Rusia Peringatkan Amunisi Depleted Uranium Berdampak Buruk pada Kesehatan Tentara
Rabu, 22 Maret 2023 - 11:46 WIB
MOSKOW - Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu memperingatkan amunisi dengan depleted uranium akan berdampak negatif serius pada kesehatan prajurit yang menggunakannya.
Dalam fragmen wawancara dengan TV Rossiya-1, yang dirilis melalui Telegram oleh jurnalis Pavel Zarubin, Shoigu mengatakan, “NATO telah menggunakan amunisi semacam itu selama peristiwa (1999) di Kosovo, Serbia."
Investigasi selanjutnya terhadap penggunaannya mengungkapkan kesehatan prajurit yang menggunakannya, sangat dirugikan.
"Ada konsekuensinya. Ada konsekuensi bagi kesehatan mereka yang menggunakan amunisi itu. Ada kondisi kesehatan yang serius, dan itu dipelajari. Namun, mereka tidak memeriksa efek apa yang ditimbulkan amunisi itu terhadap mereka yang menggunakannya," papar menteri pertahanan Rusia itu.
Sebelumnya pada Senin, Menteri Negara Pertahanan Inggris Annabel Goldie mengatakan dalam tanggapan tertulisnya atas penyelidikan oleh Anggota House of Lords Raymond Jolliffe bahwa pihak berwenang Inggris akan mengirim peluru ke Ukraina yang mengandung depleted uranium dan fitur peningkatan efisiensi terhadap kendaraan lapis baja.
Kedutaan Besar Rusia di Inggris memperingatkan London agar tidak memasok amunisi semacam itu ke Kiev.
Menurut para diplomat Rusia, langkah ini penuh dengan risiko eskalasi konflik lebih lanjut.
“Radioaktivitas, toksisitas tinggi, dan karsinogenisitas senjata semacam itu sudah diketahui,” ungkap Kedutaan Besar Rusia di Inggris.
Depleted uranium dihasilkan dari proses pembuatan uranium yang diperkaya (digunakan dalam reaktor nuklir atau senjata) dari uranium alami (ditemukan di kerak bumi).
Selama proses ini, beberapa radioaktivitas dari uranium alami dihilangkan untuk mengonsentrasikannya untuk produk yang "diperkaya".
Secara khusus, sisa uranium (yaitu depleted uranium) "habis" sekitar 40% dari radioaktivitasnya. Meskipun demikian, depleted uranium mempertahankan toksisitas kimia yang sama dengan uranium alam.
Dalam fragmen wawancara dengan TV Rossiya-1, yang dirilis melalui Telegram oleh jurnalis Pavel Zarubin, Shoigu mengatakan, “NATO telah menggunakan amunisi semacam itu selama peristiwa (1999) di Kosovo, Serbia."
Investigasi selanjutnya terhadap penggunaannya mengungkapkan kesehatan prajurit yang menggunakannya, sangat dirugikan.
"Ada konsekuensinya. Ada konsekuensi bagi kesehatan mereka yang menggunakan amunisi itu. Ada kondisi kesehatan yang serius, dan itu dipelajari. Namun, mereka tidak memeriksa efek apa yang ditimbulkan amunisi itu terhadap mereka yang menggunakannya," papar menteri pertahanan Rusia itu.
Sebelumnya pada Senin, Menteri Negara Pertahanan Inggris Annabel Goldie mengatakan dalam tanggapan tertulisnya atas penyelidikan oleh Anggota House of Lords Raymond Jolliffe bahwa pihak berwenang Inggris akan mengirim peluru ke Ukraina yang mengandung depleted uranium dan fitur peningkatan efisiensi terhadap kendaraan lapis baja.
Kedutaan Besar Rusia di Inggris memperingatkan London agar tidak memasok amunisi semacam itu ke Kiev.
Menurut para diplomat Rusia, langkah ini penuh dengan risiko eskalasi konflik lebih lanjut.
“Radioaktivitas, toksisitas tinggi, dan karsinogenisitas senjata semacam itu sudah diketahui,” ungkap Kedutaan Besar Rusia di Inggris.
Depleted uranium dihasilkan dari proses pembuatan uranium yang diperkaya (digunakan dalam reaktor nuklir atau senjata) dari uranium alami (ditemukan di kerak bumi).
Selama proses ini, beberapa radioaktivitas dari uranium alami dihilangkan untuk mengonsentrasikannya untuk produk yang "diperkaya".
Secara khusus, sisa uranium (yaitu depleted uranium) "habis" sekitar 40% dari radioaktivitasnya. Meskipun demikian, depleted uranium mempertahankan toksisitas kimia yang sama dengan uranium alam.
(sya)
tulis komentar anda