Korut Luncurkan Kapal Selam Serangan Nuklir, Korsel Anggap Bualan
Sabtu, 09 September 2023 - 02:57 WIB
“Kapal selam serangan nuklir, yang selama beberapa dekade merupakan simbol agresi terhadap republik kita, kini telah menjadi simbol kekuatan revolusioner kita untuk menimbulkan ketakutan di hati musuh-musuh kita yang keji,” tulis KCNA mengutip ucapan Kim Jong-un.
Kim mengatakan negaranya sedang mengembangkan armada kapal selam bertenaga nuklir dan akan merombak kapal selam dan kapal permukaan yang ada untuk menangani masalah persenjataan nuklir. Dia menggambarkan pembangunan militer berkemampuan nuklir sebagai “tugas mendesak.”
“Kapal selam ini, meskipun banyak dimodifikasi, didasarkan pada teknologi asal Soviet tahun 1950-an dan akan memiliki keterbatasan yang melekat. Namun demikian, dalam hal mempersulit tantangan penargetan yang akan dihadapi Amerika Serikat dan sekutunya, kapal selam ini akan mampu memenuhi tujuan Korea Utara,” kata Ankit Panda, pakar di Carnegie Endowment for International Peace.
Kim Jong-un secara khusus menekankan perlunya memperkuat Angkatan Laut negaranya dalam beberapa pekan terakhir.
Para analis mengatakan, bagi Korea Utara, membangun armada yang terdiri dari setidaknya beberapa kapal selam yang dapat melakukan perjalanan dengan tenang dan melakukan serangan dengan andal akan membutuhkan banyak waktu, sumber daya, dan peningkatan teknologi. Sumber daya tersebut bisa saja berasal dari Rusia.
Para pemimpin senior dari kedua negara bertemu selama musim panas, dan kemungkinan pertemuan antara Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin sedang direncanakan.
Ada spekulasi bahwa Kim Jong-un akan mengunjungi Putin untuk membahas penjualan senjata Korea Utara guna mengisi kembali cadangan senjata Rusia yang terkuras akibat perang di Ukraina.
Korea Utara dapat mencari teknologi senjata canggih untuk menyediakan peluru artileri dan amunisi lainnya kepada Rusia.
Kesepakatan itu, lanjut para analis, dapat mencakup teknologi yang terkait dengan kapal selam nuklir, sistem rudal balistik yang diluncurkan oleh kapal selam, rudal balistik antarbenua dan satelit mata-mata militer meskipun Moskow biasanya tidak memberikan teknologi sensitif.
Korea Utara, serta Rusia, masih terkena sanksi berat dan keduanya mengalami kesulitan ekonomi.
Kim mengatakan negaranya sedang mengembangkan armada kapal selam bertenaga nuklir dan akan merombak kapal selam dan kapal permukaan yang ada untuk menangani masalah persenjataan nuklir. Dia menggambarkan pembangunan militer berkemampuan nuklir sebagai “tugas mendesak.”
“Kapal selam ini, meskipun banyak dimodifikasi, didasarkan pada teknologi asal Soviet tahun 1950-an dan akan memiliki keterbatasan yang melekat. Namun demikian, dalam hal mempersulit tantangan penargetan yang akan dihadapi Amerika Serikat dan sekutunya, kapal selam ini akan mampu memenuhi tujuan Korea Utara,” kata Ankit Panda, pakar di Carnegie Endowment for International Peace.
Kim Jong-un secara khusus menekankan perlunya memperkuat Angkatan Laut negaranya dalam beberapa pekan terakhir.
Para analis mengatakan, bagi Korea Utara, membangun armada yang terdiri dari setidaknya beberapa kapal selam yang dapat melakukan perjalanan dengan tenang dan melakukan serangan dengan andal akan membutuhkan banyak waktu, sumber daya, dan peningkatan teknologi. Sumber daya tersebut bisa saja berasal dari Rusia.
Para pemimpin senior dari kedua negara bertemu selama musim panas, dan kemungkinan pertemuan antara Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin sedang direncanakan.
Ada spekulasi bahwa Kim Jong-un akan mengunjungi Putin untuk membahas penjualan senjata Korea Utara guna mengisi kembali cadangan senjata Rusia yang terkuras akibat perang di Ukraina.
Korea Utara dapat mencari teknologi senjata canggih untuk menyediakan peluru artileri dan amunisi lainnya kepada Rusia.
Kesepakatan itu, lanjut para analis, dapat mencakup teknologi yang terkait dengan kapal selam nuklir, sistem rudal balistik yang diluncurkan oleh kapal selam, rudal balistik antarbenua dan satelit mata-mata militer meskipun Moskow biasanya tidak memberikan teknologi sensitif.
Korea Utara, serta Rusia, masih terkena sanksi berat dan keduanya mengalami kesulitan ekonomi.
tulis komentar anda