Aghdam, Kota Hantu di Azerbaijan
Sabtu, 15 April 2023 - 20:56 WIB
JAKARTA - Puing-puing bangunan Kota Aghdam di Azerbaijan menjadi saksi sejarah dari konflik yang terjadi antara Azerbaijan dan Armenia. Aghdam berarti istana kecil dalam bahasa Turki kuno.
Wilayah yang mempunyai luas kurang lebih 1.154 kilometer persegi tersebut sepi, sunyi, serta tidak berpenghuni. Aghdam terpaksa ditinggalkan oleh penghuninya. Hal ini lantaran agresi militer yang dilakukan Armenia setelah bubarnya Uni Soviet pada 1991.
Sebelum pendudukan Armenia, di Aghdam terdapat industri berat, makanan ringan, dan pertanian.
Sekadar diketahui, pada 1988, Aghdam terlibat Perang Nagorno-Karabakh I. Perang tersebut berlangsung hingga gencatan senjata pada 1994.
Dampak dari peperangan tersebut, Armenia menduduki 20 persen wilayah Azerbaijan. Selain itu, perang itu juga mengakibatkan puluhan ribu warga Azerbaijan terbunuh dan banyak warga yang diusir.
Pada 23 Juli 1993, pasukan Armenia menduduki sebagian wilayah Aghdam. Area yang diduduki oleh Armenia tersebut diratakan dengan tanah. Sejumlah desa di Aghdam tetap berada di bawah kendali Azerbaijan setelah pendudukan Armenia.
Setelah perang berkepanjangan, tercatat ribuan orang tewas dan mengalami cacat. Selain itu, ratusan ribu warga mengungsi. Pada 29 Juli 1993, Dewan Keamanan PBB mengadopsi Resolusi 853. Resolusi tersebut mengutuk pendudukan di Aghdam, menyerukan penarikan pasukan pendudukan segera serta tanpa syarat dari wilayah tersebut, serta pengembalian pengungsi ke rumah masing-masing.
Aghdam menyisakan puing-puing bangunan yang ringkih berdiri. Dinding pada bangunan banyak yang bolong dan tidak beratap, nyaris runtuh dan terlihat kusam. Di sudut kota yang dulunya dikenal sebagai salah satu distrik terbesar dan terindah di Azerbaijan ini ditemukan deretan bangkai mobil tua, reruntuhan dinding, serta gundukan tanah yang ditemukan di sudut kota.
Sebagain besar monumen yang ada di wilayah ini juga hancur, baik seluruhnya maupun sebagian. Museum dijarah, monumen dan artefak dicuri. Museum yang hancur seperti Museum Roti, Museum Sejarah dan Geografi, dan Galeri Seni.
Selain itu, Masjid Juma yang merupakan monumen arsitektur dan keagamaan kuno di pusat kota Aghdam, sekaligus satu-satunya masjid di wilayah ini, pun mengalami rusak yang parah. Langit-langit masjid hancur serta prasasti dinding di masjid juga terhapus.
Pendudukan di Aghdam berakhir setelah 27 tahun karena perang selama 6 minggu antara Armenia dan Azerbaijan pada 2020.
Pada 10 November 2020, perjanjian perdamaian trilateral antara Rusia, Azerbaijan, dan Armenia ditandatangani. Hal ini sekaligus mengakhiri Perang Nagorno-Karabakh II. Berdasarkan perjanjian tersebut, Armenia juga mengembalikan Aghdam kepada Azerbaijan.
Wilayah yang mempunyai luas kurang lebih 1.154 kilometer persegi tersebut sepi, sunyi, serta tidak berpenghuni. Aghdam terpaksa ditinggalkan oleh penghuninya. Hal ini lantaran agresi militer yang dilakukan Armenia setelah bubarnya Uni Soviet pada 1991.
Sebelum pendudukan Armenia, di Aghdam terdapat industri berat, makanan ringan, dan pertanian.
Sekadar diketahui, pada 1988, Aghdam terlibat Perang Nagorno-Karabakh I. Perang tersebut berlangsung hingga gencatan senjata pada 1994.
Dampak dari peperangan tersebut, Armenia menduduki 20 persen wilayah Azerbaijan. Selain itu, perang itu juga mengakibatkan puluhan ribu warga Azerbaijan terbunuh dan banyak warga yang diusir.
Pada 23 Juli 1993, pasukan Armenia menduduki sebagian wilayah Aghdam. Area yang diduduki oleh Armenia tersebut diratakan dengan tanah. Sejumlah desa di Aghdam tetap berada di bawah kendali Azerbaijan setelah pendudukan Armenia.
Setelah perang berkepanjangan, tercatat ribuan orang tewas dan mengalami cacat. Selain itu, ratusan ribu warga mengungsi. Pada 29 Juli 1993, Dewan Keamanan PBB mengadopsi Resolusi 853. Resolusi tersebut mengutuk pendudukan di Aghdam, menyerukan penarikan pasukan pendudukan segera serta tanpa syarat dari wilayah tersebut, serta pengembalian pengungsi ke rumah masing-masing.
Aghdam menyisakan puing-puing bangunan yang ringkih berdiri. Dinding pada bangunan banyak yang bolong dan tidak beratap, nyaris runtuh dan terlihat kusam. Di sudut kota yang dulunya dikenal sebagai salah satu distrik terbesar dan terindah di Azerbaijan ini ditemukan deretan bangkai mobil tua, reruntuhan dinding, serta gundukan tanah yang ditemukan di sudut kota.
Sebagain besar monumen yang ada di wilayah ini juga hancur, baik seluruhnya maupun sebagian. Museum dijarah, monumen dan artefak dicuri. Museum yang hancur seperti Museum Roti, Museum Sejarah dan Geografi, dan Galeri Seni.
Selain itu, Masjid Juma yang merupakan monumen arsitektur dan keagamaan kuno di pusat kota Aghdam, sekaligus satu-satunya masjid di wilayah ini, pun mengalami rusak yang parah. Langit-langit masjid hancur serta prasasti dinding di masjid juga terhapus.
Pendudukan di Aghdam berakhir setelah 27 tahun karena perang selama 6 minggu antara Armenia dan Azerbaijan pada 2020.
Pada 10 November 2020, perjanjian perdamaian trilateral antara Rusia, Azerbaijan, dan Armenia ditandatangani. Hal ini sekaligus mengakhiri Perang Nagorno-Karabakh II. Berdasarkan perjanjian tersebut, Armenia juga mengembalikan Aghdam kepada Azerbaijan.
(mas)
tulis komentar anda