS
Jum'at, 22 September 2023 - 06:34 WIB
WASHINGTON - Pentagon mengakui bahwa Ukraina telah dijadikan laboratorium inovasi militer sejati Amerika Serikat (AS), khususnya di bidang AI (artificial intelligence) dan drone.
Pengakuan itu disampaikan Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Strategi, Rencana, dan Kemampuan, Mara Karlin, kepada panel di Ronald Reagan Institute pada Rabu lalu.
Dia mengatakan wawasan peperangan berharga yang datang dari Ukraina sama pentingnya dengan data yang dikumpulkan oleh militer AS selama perang di Afghanistan dan Irak.
“Ada hal-hal yang tidak akan Anda pelajari dalam suatu konflik, katakanlah melalui latihan perang atau latihan di atas meja, dan ada hal-hal lain yang pasti akan dipelajari ketika ada perang,” katanya.
Dia mengingat kembali seberapa banyak inovasi yang dilakukan ketika pasukan AS berada di Irak dan Afghanistan dan bagaimana mereka mampu melakukan hal-hal tertentu, menempatkannya di medan perang, mencari cara untuk melakukan perubahan tertentu dan menerapkannya.
"Jelas sekali, Ukraina adalah laboratorium pembelajaran inovasi militer. Saya rasa, kita semua tidak kekurangan contoh," ujarnya, seperti dikutip RT, Jumat (22/9/2023).
Melihat Ukraina sebagai laboratorium militer adalah sesuatu yang diungkapkan tidak hanya oleh para pendukung Kyiv di luar negeri, namun juga oleh para pemimpin negara tersebut. Misalnya, perang antara Rusia dan Ukraina telah diiklankan sebagai peluang bagi para pembuat senjata Barat oleh mantan Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov.
"Pendukung Kyiv di Barat dan raksasa industri pertahanan mereka benar-benar dapat melihat apakah senjata mereka berfungsi, seberapa efisien cara kerjanya, dan apakah senjata tersebut perlu ditingkatkan,” kata Reznikov kepada Financial Times pada bulan Juli.
“Bagi industri militer dunia, Anda tidak dapat menemukan tempat pengujian yang lebih baik.”
Pengakuan itu disampaikan Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Strategi, Rencana, dan Kemampuan, Mara Karlin, kepada panel di Ronald Reagan Institute pada Rabu lalu.
Dia mengatakan wawasan peperangan berharga yang datang dari Ukraina sama pentingnya dengan data yang dikumpulkan oleh militer AS selama perang di Afghanistan dan Irak.
“Ada hal-hal yang tidak akan Anda pelajari dalam suatu konflik, katakanlah melalui latihan perang atau latihan di atas meja, dan ada hal-hal lain yang pasti akan dipelajari ketika ada perang,” katanya.
Dia mengingat kembali seberapa banyak inovasi yang dilakukan ketika pasukan AS berada di Irak dan Afghanistan dan bagaimana mereka mampu melakukan hal-hal tertentu, menempatkannya di medan perang, mencari cara untuk melakukan perubahan tertentu dan menerapkannya.
"Jelas sekali, Ukraina adalah laboratorium pembelajaran inovasi militer. Saya rasa, kita semua tidak kekurangan contoh," ujarnya, seperti dikutip RT, Jumat (22/9/2023).
Melihat Ukraina sebagai laboratorium militer adalah sesuatu yang diungkapkan tidak hanya oleh para pendukung Kyiv di luar negeri, namun juga oleh para pemimpin negara tersebut. Misalnya, perang antara Rusia dan Ukraina telah diiklankan sebagai peluang bagi para pembuat senjata Barat oleh mantan Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov.
"Pendukung Kyiv di Barat dan raksasa industri pertahanan mereka benar-benar dapat melihat apakah senjata mereka berfungsi, seberapa efisien cara kerjanya, dan apakah senjata tersebut perlu ditingkatkan,” kata Reznikov kepada Financial Times pada bulan Juli.
“Bagi industri militer dunia, Anda tidak dapat menemukan tempat pengujian yang lebih baik.”
(mas)
tulis komentar anda