Gunung Berapi Bezymianny Rusia Meletus, Tim Ilmuwan Terjebak Hujan Abu dan Batu
Selasa, 11 April 2023 - 08:16 WIB
MOSKOW - Sekelompok ilmuwan Rusia mengaku beruntung selamat dari hujan abu dan batu di gunung berapi Bezymianny, Semenanjung Kamchatka di Timur Jauh negara itu.
Video kejadian tersebut dipublikasikan RIA Novosti pada Senin (10/4/2023).
Gunung berapi setinggi 2.882 meter itu mulai meletus pada akhir Maret, dengan aktivitasnya yang terus meningkat sejak saat itu.
Pada Jumat, para ilmuwan memutuskan menempatkan sistem seismografi dan peralatan lainnya di Bezymianny untuk mengumpulkan data guna mengantisipasi letusan lain yang lebih besar.
Namun, tiga emisi besar terjadi pada hari mereka berada di gunung berapi, dengan salah satunya mengirimkan debu sejauh 12 km ke udara dan menyebabkan maskapai mengubah rute penerbangan mereka.
Para ilmuwan akhirnya terjebak di tengah bencana alam yang dahsyat. Ketika mereka menyadari mereka tidak dapat melarikan diri, mereka dengan cepat membangun tempat berlindung menggunakan mobil salju dan kereta luncur.
"Batu mulai berjatuhan, lapili atau formasi batu vulkanik berpori, mencapai ukuran kepalan tangan kecil," ungkap salah satu peneliti, Pyotr Kirinkin, menceritakan kejadian mengerikan itu.
Hujan abu vulkanik berlanjut selama sekitar setengah jam, tetapi tempat berlindung bertahan, dengan para ilmuwan menghindari cedera dan kembali dengan selamat ke pangkalan.
Video kejadian tersebut dipublikasikan RIA Novosti pada Senin (10/4/2023).
Gunung berapi setinggi 2.882 meter itu mulai meletus pada akhir Maret, dengan aktivitasnya yang terus meningkat sejak saat itu.
Pada Jumat, para ilmuwan memutuskan menempatkan sistem seismografi dan peralatan lainnya di Bezymianny untuk mengumpulkan data guna mengantisipasi letusan lain yang lebih besar.
Namun, tiga emisi besar terjadi pada hari mereka berada di gunung berapi, dengan salah satunya mengirimkan debu sejauh 12 km ke udara dan menyebabkan maskapai mengubah rute penerbangan mereka.
Para ilmuwan akhirnya terjebak di tengah bencana alam yang dahsyat. Ketika mereka menyadari mereka tidak dapat melarikan diri, mereka dengan cepat membangun tempat berlindung menggunakan mobil salju dan kereta luncur.
"Batu mulai berjatuhan, lapili atau formasi batu vulkanik berpori, mencapai ukuran kepalan tangan kecil," ungkap salah satu peneliti, Pyotr Kirinkin, menceritakan kejadian mengerikan itu.
Hujan abu vulkanik berlanjut selama sekitar setengah jam, tetapi tempat berlindung bertahan, dengan para ilmuwan menghindari cedera dan kembali dengan selamat ke pangkalan.
(sya)
tulis komentar anda