Penyebab Muammar Gaddafi Dibunuh, antara Kemarahan Rakyat Libya dan Perintah Prancis
Senin, 21 Agustus 2023 - 22:39 WIB
JAKARTA - Oktober 2011 menjadi akhir dari diktator Libya Muammar Gaddafi. Dia digulingkan melalui invasi NATO, lalu dibunuh secara brutal oleh massa pemberontak di jalanan kampung halamannya; Sirte.
Setelah hampir 12 tahun berlalu, Italia—yang juga anggota NATO—menyalahkan aliansi tersebut karena membiarkan Gaddafi dibunuh massa pemberontak. Menurut Italia, setelah diktator Libya itu digulingkan dan dibiarkan dibunuh, kekacauan justru melanda negara itu dan kawasan Afrika selama bertahun-tahun.
"Dia tentu saja lebih baik daripada mereka yang datang kemudian," kata Wakil Perdana Menteri yang juga Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani.
“Membiarkan Gaddafi dibunuh adalah kesalahan yang sangat serius. Dia mungkin bukan juara demokrasi, tetapi begitu dia selesai, ketidakstabilan politik tiba di Libya dan Afrika,” ujarnya.
Ada dua versi tentang pelaku pembunuhan terhadap Gaddafi. Versi pertama, pelakunya adalah massa pemberontak. Versi kedua, pelakunya adalah agen rahasia Prancis yang menjalankan perintah presiden Prancis saat itu; Nicholas Sarkozy.
Setelah Libya tak berdaya diinvasi NATO, Gaddafi digulingkan. Seketika, Libya menjadi negara yang diperebutkan faksi-faksi pemberontak.
Alasan Gaddafi dibunuh massa pemberontak adalah kemungkinan kemarahan massa yang telah memuncak terhadap kepemimpinan Gaddafi yang sangat lama. Kemungkinan lain adalah karena kelompok pemberontak menginginkan kekuasaan secara mutlak.
Keadaan pasti kematiannya masih belum jelas dengan catatan yang saling bertentangan tentang kematiannya. Tapi cuplikan dari saat-saat kacau terakhir hidup Gaddafi menawarkan beberapa petunjuk tentang apa yang terjadi.
Gaddafi sebenarnya masih hidup ketika dia ditangkap massa pemberontak di dekat Sirte. Dalam sebuah video, yang difilmkan oleh seorang saksi mata di tengah kerumunan dan kemudian ditayangkan di televisi, Gaddafi terlihat linglung dan terluka diseret dari kap kendaraan dan ditarik ke tanah dengan menjambak rambutnya.
"Biarkan dia tetap hidup, biarkan dia tetap hidup!" teriak seseorang di kerumunan massa. Gaddafi kemudian menghilang dari pandangan dan suara tembakan terdengar.
"Mereka menangkapnya hidup-hidup dan ketika dia dibawa pergi, mereka memukulinya dan kemudian membunuhnya," kata seorang sumber senior di Dewan Transisi Nasional (NTC)—pemerintah yang dibentuk usai rezim Gaddafi lengser—kepada Reuters.
"Dia mungkin melawan," katanya lagi.
NTC kemudian mengatakan Gaddafi tewas ketika tembak-menembak terjadi—setelah dia ditangkap—antara pendukungnya dan massa pemberontak. Dia meninggal karena luka tembak di kepala.
NTC mengeklaim tidak ada perintah yang diberikan untuk membunuhnya.
Sejumlah media Barat melaporkan Gaddafi dibunuh oleh agen dinas rahasia Prancis, yang bertindak atas perintah langsung presiden Prancis saat itu; Nicholas Sarkozy.
Menurut sumber yang dikutip Daily Mail, Sarkozy yang memerintah Prancis dari 2007 hingga 2012, mengirim agen dinas rahasia untuk menyusup ke geng pemberontak lokal yang mencoba menemukan Gaddafi ketika rezimnya runtuh setelah peristiwa Arab Spring.
Agen tersebut kemudian menembak Gaddafi di kepala, menurut laporan Daily Mail yang mengutip sumber yang ditempatkan dengan baik di negara Afrika Utara tersebut.
Sumber itu mengatakan bahwa pembunuhan itu disetujui untuk mencegah Gaddafi diinterogasi atau diadili dan mengungkap sifat sebenarnya dari urusannya dengan Sarkozy, serta para pemimpin Barat lainnya.
“Sarkozy punya banyak alasan untuk mencoba membungkam sang kolonel secepat mungkin,” kata sumber yang berbasis di Tripoli itu kepada surat kabar Inggris tersebut.
Sebelum NATO meluncurkan kampanye pengeboman yang disetujui PBB, yang bertujuan untuk menggulingkan Gaddafi pada tahun 2011, diktator Libya yang eksentrik itu tampaknya memiliki hubungan yang kuat dengan beberapa pemimpin Eropa, termasuk Silvio Berlusconi dari Italia dan Tony Blair dari Inggris.
Sarkozy, bagaimanapun, diguncang oleh skandal pada Maret 2012 ketika terungkap bahwa Gaddafi telah memberikan 50 juta Euro untuk kampanye kepresidenannya—sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh Sarkozy.
Desas-desus seputar pembunuhan Gaddafi telah berputar selama bertahun-tahun, di mana Mahmoud Jibril, yang menjabat sebagai Perdana Menteri sementara setelah penggulingan Gaddafi, mengatakan kepada televisi Mesir pada tahun 2012: "Itu adalah agen asing yang bergabung dengan brigade revolusioner untuk membunuh Gaddafi."
Laporan saat ini di media Italia juga mengutip sumber yang menuduh seorang agen Prancis berada di balik pembunuhan Oktober 2011.
“Sejak awal dukungan NATO untuk revolusi—yang sangat didukung oleh pemerintah Nicolas Sarkozy—Gaddafi secara terbuka mengancam akan mengungkapkan rincian hubungannya dengan mantan presiden Prancis, termasuk jutaan dolar yang dibayarkan untuk membiayai pencalonannya pada pemilu 2007,” tulis surat kabar Italia; Corriere della Serra, mengutip sumber-sumber diplomatik Libya.
Setelah hampir 12 tahun berlalu, Italia—yang juga anggota NATO—menyalahkan aliansi tersebut karena membiarkan Gaddafi dibunuh massa pemberontak. Menurut Italia, setelah diktator Libya itu digulingkan dan dibiarkan dibunuh, kekacauan justru melanda negara itu dan kawasan Afrika selama bertahun-tahun.
"Dia tentu saja lebih baik daripada mereka yang datang kemudian," kata Wakil Perdana Menteri yang juga Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani.
“Membiarkan Gaddafi dibunuh adalah kesalahan yang sangat serius. Dia mungkin bukan juara demokrasi, tetapi begitu dia selesai, ketidakstabilan politik tiba di Libya dan Afrika,” ujarnya.
Penyebab Muammar Gaddafi Dibunuh
Ada dua versi tentang pelaku pembunuhan terhadap Gaddafi. Versi pertama, pelakunya adalah massa pemberontak. Versi kedua, pelakunya adalah agen rahasia Prancis yang menjalankan perintah presiden Prancis saat itu; Nicholas Sarkozy.
Versi Gaddafi Dibunuh Massa Pemberontak
Setelah Libya tak berdaya diinvasi NATO, Gaddafi digulingkan. Seketika, Libya menjadi negara yang diperebutkan faksi-faksi pemberontak.
Alasan Gaddafi dibunuh massa pemberontak adalah kemungkinan kemarahan massa yang telah memuncak terhadap kepemimpinan Gaddafi yang sangat lama. Kemungkinan lain adalah karena kelompok pemberontak menginginkan kekuasaan secara mutlak.
Keadaan pasti kematiannya masih belum jelas dengan catatan yang saling bertentangan tentang kematiannya. Tapi cuplikan dari saat-saat kacau terakhir hidup Gaddafi menawarkan beberapa petunjuk tentang apa yang terjadi.
Gaddafi sebenarnya masih hidup ketika dia ditangkap massa pemberontak di dekat Sirte. Dalam sebuah video, yang difilmkan oleh seorang saksi mata di tengah kerumunan dan kemudian ditayangkan di televisi, Gaddafi terlihat linglung dan terluka diseret dari kap kendaraan dan ditarik ke tanah dengan menjambak rambutnya.
"Biarkan dia tetap hidup, biarkan dia tetap hidup!" teriak seseorang di kerumunan massa. Gaddafi kemudian menghilang dari pandangan dan suara tembakan terdengar.
"Mereka menangkapnya hidup-hidup dan ketika dia dibawa pergi, mereka memukulinya dan kemudian membunuhnya," kata seorang sumber senior di Dewan Transisi Nasional (NTC)—pemerintah yang dibentuk usai rezim Gaddafi lengser—kepada Reuters.
"Dia mungkin melawan," katanya lagi.
NTC kemudian mengatakan Gaddafi tewas ketika tembak-menembak terjadi—setelah dia ditangkap—antara pendukungnya dan massa pemberontak. Dia meninggal karena luka tembak di kepala.
NTC mengeklaim tidak ada perintah yang diberikan untuk membunuhnya.
Versi Gaddafi Dibunuh Agen Rahasia Prancis
Sejumlah media Barat melaporkan Gaddafi dibunuh oleh agen dinas rahasia Prancis, yang bertindak atas perintah langsung presiden Prancis saat itu; Nicholas Sarkozy.
Menurut sumber yang dikutip Daily Mail, Sarkozy yang memerintah Prancis dari 2007 hingga 2012, mengirim agen dinas rahasia untuk menyusup ke geng pemberontak lokal yang mencoba menemukan Gaddafi ketika rezimnya runtuh setelah peristiwa Arab Spring.
Agen tersebut kemudian menembak Gaddafi di kepala, menurut laporan Daily Mail yang mengutip sumber yang ditempatkan dengan baik di negara Afrika Utara tersebut.
Sumber itu mengatakan bahwa pembunuhan itu disetujui untuk mencegah Gaddafi diinterogasi atau diadili dan mengungkap sifat sebenarnya dari urusannya dengan Sarkozy, serta para pemimpin Barat lainnya.
“Sarkozy punya banyak alasan untuk mencoba membungkam sang kolonel secepat mungkin,” kata sumber yang berbasis di Tripoli itu kepada surat kabar Inggris tersebut.
Sebelum NATO meluncurkan kampanye pengeboman yang disetujui PBB, yang bertujuan untuk menggulingkan Gaddafi pada tahun 2011, diktator Libya yang eksentrik itu tampaknya memiliki hubungan yang kuat dengan beberapa pemimpin Eropa, termasuk Silvio Berlusconi dari Italia dan Tony Blair dari Inggris.
Sarkozy, bagaimanapun, diguncang oleh skandal pada Maret 2012 ketika terungkap bahwa Gaddafi telah memberikan 50 juta Euro untuk kampanye kepresidenannya—sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh Sarkozy.
Desas-desus seputar pembunuhan Gaddafi telah berputar selama bertahun-tahun, di mana Mahmoud Jibril, yang menjabat sebagai Perdana Menteri sementara setelah penggulingan Gaddafi, mengatakan kepada televisi Mesir pada tahun 2012: "Itu adalah agen asing yang bergabung dengan brigade revolusioner untuk membunuh Gaddafi."
Laporan saat ini di media Italia juga mengutip sumber yang menuduh seorang agen Prancis berada di balik pembunuhan Oktober 2011.
“Sejak awal dukungan NATO untuk revolusi—yang sangat didukung oleh pemerintah Nicolas Sarkozy—Gaddafi secara terbuka mengancam akan mengungkapkan rincian hubungannya dengan mantan presiden Prancis, termasuk jutaan dolar yang dibayarkan untuk membiayai pencalonannya pada pemilu 2007,” tulis surat kabar Italia; Corriere della Serra, mengutip sumber-sumber diplomatik Libya.
(mas)
tulis komentar anda