Imbangi Supremasi AS, China Berambisi Bangun Pangkalan Laut di Seluruh Dunia

Sabtu, 05 Agustus 2023 - 14:18 WIB
Pangkalan Angkatan Laut Ream di Kamboja yang akan menjadi pangkalan untuk kapal-kapal perang China. Pangkalan ini jadi bagian China untuk ekspansi ke seluruh dunia guna bersaing dengan AS. Foto/Khmer Times
BEIJING - Di tengah kebijakannya yang dinilai agresif, China sekarang sedang bersaing dengan negara-negara besar di dunia, terutama Amerika Serikat (AS).

Sebagai negara adidaya, AS memiliki kemampuan untuk mengerahkan pasukannya ke setiap sudut mana pun di dunia ini dalam hitungan jam, yang bisa terjadi karena kehadiran sejumlah pangkalan serta konektivitas jalur laut mereka yang superior.

Untuk mencoba mengimbangi kekuatan Washington, Beijing kini gencar membangun pangkalan laut dalam kecepatan yang belum pernah terlihat sebelumnya.



Dikutip dari laman The HK Post, Kamis (3/8/2023), China telah memiliki Angkatan Laut terbesar di dunia dalam hal jumlah kapal, dan saat ini terus meningkatkan jumlah pangkalan lautnya.

Pangkalan Angkatan Laut Ream milik China di Kamboja sudah hampir selesai, dengan dermaga yang dapat mengakomodasi kehadiran kapal perang dan kapal induk.



Pembangunan pangkalan Angkatan Laut Ream telah membuat AS menyuarakan kekhawatirannya atas proyek "super rahasia" China tersebut. Namun, China dan Kamboja sama-sama mementahkan kekhawatiran Washington.

Saat The HK Post bertanya mengenai proyek Ream, sejumlah pejabat China mengatakan bahwa China dan Kamboja merupakan dua mitra strategis komprehensif, dan kerja sama antar-kedua negara bersifat terbuka, transparan, beralasan, dan sah.

Beijing mengeklaim mengambil proyek Ream untuk meningkatkan pangkalan Angkatan Laut Kamboja, dan hal itu disebutnya sebagai sesuatu yang normal.

Namun, sejumlah pakar meyakini bahwa pengembangan pangkalan tersebut merupakan bagian dari rencana Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China untuk mencapai supremasi di lautan.

Kemiripan antara pangkalan Angkatan Laut Ream di Kamboja dan pangkalan Djibouti milik China di Horn of Africa yang dibangun pada 2017 telah meningkatkan kekhawatiran pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden.

Pangkalan Angkatan Laut Djibouti diyakini sebagai langkah pertama, dan Ream mungkin akan menjadi yang kedua. Rencana membangun banyak pangkalan Angkatan Laut ini sudah mulai dirancang sejak hampir dua dekade lalu. Dalam 20 tahun terakhir, Beijing telah mendanai 123 proyek di 78 pelabuhan di 46 negara dengan total nilai pembangunan mencapai USD29,9 miliar.

China mengatakan pelabuhan sipil tersebut adalah proyek komersial yang bertujuan untuk memicu perdagangan. Namun sayangnya, aturan di China memungkinkan pelabuhan sipil dapat digunakan militer jika memang diperlukan.

Kapal perang Beijing dapat berlabuh di pelabuhan mana pun yang dimiliki atau dioperasikan perusahaan China, semisal untuk tujuan berhenti sejenak, memenuji pasokan makanan, atau mengisi bahan bakar.

Pelabuhan-pelabuhan yang didanai China tersebar mulai dari Amerika Latin hingga ke Afrika dan bahkan dekat Eropa, Asia Selatan, dan Asia Timur. Dari 78 proyek yang dibidik Beijing, 49 di antaranya sudah disepakati, sedang dibangun, atau bahkan sudah selesai.

Dari total 49 tersebut, delapan di antaranya diyakini menjadi kandidat untuk pangkalan Angkatan Laut China. Kedelapan pelabuhan itu adalah Nouakchott, Mauritania; Kribi, Kamerun; Bata, Equatorial Guinea; Gwadar, Pakistan; Nacala, Mozambik; Hambantota, Sri Lanka; Luganville, Vanuatu; dan Ream di Kamboja. Dua dari pelabuhan tersebut akan berdampak kritis terhadap India, yaitu Gwadar di Pakistan dan Hambantota di Sri Lanka.

Pertanyaannya adalah, mengapa China membangun begitu banyak pangkalan Angkatan Laut? Ada dua kemungkinan alasannya. Pertama, untuk mempersiapkan potensi invasi ke Taiwan dengan menggunakan kekuatan militer. Kedua, untuk mencapai dominasi global dalam upaya menantang kekuatan besar seperti AS dan Rusia.

Namun untuk Rusia, China cenderung memperlihatkan sikap bersahabat kepada Moskow terkait perangnya di Ukraina.

Saat ini, satu-satunya rival China dalam kapasitas Angkatan Laut adalah Amerika Serikat. Selain soal kemaritiman, kedua negara sudah bersaing dalam hal perdagangan, chip semikonduktor, dan lain sebagainya.

Berbeda dengan AS yang merupakan bagian dari aliansi pertahanan internasional, satu-satunya mitra resmi China dalam hal pertahanan adalah Korea Utara. Hal ini memotivasi Beijing untuk membangun banyak pangkalan Angkatan Laut dengan prioritas terhadap pengembangan kekuatan militer.

China bertekad membangunnya di seluruh penjuru dunia, bahkan di lokasi-lokasi paling terpencil sekali pun.

AS dan negara-negara Barat sudah menyadari rencana besar China tersebut, dan situasi ini telah berubah menjadi semacam perlombaan yang semakin meningkatkan risiko pecahnya konflik bersenjata di panggung dunia.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More