Korban Tewas Sekte Mati Kelaparan untuk Bertemu Yesus Tambah Lagi Jadi 235 Orang

Sabtu, 20 Mei 2023 - 07:00 WIB
Korban tewas dari sekte mati kelaparan untuk bertemu Yesus di Kenya bertambah lagi menjadi 235 orang. Foto/Anadolu Agency
NAIROBI - Korban tewas dari sekte "mati kelaparan untuk bertemu Yesus " di Kenya bertambah lagi menjadi total 235 orang. Jumlah korban bertambah setelah polisi menggali lagi kuburan berisi delapan mayat pada Kamis.

Pemerintah sudah menghentikan kegiatan sekte menyimpang dari komunitas Kristen tersebut.

Polisi untuk sementara menghentikan penggalian kuburan untuk membuka jalan bagi pihak berwenang guna melakukan autopsi terhadap 123 mayat yang digali dari properti milik Pendeta Paul Mackenzie.



Pendeta yang dulunya sopir taksi ini merupakan pemimpin sekte yang dituduh memerintahkan para pengikutnya untuk mati kelaparan dengan harapan bertemu Yesus di surga sebelum kiamat.



Komisaris Polisi Regional Pesisir Rhoda Onyancha, saat menyampaikan jumlah korban tewas terbaru, mengatakan sejauh ini jumlah orang yang dilaporkan hilang oleh berbagai keluarga mencapai 613 orang.

Onyancha, seperti dikutip Anadolu Agency, mengatakan jeda sementara penggalian hingga Rabu depan akan memungkinkan ahli patologi untuk melakukan autopsi pada jenazah yang ditemukan pada tahap kedua.

Ratusan mayat telah ditemukan di Hutan Shakahola di Kilifi County sejak pertengahan April selama penyelidikan terhadap sekte yang dijalankan oleh Mackenzie, yang memimpin Good News International Church (Gereja Internasional Kabar Baik) di Kenya.

Investigasi yang diluncurkan bulan lalu mengungkapkan bahwa beberapa organ korban hilang, yang menimbulkan kecurigaan adanya perdagangan organ manusia.

Sebagian besar korban dilaporkan meninggal karena kelaparan setelah diduga mengikuti instruksi Pendeta Mackenzie, yang sekarang menghadapi tuduhan terorisme.



Faith Ambole, seorang warga setempat yang berbicara dengan RT, mengatakan dia telah berusaha mencari lima kerabat yang tergabung dalam sekte tersebut tetapi tidak berhasil.

“Saya menyerukan kepada pemerintah untuk campur tangan dan membantu kami, kami tidak memiliki sarana, kami miskin,” kata Ambole, yang dilansir Sabtu (20/5/2023).

Presiden Kenya William Ruto mengaku menerima tanggung jawab karena tidak berbuat lebih banyak untuk mencegah radikalisasi. Dia meminta maaf atas kelemahan pemerintah dalam kasus tersebut.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More