Persaingan Pengembangan Vaksin Covid-19 Mulai Merambah Pencurian Data

Senin, 20 Juli 2020 - 11:09 WIB
Lembaga keamanan di Inggris dan AS juga memperingatkan adanya aktor siber negara yang menarget lembaga kesehatan, perusahaan farmasi, dan organisasi penelitian. Beberapa firma keamanan siber juga menyatakan Rusia, China, Iran, dan Korea Utara meningkatkan aktivitas sibernya untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan virus corona. (Baca juga: Perhatikan Ini! Hanya Tiga Bulan di Jawa Timur 361 Perawat Positif Covid-19, 13 Meninggal)

Direktur Kontraintelijen Nasional dan Pusat Keamanan Bill Evanina mengatakan, Pemerintah AS telah memperingatkan risiko organisasi penelitian medis mengenai aksi spionase. Namun, dia tidak mengatakan apakah ada laporan pencurian data. Bukan hanya AS semata, sumber keamanana Inggris juga mengatakan mereka juga mewaspadai aksi spionase itu.

Evanina mengungkapkan, lembaganya memberikan bantuan dan panduan untuk melawan lembaga intelijen asing terhadap pengusaha dan akademisi. “Kita telah bekerja dengan industri dan pemerintah dengan erat untuk menjamin mereka melindungi seluruh penelitian serta data mereka,” katanya kepada BBC.

Bagaimana respons China? China mengklaim mereka memimpin dalam perlombaan vaksin korona. China menentang segala bentuk serangan siber. China memiliki tiga kandidat vaksin yang sedang tahap uji klinis. Tiga di antaranya sudah memasuki fase kedua tahap klinis, termasuk vaksin yang dikembangkan Sinovac Biotech, perusahaan berbasis di Beijing. (Lihat videonya: Seorang Nenek Renta di Banyuasi Digugat Anaknya Sendiri Perihal Warisan)

Menurut pakar imunitas China yang enggan disebutkan namanya, mengatakan China mengembangkan vaksin inactivated, sedangkan AS fokus pada vaksin berbasis DNA dan RNA. Itu menunjukkan materi penelitian AS memiliki nilai sedikit bagi China. Para pakar juga menyatakan China membuka informasi penelitian tentang vaksin tersebut. Buktinya, China bekerja sama dengan mitra asing, termasuk di antaranya AS, Inggris, dan Jerman.

“AS bisa merusak mekanisme kerja sama dengan membuat tuduhan spionase siber,” kata Lu Xang, peneliti kajian AS di Chinese Academy of Social Sciences di Beijing kepada The Global Times. China mampu melakukan penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19 dengan independen. “Kita bukan satu-satunya yang membutuhkan vaksin, mereka juga,” katanya.

Iran juga menjadi negara yang kerap dituduh karena hendak mencuri data terkait penelitian dan pengembangan obat serta vaksin virus korona. Para peretas asal Iran menargetkan Gilead Sciences, produsen remdesivir, obat yang diklaim mampu mengobati virus korona. Peretasan itu dilakukan melalui email yang didesain untuk mencuri kata sandi para eksekutif Gilead dalam bidang hubungan korporasi dan legal. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More