Ini Dalih Pasukan Israel Serang Masjid al-Aqsa saat Ramadan
Kamis, 06 April 2023 - 15:17 WIB
YERUSALEM - Pasukan polisi Israel menyerang Masjid al-Aqsa di Yerusalem, salah satu situs paling suci Islam, untuk kedua kalinya pada hari Rabu. Ini adalah serbuan ke sekian kalinya selama Ramadan.
Itu terjadi beberapa jam setelah mereka pertama kali menggerebek kompleks tersebut dan menangkap ratusan warga Palestina meskipun ada kecaman dari dunia Arab dan Muslim.
Insiden itu, yang terjadi saat jamaah Muslim menjalankan ibadah salat selama bulan suci Ramadan dan umat Yahudi merayakan Paskah, memicu kelompok milisi di Gaza menembakkan roket ke Israel--diklaim sebagai pembalasan.
Selama insiden pertama pada Rabu pagi, rekaman video yang dibagikan di media sosial menunjukkan pasukan polisi Israel menyerang orang-orang yang berteriak dengan pentungan di dalam gedung yang gelap.
Saksi mata mengatakan kepada CNN bahwa polisi telah menghancurkan pintu dan jendela untuk memasuki masjid dan mengerahkan granat kejut dan peluru karet begitu masuk.
Sedangkan video yang dibagikan oleh polisi Israel menunjukkan pasukan menahan perisai anti-huru hara saat kembang api diluncurkan ke arah mereka, memantul dari dinding.
Polisi Israel menyampaikandalih mengapa pasukannya menyerbu Masjid al-Aqsa. "Pasukan memasuki al-Aqsa setelah ratusan perusuh dan penoda masjid (telah) membarikade diri mereka sendiri di dalamnya. Ketika polisi masuk, mereka dilempari batu, dan kembang api ditembakkan dari dalam masjid oleh sekelompok besar agitator,” kata Polisi Israel dalam sebuah pernyataan.
Bulan Sabit Merah Palestina di Yerusalem mengatakan sedikitnya 12 orang terluka dalam bentrokan di dalam dan sekitar masjid, dan sedikitnya tiga orang yang terluka dibawa ke rumah sakit, beberapa dengan luka akibat peluru karet.
Bulan Sabit Merah menambahkan bahwa pada satu titik ambulansnya menjadi sasaran polisi Israel dan dicegah untuk menjangkau para korban luka.
Polisi Israel mengatakan mereka menangkap dan memindahkan lebih dari 350 orang di masjid, dan dua petugas polisi Israel terluka.
Foto-foto yang dibagikan di media sosial menunjukkan puluhan orang yang ditahan terbaring telungkup di lantai masjid dengan kaki dan tangan terikat di belakang, dan yang lainnya dengan tangan terikat dibawa ke dalam kendaraan.
Selama insiden kedua pada Rabu malam, pasukan bersenjata Israel mengerahkan granat kejut dan memerintahkan umat Islam yang beribadah di sana untuk segera pergi. Itu juga terekam dalam video yang telah dibagikan di media sosial.
"Puluhan remaja pelanggar hukum, beberapa dari mereka bertopeng telah melemparkan kembang api dan batu ke dalam masjid dan mencoba membarikade diri mereka sendiri di dalam," kata Polisi Israel.
“Pasukan polisi mencegah pelanggar hukum menutup pintu dan membarikade diri mereka sendiri (di dalam), dan membantu jamaah meninggalkan masjid,” lanjut Polisi Israel.
Seorang saksi mata, juru kamera Rami Khatib, mengatakan kepada CNN bahwa setelah memindahkan jamaah keluar dari masjid, polisi Israel menempatkan petugas di setiap pintu dan mencegah orang masuk.
Insiden Rabu pagi mengundang kecaman dari seluruh dunia Arab dan Muslim. Kementerian Luar Negeri Yordania mengutuk tindakan polisi Israel “sekeras-kerasnya", dan meminta Israel untuk segera menarik pasukannya dari masjid. Yordania juga menyerukan pertemuan darurat Liga Arab untuk membahas perkembangan tersebut.
Kementerian Luar Negeri Mesir mengutuk penyerbuan masjid oleh polisi Israel, dengan mengatakan hal itu telah menyebabkan banyak jamaah terluka. "Itu melanggar semua hukum dan norma internasional," kata kementerian tersebut.
Kantor Urusan Palestina Amerika Serikat menyerukan pengekangan setelah serangan Rabu pagi, mengatakan di Twitter: “Kekerasan tidak memiliki tempat di tempat suci dan selama musim suci. Khawatir dengan adegan mengejutkan di Masjid al-Aqsa dan roket diluncurkan dari Gaza menuju Israel. Kami menyerukan pengekangan dan de-eskalasi untuk memungkinkan ibadah yang damai dan untuk melindungi kesucian tempat-tempat suci.”
Selama dua minggu terakhir, ada seruan dari kelompok ekstremis Yahudi untuk menyembelih kambing di kompleks masjid sebagai bagian dari ritual hari raya Paskah kuno yang tidak lagi dilakukan oleh kebanyakan orang Yahudi. Lebih banyak jamaah Muslim tetap tinggal di masjid setelah panggilan datang untuk mencegah upaya tersebut.
Pekan lalu, seorang pria Palestina ditembak dan dibunuh oleh polisi Israel di pintu masuk kompleks masjid. Sumber-sumber Palestina dan Israel saling membantah keadaan yang menyebabkan pembunuhan Muhammad Al-Osaibi yang berusia 26 tahun.
Kompleks Masjid al-Aqsa, yang sering menjadi pusat ketegangan, adalah rumah bagi salah satu situs tersuci Islam tetapi juga menjadi situs paling suci dalam Yudaisme yang dikenal sebagai Temple Mount.
Dalam pernyataan, Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammad Shtayyeh mengutuk tindakan polisi Israel, dengan mengatakan: "Apa yang terjadi di Yerusalem adalah kejahatan besar terhadap jamaah."
“Israel tidak ingin belajar dari sejarah, bahwa al-Aqsa adalah untuk Palestina dan untuk semua orang Arab dan Muslim, dan penyerbuan itu memicu revolusi melawan pendudukan,” ujar Shtayyeh.
Aviv Bushinsky, mantan penasihat media untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan kepada CNN bahwa situasi yang berdampak pada keamanan Israel dapat mempersatukan bangsa yang terpecah, tetapi mengatakan bahwa itu tidak mungkin menjadi motivasi di balik penyerbuan masjid al-Aqsa oleh Israel.
Bushinsky berpikir itu adalah kepentingan Netanyahu untuk meredakan ketegangan.
Bushinsky mengatakan bahwa rata-rata orang Israel tidak akan mendukung tindakan ekstrem Israel terhadap warga Palestina di Yerusalem karena itu akan terlalu berisiko.
“Saya pikir itu adalah kepentingan Netanyahu dan bahkan Ben Gvir [Menteri Keamanan Nasional Israel] untuk mencoba meredakan ketegangan di Aasjid al-Aqsa,” katanya. “Karena ketika ada perpecahan di sana, itu mempengaruhi seluruh dunia Arab, dan kami merasakannya.”
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pada hari Rabu bahwa sekitar 12 roket ditembakkan dari Jalur Gaza ke Israel setelah insiden di Yerusalem.
Menurut IDF, dua roket ditembakkan pada Rabu malam. Sebelumnya pada hari itu, 10 roket ditembakkan dari Gaza ke Israel, lima di antaranya jatuh di lapangan terbuka dan satu jatuh di sebuah pabrik di Sderot tanpa menimbulkan korban. Demikian disampaikan juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari dalam sebuah pernyataan.
Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas, faksi Palestina yang berkuasa atas Gaza, mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Kejahatan pendudukan Israel saat ini di Masjid al-Aqsa adalah pelanggaran yang belum pernah terjadi sebelumnya yang tidak akan berlalu."
Kemudian pada hari Rabu, militer Israel mengatakan jet tempurnya telah menyerang tempat pembuatan dan penyimpanan senjata di Jalur Gaza milik Hamas.
"Serangan ini dilakukan sebagai tanggapan terhadap roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza ke wilayah Israel sebelumnya," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
Itu terjadi beberapa jam setelah mereka pertama kali menggerebek kompleks tersebut dan menangkap ratusan warga Palestina meskipun ada kecaman dari dunia Arab dan Muslim.
Insiden itu, yang terjadi saat jamaah Muslim menjalankan ibadah salat selama bulan suci Ramadan dan umat Yahudi merayakan Paskah, memicu kelompok milisi di Gaza menembakkan roket ke Israel--diklaim sebagai pembalasan.
Selama insiden pertama pada Rabu pagi, rekaman video yang dibagikan di media sosial menunjukkan pasukan polisi Israel menyerang orang-orang yang berteriak dengan pentungan di dalam gedung yang gelap.
Saksi mata mengatakan kepada CNN bahwa polisi telah menghancurkan pintu dan jendela untuk memasuki masjid dan mengerahkan granat kejut dan peluru karet begitu masuk.
Sedangkan video yang dibagikan oleh polisi Israel menunjukkan pasukan menahan perisai anti-huru hara saat kembang api diluncurkan ke arah mereka, memantul dari dinding.
Polisi Israel menyampaikandalih mengapa pasukannya menyerbu Masjid al-Aqsa. "Pasukan memasuki al-Aqsa setelah ratusan perusuh dan penoda masjid (telah) membarikade diri mereka sendiri di dalamnya. Ketika polisi masuk, mereka dilempari batu, dan kembang api ditembakkan dari dalam masjid oleh sekelompok besar agitator,” kata Polisi Israel dalam sebuah pernyataan.
Bulan Sabit Merah Palestina di Yerusalem mengatakan sedikitnya 12 orang terluka dalam bentrokan di dalam dan sekitar masjid, dan sedikitnya tiga orang yang terluka dibawa ke rumah sakit, beberapa dengan luka akibat peluru karet.
Bulan Sabit Merah menambahkan bahwa pada satu titik ambulansnya menjadi sasaran polisi Israel dan dicegah untuk menjangkau para korban luka.
Polisi Israel mengatakan mereka menangkap dan memindahkan lebih dari 350 orang di masjid, dan dua petugas polisi Israel terluka.
Foto-foto yang dibagikan di media sosial menunjukkan puluhan orang yang ditahan terbaring telungkup di lantai masjid dengan kaki dan tangan terikat di belakang, dan yang lainnya dengan tangan terikat dibawa ke dalam kendaraan.
Selama insiden kedua pada Rabu malam, pasukan bersenjata Israel mengerahkan granat kejut dan memerintahkan umat Islam yang beribadah di sana untuk segera pergi. Itu juga terekam dalam video yang telah dibagikan di media sosial.
"Puluhan remaja pelanggar hukum, beberapa dari mereka bertopeng telah melemparkan kembang api dan batu ke dalam masjid dan mencoba membarikade diri mereka sendiri di dalam," kata Polisi Israel.
“Pasukan polisi mencegah pelanggar hukum menutup pintu dan membarikade diri mereka sendiri (di dalam), dan membantu jamaah meninggalkan masjid,” lanjut Polisi Israel.
Seorang saksi mata, juru kamera Rami Khatib, mengatakan kepada CNN bahwa setelah memindahkan jamaah keluar dari masjid, polisi Israel menempatkan petugas di setiap pintu dan mencegah orang masuk.
Insiden Rabu pagi mengundang kecaman dari seluruh dunia Arab dan Muslim. Kementerian Luar Negeri Yordania mengutuk tindakan polisi Israel “sekeras-kerasnya", dan meminta Israel untuk segera menarik pasukannya dari masjid. Yordania juga menyerukan pertemuan darurat Liga Arab untuk membahas perkembangan tersebut.
Kementerian Luar Negeri Mesir mengutuk penyerbuan masjid oleh polisi Israel, dengan mengatakan hal itu telah menyebabkan banyak jamaah terluka. "Itu melanggar semua hukum dan norma internasional," kata kementerian tersebut.
Kantor Urusan Palestina Amerika Serikat menyerukan pengekangan setelah serangan Rabu pagi, mengatakan di Twitter: “Kekerasan tidak memiliki tempat di tempat suci dan selama musim suci. Khawatir dengan adegan mengejutkan di Masjid al-Aqsa dan roket diluncurkan dari Gaza menuju Israel. Kami menyerukan pengekangan dan de-eskalasi untuk memungkinkan ibadah yang damai dan untuk melindungi kesucian tempat-tempat suci.”
Selama dua minggu terakhir, ada seruan dari kelompok ekstremis Yahudi untuk menyembelih kambing di kompleks masjid sebagai bagian dari ritual hari raya Paskah kuno yang tidak lagi dilakukan oleh kebanyakan orang Yahudi. Lebih banyak jamaah Muslim tetap tinggal di masjid setelah panggilan datang untuk mencegah upaya tersebut.
Pekan lalu, seorang pria Palestina ditembak dan dibunuh oleh polisi Israel di pintu masuk kompleks masjid. Sumber-sumber Palestina dan Israel saling membantah keadaan yang menyebabkan pembunuhan Muhammad Al-Osaibi yang berusia 26 tahun.
Kompleks Masjid al-Aqsa, yang sering menjadi pusat ketegangan, adalah rumah bagi salah satu situs tersuci Islam tetapi juga menjadi situs paling suci dalam Yudaisme yang dikenal sebagai Temple Mount.
Dalam pernyataan, Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammad Shtayyeh mengutuk tindakan polisi Israel, dengan mengatakan: "Apa yang terjadi di Yerusalem adalah kejahatan besar terhadap jamaah."
“Israel tidak ingin belajar dari sejarah, bahwa al-Aqsa adalah untuk Palestina dan untuk semua orang Arab dan Muslim, dan penyerbuan itu memicu revolusi melawan pendudukan,” ujar Shtayyeh.
Aviv Bushinsky, mantan penasihat media untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan kepada CNN bahwa situasi yang berdampak pada keamanan Israel dapat mempersatukan bangsa yang terpecah, tetapi mengatakan bahwa itu tidak mungkin menjadi motivasi di balik penyerbuan masjid al-Aqsa oleh Israel.
Bushinsky berpikir itu adalah kepentingan Netanyahu untuk meredakan ketegangan.
Bushinsky mengatakan bahwa rata-rata orang Israel tidak akan mendukung tindakan ekstrem Israel terhadap warga Palestina di Yerusalem karena itu akan terlalu berisiko.
“Saya pikir itu adalah kepentingan Netanyahu dan bahkan Ben Gvir [Menteri Keamanan Nasional Israel] untuk mencoba meredakan ketegangan di Aasjid al-Aqsa,” katanya. “Karena ketika ada perpecahan di sana, itu mempengaruhi seluruh dunia Arab, dan kami merasakannya.”
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pada hari Rabu bahwa sekitar 12 roket ditembakkan dari Jalur Gaza ke Israel setelah insiden di Yerusalem.
Menurut IDF, dua roket ditembakkan pada Rabu malam. Sebelumnya pada hari itu, 10 roket ditembakkan dari Gaza ke Israel, lima di antaranya jatuh di lapangan terbuka dan satu jatuh di sebuah pabrik di Sderot tanpa menimbulkan korban. Demikian disampaikan juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari dalam sebuah pernyataan.
Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas, faksi Palestina yang berkuasa atas Gaza, mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Kejahatan pendudukan Israel saat ini di Masjid al-Aqsa adalah pelanggaran yang belum pernah terjadi sebelumnya yang tidak akan berlalu."
Kemudian pada hari Rabu, militer Israel mengatakan jet tempurnya telah menyerang tempat pembuatan dan penyimpanan senjata di Jalur Gaza milik Hamas.
"Serangan ini dilakukan sebagai tanggapan terhadap roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza ke wilayah Israel sebelumnya," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
(mas)
tulis komentar anda