Sosok Vera Putina, Wanita Georgia yang Mengaku Ibu Kandung Vladimir Putin

Sabtu, 03 Juni 2023 - 02:56 WIB
Vera Nikolaevna Putina, wanita Georgia yang meninggal Rabu lalu di usia 96 tahun, mengeklaim dialah ibu kandung Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto/Kate Weinberg
TBILISI - Vera Putina, yang meninggal pada usia 96 tahun pada Rabu (31/5/2023), menjadi sorotan media pada tahun 1999 ketika dia mengaku sebagai ibu kandung Presiden Rusia Vladimir Putin .Wanita Georgia itumengeklaim pemimpin Kremlin adalah putra yang ditinggalkannya ketika dia masih kecil.

Dalam "kuasi-otobiografinya" First Person, Putin menulis bahwa dia lahir dan dibesarkan di St Petersburg, satu-satunya putra Maria yang masih hidup, seorang wanita pekerja kasar, dan Vladimir Putin, seorang pekerja pabrik dan mantan prajurit yang pernah bertugas sebagai polisi rahasia era Stalin selama Perang Dunia II. Kedua orang tuanya, menurut Putin, meninggal karena kanker pada akhir 1990-an.

Tetapi detail masa kecilnya yang diverifikasi secara independen selalu sangat sulit didapat—sumber utama untuk sebagian besar anekdot adalah Putin sendiri. Akibatnya Kremlin tidak pernah bisa membantah klaim Vera Putina secara meyakinkan.





Vera Nikolaevna Putina lahir pada tanggal 6 September 1926 di distrik Ochyorsk, Rusia. Dia mengeklaim bahwa saat belajar mekanisasi pertanian di universitas dia jatuh cinta dengan Platon Privalov, seorang mekanik, yang dengannya dia hamil, hanya untuk mengetahui bahwa kekasihnya sudah menikah dan bermaksud mencuri bayinya karena istrinya tidak dapat hamil.

Dia mengeklaim bahwa putranya, yang dijuluki "Vova", lahir pada 7 Oktober 1950—tepat dua tahun sebelum tanggal lahir resmi Vladimir Putin—dan dia membesarkannya di desa Metekhi yang miskin di Georgia, satu jam perjalanan dari Ibu Kota Georgia; Tbilisi.

Catatan lokal menunjukkan bahwa seorang Vladimir Putin terdaftar di sekolah terdekat antara tahun 1959 hingga 1960 dan pada tahun 2008 seorang mantan guru setempat, Shura Gabinashvili, mengeklaim dalam sebuah wawancara dengan The Daily Telegraph bahwa dia telah memberinya pelajaran bahasa Rusia.

“Dia menyukai dongeng Rusia dan bahasa Rusia adalah subjek favoritnya,” katanya. “Dia juga suka memancing dan gulat.”

Ketika Vera menikahi Giorgi Osepahvili, seorang tentara Georgia, yang dengannya dia memiliki anak lain, Giorgi bersikeras agar Vera meninggalkan anak sulungnya. Jadi Vera mengirimnya, yang saat itu berusia sembilan tahun, untuk tinggal bersama orang tuanya di Rusia.

Namun, setahun kemudian, kakek bocah itu membawanya ke panti asuhan.

Vera kemudian menduga bahwa "orang tua" Putin asal St Petersburg, yang keduanya berusia 40-an tahun ketika Putin lahir, telah mengadopsi putranya.

Vera entah bagaimana mengetahui bahwa putranya telah bergabung dengan KGB, tetapi mengira dia tidak akan pernah melihatnya lagi. Tetapi pada tahun 1999, menonton laporan berita tentang perdana menteri Rusia yang baru diangkat di televisi barunya, dia langsung mengenali Vladimir Putin sebagai putranya karena dia "berjalan seperti bebek".

Klaim bahwa Kremlin berusaha menyembunyikan ceritanya mendapat daya tarik dari fakta bahwa dua jurnalis yang berencana untuk mewawancarainya meninggal dalam keadaan misterius.

Jurnalis yang pertama, Artyom Borovik dari Rusia, seorang kritikus Kremlin terkemuka yang saat itu sedang mengerjakan film dokumenter tentang masa kecil Putin, meninggal dalam kecelakaan pesawat di Bandara Internasional Sheremetyevo pada 9 Maret 2000.

Jurnalis yang kedua, Antonio Russo, asal Italia, dibunuh pada tahun yang sama saat meliput Perang Chechnya Kedua.

Sejarawan Rusia-Amerika Yuri Felshtinsky, salah satu penulis The Corporation, Russia and the KGB in the Age of President Putin (2009) berpendapat bahwa cerita Vera Putina dapat menjelaskan mengapa presiden Rusia begitu mengabdi pada KGB dan penerusnya, FSB.

“Kehilangan kehangatan orang tua di masa kecilnya, Putin beralih ke KGB pertama dan terutama untuk menemukan keluarga baru dan menyelesaikan masalah dengan dunia yang telah melukainya," ujarnya.

Vera menawarkan untuk melakukan tes DNA untuk membuktikan ceritanya, tetapi ketika dia berbicara kepada The Daily Telegraph pada tahun 2008, Rusia baru saja melancarkan invasi besar-besaran ke Georgia dalam perselisihan atas negara bagian Ossetia Selatan yang memisahkan diri.

“Dulu saya bangga memiliki putra yang menjadi Presiden Rusia,” katanya. “Sejak perang, saya malu.”
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More