Persaingan Misil Hipersonik Kian Ketat
Rabu, 29 Juli 2020 - 10:15 WIB
MOSKOW - Persaingan untuk mendesain dan memproduksi misil berkecepatan hipersonik semakin intensif di antara kekuatan dunia mulai dari Rusia, Prancis, Amerika Serikat (AS), hingga India. Misil tersebut bisa diluncurkan dari kapal selam, kapal induk, ataupun peluncur darat yang didesain khusus.
Persaingan itu menunjukkan persaingan persenjataan dunia bukan hanya fokus pada daya ledak yang mematikan. Bukan pula faktor jumlah senjata yang diproduksi. Atau jumlah tentara yang dimiliki suatu negara. Namun, faktor kecepatan untuk mencapai sasaran. Kecanggihan teknologi senjata misil yang digunakan.
Dengan adanya persaingan, maka semakin banyak negara akan memacu inovasi dan kreativitas untuk memiliki misil super canggih . Itu diasosiasikan bukan untuk mempersiapkan perang semata, tapi itu juga ditujukan untuk menjaga perdamaian. Ini diibaratkan dengan semakin banyak negara memiliki senjata canggih, dunia akan semakin aman karena mereka berpikir berulang kali ketika akan melancarkan serangan ke negara lain.
Kepemilikan misil hipersonik terbaru dipamerkan Presiden Rusia Vladimir Putin yang berencana memperkuat kapabilitas kapal perang Angkatan Laut (AL) tentara Rusia dengan merilis misil hipersonik. Hal itu diungkapkan Putin selama berpidato dalam acara Russia Navy Day di St Petersburg, Rusia, kemarin. (Baca: Jepang Siapkan rudal Hipersonik Super Dahsyat 'Pembunuh' Kapal Induk)
“Perluasan penggunaan teknologi digital yang lebih maju dan modern yang tidak ada saingannya di dunia, termasuk penggunaan sistem serangan hipersonik dan drone bawah laut akan meningkatkan kapabilitas pertempuran dan keuntungan unik bagi kapal-kapal perang Rusia,” ujar Putin di hadapan tentara Rusia dikutip Reuters.
Pada hari yang sama, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan misil hipersonik Zircontelah berhasil melalui uji coba peluncuran dan dapat dipasang di atas kapal perang. Di atas kertas, misil itu bisa meluncur lima kali lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan suara dan bisa menembus jaringan pertahanan misil milik Amerika Serikat (AS).
Berbeda dengan Zircon, drone nuklir bawah laut Poseidon belum melalui uji coba peluncuran. Senjata itu juga memiliki kecepatan super tinggi dan dapat bermanuver sehingga sangat sulit dilacak dan ditembak jatuh. Rencananya, Poseidon dipasang di dalam kapal selam.
Bagaimanapun kapal selam Belgorod yang dirancang bisa dipasang drone Poseidon sedang menjalani fase akhir uji coba. “Uji coba Belgorod sudah nyaris selesai. Kami sedikit lagi akan bisa menciptakan sistem senjata modern untuk tentara AL,” ungkap Kemenhan Rusia. (Baca juga: Rudal Hipersonik AS tak Sengjaa Lepas dari Bomber B-52 dan Meledak)
Kantor Kepresidenan Rusia dan AS menyatakan Putin dan Presiden AS Donald Trump berdiskusi terkait pengendalian senjata api melalui sambungan telepon pada pekan lalu. Maklum, The New Start, traktat pengurangan senjata nuklir yang ditantangani kedua negara akan mencapai masa berlaku pada tahun depan.
Putin menyatakan generasi baru senjata nuklir Rusia mampu menjangkau hingga ke seluruh dunia. Selama menghadiri parade militer, dia juga mengatakan kekuatan armada laut Rusia terus meningkat. Dia berharap tahun ini Rusia akan menyambut 40 kapal perang baru yang dilengkapi dengan senjata canggih dan modern.
Tahun lalu, Putin menegaskan, Rusia akan meluncurkan kapal perang dan kapal selam yang dilengkapi misil hipersonik ke wilayah perairan AS jika AS memasang senjata nuklir jarak menengah di Eropa. Sejauh ini Washington tidak pernah mengamini dan merealisasikan rencana tersebut.
Tak ingin kalah dari Rusia dan China, AS juga sedang mengembangkan senjata hipersonik. Pejabat pertahanan AS mengatakan Trump sangat tertarik dengan misil hipersonik yang diuji coba di Samudra Pasifik pada Maret lalu. Misil itu disebut bisa meluncur 17 kali lebih cepat dibandingkan ke cepatan suara.
Pentagon menyatakan AS telah berhasil melakukan uji coba misil hipersonik . Namun, sejauh ini detail informasi yang diungkapkan masih sangat sedikit. “Trump terpukau dengan uji coba peluncuran misil hipersonik dan sangat tertarik mengembangkannya,” kata pejabat pertahanan AS kepada CNN. (Baca juga: Pengusaha Hotel dan restoran Meninggal, Diduga COVID-19)
Menurut para ahli, AS ketinggalan beberapa tahun dari Rusia dan China dalam pengembangan senjata hipersonik. Namun, Trump tetap optimistis dan berharap tentara AS memiliki senjata itu. “Kami memiliki ‘misil super duper’ yang dapat meluncur 17 kali lebih cepat dari pada kecepatan cahaya,” kata Trump.
Pejabat senior pertahanan AS mengatakan misil hipersonik sangat sulit dihalau menggunakan sistem pertahanan konvensional yang hanya dirancang menyerang balik misil balistik. “Trayeknya tidak pastidan kecepatannya super tinggi sehingga bertahan melawan misil hipersonik sangat sulit,” katanya.
AS diprediksi baru bisa memasang senjata hipersonik secepatnya pada 2023. Sementara itu, Rusia telah memasang senjata hipersonik Avangard pada akhir tahun lalu. Selain itu, Rusia ber hasil meluncurkan misil hipersonik Kinzhal dan akan memasangnya tahun ini.
China juga telah memamerkan senjata hipersonik DF-17 selama parade militer. AS menyadari ketertinggalan dari Rusia dan China sehingga berencana menggelontorkan anggaran miliaran dolar demi mempercepat proses pengembangan. (Baca juga: Kuota Siswa Titipan di Tangsel 1.600 Pertahun)
“Saya yakin, AS akan mampu mengejar ketertinggalan,” ujar Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Strategi, Perencanaan, dan Kapabilitas, Vic Mercado, dikutip CNN. Pejabat senior pertahanan AS mengatakan ketertinggalan AS atas Rusia dan China dalam persaingan senjata hipersonik ialah akibat penolakan penggunaan senjata hipersonik.
“Selama empat hingga lima dekade, AS telah menjadi negara nomor wahid dalam teknologi hipersonik,” ujar pejabat itu. “Namun, AS tidak mau menggunakannya sebagai alat pertempuran sebelum akhirnya senjata itu dikembangkan negara lain. Kami mau tidak mau juga harus mengembangkannya,” katanya.
Program senjata hipersonik AS akan fokus pada pengembangan sistem peluncuran dan misil. Sistem itu tidak hanya meningkatkan kecepatan, tapi juga manuver abilitas dan daya jangkau. Biaya yang dikeluarkan juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan misil balistik.
Misil hipersonik lain yang akan dikembangkan AS ialah generasi baru dari misil Tomahawk. Misil itu diyakini bisa meluncur sepuluh kali lebih cepat dibandingkan dengan Tomahawk biasa. Pejabat senior AS menyatakan Tomahawk hipersonik akan menjalani uji coba pada tahun ini. (Lihat videonya: Mengaku Bisa Gandakan Uang triliunan, Seorang Dukun di Malang Diciduk Polisi)
Misil-misil hipersonik itu akan saling melengkapi dalam taktik penyerangan mulai dari penyerangan sistem pertahanan udara hingga pengeboman. Salah satu perbedaan misil hipersonik AS dengan negara pesaingnya ialah misil hipersonik AS tidak didesain bisa dipasangi nuklir. (Muh Shamil)
Persaingan itu menunjukkan persaingan persenjataan dunia bukan hanya fokus pada daya ledak yang mematikan. Bukan pula faktor jumlah senjata yang diproduksi. Atau jumlah tentara yang dimiliki suatu negara. Namun, faktor kecepatan untuk mencapai sasaran. Kecanggihan teknologi senjata misil yang digunakan.
Dengan adanya persaingan, maka semakin banyak negara akan memacu inovasi dan kreativitas untuk memiliki misil super canggih . Itu diasosiasikan bukan untuk mempersiapkan perang semata, tapi itu juga ditujukan untuk menjaga perdamaian. Ini diibaratkan dengan semakin banyak negara memiliki senjata canggih, dunia akan semakin aman karena mereka berpikir berulang kali ketika akan melancarkan serangan ke negara lain.
Kepemilikan misil hipersonik terbaru dipamerkan Presiden Rusia Vladimir Putin yang berencana memperkuat kapabilitas kapal perang Angkatan Laut (AL) tentara Rusia dengan merilis misil hipersonik. Hal itu diungkapkan Putin selama berpidato dalam acara Russia Navy Day di St Petersburg, Rusia, kemarin. (Baca: Jepang Siapkan rudal Hipersonik Super Dahsyat 'Pembunuh' Kapal Induk)
“Perluasan penggunaan teknologi digital yang lebih maju dan modern yang tidak ada saingannya di dunia, termasuk penggunaan sistem serangan hipersonik dan drone bawah laut akan meningkatkan kapabilitas pertempuran dan keuntungan unik bagi kapal-kapal perang Rusia,” ujar Putin di hadapan tentara Rusia dikutip Reuters.
Pada hari yang sama, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan misil hipersonik Zircontelah berhasil melalui uji coba peluncuran dan dapat dipasang di atas kapal perang. Di atas kertas, misil itu bisa meluncur lima kali lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan suara dan bisa menembus jaringan pertahanan misil milik Amerika Serikat (AS).
Berbeda dengan Zircon, drone nuklir bawah laut Poseidon belum melalui uji coba peluncuran. Senjata itu juga memiliki kecepatan super tinggi dan dapat bermanuver sehingga sangat sulit dilacak dan ditembak jatuh. Rencananya, Poseidon dipasang di dalam kapal selam.
Bagaimanapun kapal selam Belgorod yang dirancang bisa dipasang drone Poseidon sedang menjalani fase akhir uji coba. “Uji coba Belgorod sudah nyaris selesai. Kami sedikit lagi akan bisa menciptakan sistem senjata modern untuk tentara AL,” ungkap Kemenhan Rusia. (Baca juga: Rudal Hipersonik AS tak Sengjaa Lepas dari Bomber B-52 dan Meledak)
Kantor Kepresidenan Rusia dan AS menyatakan Putin dan Presiden AS Donald Trump berdiskusi terkait pengendalian senjata api melalui sambungan telepon pada pekan lalu. Maklum, The New Start, traktat pengurangan senjata nuklir yang ditantangani kedua negara akan mencapai masa berlaku pada tahun depan.
Putin menyatakan generasi baru senjata nuklir Rusia mampu menjangkau hingga ke seluruh dunia. Selama menghadiri parade militer, dia juga mengatakan kekuatan armada laut Rusia terus meningkat. Dia berharap tahun ini Rusia akan menyambut 40 kapal perang baru yang dilengkapi dengan senjata canggih dan modern.
Tahun lalu, Putin menegaskan, Rusia akan meluncurkan kapal perang dan kapal selam yang dilengkapi misil hipersonik ke wilayah perairan AS jika AS memasang senjata nuklir jarak menengah di Eropa. Sejauh ini Washington tidak pernah mengamini dan merealisasikan rencana tersebut.
Tak ingin kalah dari Rusia dan China, AS juga sedang mengembangkan senjata hipersonik. Pejabat pertahanan AS mengatakan Trump sangat tertarik dengan misil hipersonik yang diuji coba di Samudra Pasifik pada Maret lalu. Misil itu disebut bisa meluncur 17 kali lebih cepat dibandingkan ke cepatan suara.
Pentagon menyatakan AS telah berhasil melakukan uji coba misil hipersonik . Namun, sejauh ini detail informasi yang diungkapkan masih sangat sedikit. “Trump terpukau dengan uji coba peluncuran misil hipersonik dan sangat tertarik mengembangkannya,” kata pejabat pertahanan AS kepada CNN. (Baca juga: Pengusaha Hotel dan restoran Meninggal, Diduga COVID-19)
Menurut para ahli, AS ketinggalan beberapa tahun dari Rusia dan China dalam pengembangan senjata hipersonik. Namun, Trump tetap optimistis dan berharap tentara AS memiliki senjata itu. “Kami memiliki ‘misil super duper’ yang dapat meluncur 17 kali lebih cepat dari pada kecepatan cahaya,” kata Trump.
Pejabat senior pertahanan AS mengatakan misil hipersonik sangat sulit dihalau menggunakan sistem pertahanan konvensional yang hanya dirancang menyerang balik misil balistik. “Trayeknya tidak pastidan kecepatannya super tinggi sehingga bertahan melawan misil hipersonik sangat sulit,” katanya.
AS diprediksi baru bisa memasang senjata hipersonik secepatnya pada 2023. Sementara itu, Rusia telah memasang senjata hipersonik Avangard pada akhir tahun lalu. Selain itu, Rusia ber hasil meluncurkan misil hipersonik Kinzhal dan akan memasangnya tahun ini.
China juga telah memamerkan senjata hipersonik DF-17 selama parade militer. AS menyadari ketertinggalan dari Rusia dan China sehingga berencana menggelontorkan anggaran miliaran dolar demi mempercepat proses pengembangan. (Baca juga: Kuota Siswa Titipan di Tangsel 1.600 Pertahun)
“Saya yakin, AS akan mampu mengejar ketertinggalan,” ujar Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Strategi, Perencanaan, dan Kapabilitas, Vic Mercado, dikutip CNN. Pejabat senior pertahanan AS mengatakan ketertinggalan AS atas Rusia dan China dalam persaingan senjata hipersonik ialah akibat penolakan penggunaan senjata hipersonik.
“Selama empat hingga lima dekade, AS telah menjadi negara nomor wahid dalam teknologi hipersonik,” ujar pejabat itu. “Namun, AS tidak mau menggunakannya sebagai alat pertempuran sebelum akhirnya senjata itu dikembangkan negara lain. Kami mau tidak mau juga harus mengembangkannya,” katanya.
Program senjata hipersonik AS akan fokus pada pengembangan sistem peluncuran dan misil. Sistem itu tidak hanya meningkatkan kecepatan, tapi juga manuver abilitas dan daya jangkau. Biaya yang dikeluarkan juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan misil balistik.
Misil hipersonik lain yang akan dikembangkan AS ialah generasi baru dari misil Tomahawk. Misil itu diyakini bisa meluncur sepuluh kali lebih cepat dibandingkan dengan Tomahawk biasa. Pejabat senior AS menyatakan Tomahawk hipersonik akan menjalani uji coba pada tahun ini. (Lihat videonya: Mengaku Bisa Gandakan Uang triliunan, Seorang Dukun di Malang Diciduk Polisi)
Misil-misil hipersonik itu akan saling melengkapi dalam taktik penyerangan mulai dari penyerangan sistem pertahanan udara hingga pengeboman. Salah satu perbedaan misil hipersonik AS dengan negara pesaingnya ialah misil hipersonik AS tidak didesain bisa dipasangi nuklir. (Muh Shamil)
(ysw)
tulis komentar anda