Iran Bangun Fasilitas Nuklir di Perut Bumi Agar Tak Tembus Serangan Udara AS
Rabu, 24 Mei 2023 - 19:15 WIB
DUBAI - Di dekat puncak Pegunungan Zagros di Iran tengah, para pekerja sedang membangun fasilitas nuklir yang begitu dalam di perut bumi, sehingga kemungkinan berada di luar jangkauan senjata terakhir Amerika Serikat (AS) yang dirancang untuk menghancurkan situs semacam itu.
Hal itu terungkap berdasar analisa para ahli dan citra satelit yang dianalisis oleh The Associated Press. Foto dan video dari Planet Labs PBC menunjukkan Iran telah menggali terowongan di gunung dekat situs nuklir Natanz, yang telah berulang kali diserang sabotase.
Dilaporkan pula, saat ini Iran memproduksi uranium mendekati tingkat senjata, setelah runtuhnya kesepakatan nuklirnya dengan kekuatan dunia. Instalasi tersebut mempersulit upaya Barat untuk menghentikan Teheran dari kemungkinan mengembangkan bom atom karena diplomasi atas program nuklirnya tetap terhenti.
“Penyelesaian fasilitas semacam itu akan menjadi skenario mimpi buruk yang berisiko memicu spiral eskalasi baru,” kata Kelsey Davenport, Direktur Kebijakan nonproliferasi di Asosiasi Pengendalian Senjata yang berbasis di Washington.
“Mengingat seberapa dekat Iran dengan bom, ia hanya memiliki sedikit ruang untuk meningkatkan programnya tanpa melanggar garis merah AS dan Israel. Jadi pada titik ini, eskalasi lebih lanjut meningkatkan risiko konflik,” lanjutnya.
Konstruksi di situs Natanz dilakukan lima tahun setelah Presiden Donald Trump secara sepihak menarik Amerika dari perjanjian nuklir. Trump berpendapat kesepakatan itu tidak membahas program rudal balistik Teheran, atau dukungannya terhadap milisi di Timur Tengah yang lebih luas.
Tapi yang dilakukannya adalah dengan ketat membatasi pengayaan uranium Iran hingga kemurnian 3,67%, cukup kuat hanya untuk menggerakkan pembangkit listrik sipil, dan menjaga persediaannya hanya sekitar 300 kilogram (660 pon).
Iran mengatakan, konstruksi baru itu akan menggantikan pusat manufaktur centrifuge di atas tanah di Natanz yang dilanda ledakan dan kebakaran pada Juli 2020. Teheran menyalahkan insiden itu pada Israel, yang telah lama dicurigai melakukan sabotase terhadap programnya.
Teheran belum mengakui rencana lain untuk fasilitas tersebut, meskipun harus mengumumkan situs tersebut ke IAEA jika mereka berencana memasukkan uranium ke dalamnya. IAEA yang berbasis di Wina tidak menanggapi pertanyaan tentang fasilitas bawah tanah yang baru.
Proyek baru sedang dibangun di sebelah Natanz, sekitar 225 kilometer (140 mil) selatan Teheran. Natanz telah menjadi perhatian internasional sejak keberadaannya diketahui dua dekade lalu.
Dilindungi oleh baterai anti-pesawat, pagar, dan Pengawal Revolusi paramiliter Iran, fasilitas ini terbentang seluas 2,7 kilometer persegi (1 mil persegi) di Central Plateau yang gersang di negara itu.
Foto satelit yang diambil pada bulan April oleh Planet Labs PBC dan dianalisis oleh AP menunjukkan Iran menggali ke dalam Kūh-e Kolang Gaz Lā, atau "Gunung Beliung", yang berada tepat di luar pagar selatan Natanz.
Hal itu terungkap berdasar analisa para ahli dan citra satelit yang dianalisis oleh The Associated Press. Foto dan video dari Planet Labs PBC menunjukkan Iran telah menggali terowongan di gunung dekat situs nuklir Natanz, yang telah berulang kali diserang sabotase.
Baca Juga
Dilaporkan pula, saat ini Iran memproduksi uranium mendekati tingkat senjata, setelah runtuhnya kesepakatan nuklirnya dengan kekuatan dunia. Instalasi tersebut mempersulit upaya Barat untuk menghentikan Teheran dari kemungkinan mengembangkan bom atom karena diplomasi atas program nuklirnya tetap terhenti.
“Penyelesaian fasilitas semacam itu akan menjadi skenario mimpi buruk yang berisiko memicu spiral eskalasi baru,” kata Kelsey Davenport, Direktur Kebijakan nonproliferasi di Asosiasi Pengendalian Senjata yang berbasis di Washington.
“Mengingat seberapa dekat Iran dengan bom, ia hanya memiliki sedikit ruang untuk meningkatkan programnya tanpa melanggar garis merah AS dan Israel. Jadi pada titik ini, eskalasi lebih lanjut meningkatkan risiko konflik,” lanjutnya.
Konstruksi di situs Natanz dilakukan lima tahun setelah Presiden Donald Trump secara sepihak menarik Amerika dari perjanjian nuklir. Trump berpendapat kesepakatan itu tidak membahas program rudal balistik Teheran, atau dukungannya terhadap milisi di Timur Tengah yang lebih luas.
Tapi yang dilakukannya adalah dengan ketat membatasi pengayaan uranium Iran hingga kemurnian 3,67%, cukup kuat hanya untuk menggerakkan pembangkit listrik sipil, dan menjaga persediaannya hanya sekitar 300 kilogram (660 pon).
Iran mengatakan, konstruksi baru itu akan menggantikan pusat manufaktur centrifuge di atas tanah di Natanz yang dilanda ledakan dan kebakaran pada Juli 2020. Teheran menyalahkan insiden itu pada Israel, yang telah lama dicurigai melakukan sabotase terhadap programnya.
Teheran belum mengakui rencana lain untuk fasilitas tersebut, meskipun harus mengumumkan situs tersebut ke IAEA jika mereka berencana memasukkan uranium ke dalamnya. IAEA yang berbasis di Wina tidak menanggapi pertanyaan tentang fasilitas bawah tanah yang baru.
Proyek baru sedang dibangun di sebelah Natanz, sekitar 225 kilometer (140 mil) selatan Teheran. Natanz telah menjadi perhatian internasional sejak keberadaannya diketahui dua dekade lalu.
Dilindungi oleh baterai anti-pesawat, pagar, dan Pengawal Revolusi paramiliter Iran, fasilitas ini terbentang seluas 2,7 kilometer persegi (1 mil persegi) di Central Plateau yang gersang di negara itu.
Foto satelit yang diambil pada bulan April oleh Planet Labs PBC dan dianalisis oleh AP menunjukkan Iran menggali ke dalam Kūh-e Kolang Gaz Lā, atau "Gunung Beliung", yang berada tepat di luar pagar selatan Natanz.
(esn)
tulis komentar anda