Hubungan Amerika Serikat dan Ukraina Dikabarkan Retak
Senin, 13 Maret 2023 - 16:14 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) dan Ukraina semakin berselisih mengenai rencana Kiev untuk konflik dengan Rusia. Politico melaporkan hal itu pada Minggu (12/3/2023).
Desakan Presiden AS Joe Biden bahwa Ukraina akan memutuskan kapan harus mencari perdamaian mungkin tidak akan "dapat dipertahankan" lebih lama, menurut pejabat Washington dalam laporan Politico.
“Penolakan Ukraina untuk meninggalkan kota Artyomovsk (Bakhmut) yang dikepung telah menyebabkan beberapa pejabat pemerintahan Biden khawatir bahwa mereka menghabiskan begitu banyak tenaga dan amunisi sehingga tidak dapat melakukan serangan balasan terhadap pasukan Rusia di tempat lain,” ungkap laporan Politico.
Menurut laporan itu, “Meskipun Pentagon telah menyatakan mempertahankan kota itu tidak penting secara strategis bagi Ukraina, Kiev, untuk saat ini, mengabaikan masukan Washington.”
Perselisihan tentang nilai penting Bakhmut telah dilaporkan media AS, tetapi itu hanyalah salah satu bidang ketidaksepakatan yang disoroti Politico.
Sikap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terhadap dukungan militer dari AS adalah hal lain.
Meski AS telah memberi Ukraina senjata senilai puluhan miliar dolar dari dana USD113 miliar, Zelensky telah berulang kali meminta lebih.
“Ada keluhan tentang permintaan terus-menerus dan, kadang-kadang, Zelensky tidak menunjukkan rasa terima kasih yang pantas,” tulis Politico, mengutip dua pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya.
Biden telah berulang kali menyatakan AS akan terus mengalirkan senjata Amerika ke Ukraina "selama diperlukan", dan Kiev sendiri yang akan memutuskan kapan akan duduk untuk pembicaraan damai dengan Rusia.
Namun, para pejabat AS dilaporkan khawatir bahwa janji Zelensky untuk merebut Crimea yang memilih untuk bergabung dengan Rusia pada tahun 2014, hanya akan “memperpanjang perang” dan dapat memicu “eskalasi dramatis dari Moskow”.
Laporan Politico bukanlah indikasi pertama bahwa Washington tidak mendukung rencana Zelensky untuk Crimea.
Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley memperingatkan pada bulan Januari bahwa menyerang semenanjung Crimea Rusia itu akan “sangat, sangat sulit”.
Adapun Pentagon dilaporkan telah memberi tahu Kongres bahwa Ukraina tidak memiliki kemampuan meluncurkan operasi semacam itu.
“Biden terus berpegang teguh pada pernyataannya bahwa Amerika Serikat akan menyerahkan semua keputusan tentang perang dan perdamaian kepada Zelensky,” tulis Politico.
Politico menambahkan, "Tapi bisikan telah dimulai di Washington tentang seberapa dapat dipertahankan hal itu saat perang berlanjut."
Pengambilan keputusan Ukraina juga dipertanyakan oleh agen intelijen AS, yang mengatakan kepada New York Times pekan lalu bahwa "kelompok pro-Ukraina" berada di balik serangan September 2022 terhadap pipa gas Nord Stream.
Meskipun mata-mata tersebut menekankan bahwa pemerintah Zelensky tidak terlibat, Politico mengklaim pemerintahan Biden telah memberi isyarat kepada Kiev bahwa “kekerasan di luar perbatasan Ukraina tidak akan ditoleransi.”
Artikel New York Times bertentangan dengan laporan sebelumnya oleh jurnalis Seymour Hersh, yang menyalahkan ledakan tersebut pada pemerintahan Biden dan CIA.
Moskow menggambarkan laporan New York Times sebagai "tipuan terkoordinasi" yang bertujuan mengalihkan kesalahan dari AS ke Ukraina.
Desakan Presiden AS Joe Biden bahwa Ukraina akan memutuskan kapan harus mencari perdamaian mungkin tidak akan "dapat dipertahankan" lebih lama, menurut pejabat Washington dalam laporan Politico.
“Penolakan Ukraina untuk meninggalkan kota Artyomovsk (Bakhmut) yang dikepung telah menyebabkan beberapa pejabat pemerintahan Biden khawatir bahwa mereka menghabiskan begitu banyak tenaga dan amunisi sehingga tidak dapat melakukan serangan balasan terhadap pasukan Rusia di tempat lain,” ungkap laporan Politico.
Menurut laporan itu, “Meskipun Pentagon telah menyatakan mempertahankan kota itu tidak penting secara strategis bagi Ukraina, Kiev, untuk saat ini, mengabaikan masukan Washington.”
Perselisihan tentang nilai penting Bakhmut telah dilaporkan media AS, tetapi itu hanyalah salah satu bidang ketidaksepakatan yang disoroti Politico.
Sikap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terhadap dukungan militer dari AS adalah hal lain.
Meski AS telah memberi Ukraina senjata senilai puluhan miliar dolar dari dana USD113 miliar, Zelensky telah berulang kali meminta lebih.
“Ada keluhan tentang permintaan terus-menerus dan, kadang-kadang, Zelensky tidak menunjukkan rasa terima kasih yang pantas,” tulis Politico, mengutip dua pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya.
Biden telah berulang kali menyatakan AS akan terus mengalirkan senjata Amerika ke Ukraina "selama diperlukan", dan Kiev sendiri yang akan memutuskan kapan akan duduk untuk pembicaraan damai dengan Rusia.
Namun, para pejabat AS dilaporkan khawatir bahwa janji Zelensky untuk merebut Crimea yang memilih untuk bergabung dengan Rusia pada tahun 2014, hanya akan “memperpanjang perang” dan dapat memicu “eskalasi dramatis dari Moskow”.
Laporan Politico bukanlah indikasi pertama bahwa Washington tidak mendukung rencana Zelensky untuk Crimea.
Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley memperingatkan pada bulan Januari bahwa menyerang semenanjung Crimea Rusia itu akan “sangat, sangat sulit”.
Adapun Pentagon dilaporkan telah memberi tahu Kongres bahwa Ukraina tidak memiliki kemampuan meluncurkan operasi semacam itu.
“Biden terus berpegang teguh pada pernyataannya bahwa Amerika Serikat akan menyerahkan semua keputusan tentang perang dan perdamaian kepada Zelensky,” tulis Politico.
Politico menambahkan, "Tapi bisikan telah dimulai di Washington tentang seberapa dapat dipertahankan hal itu saat perang berlanjut."
Pengambilan keputusan Ukraina juga dipertanyakan oleh agen intelijen AS, yang mengatakan kepada New York Times pekan lalu bahwa "kelompok pro-Ukraina" berada di balik serangan September 2022 terhadap pipa gas Nord Stream.
Meskipun mata-mata tersebut menekankan bahwa pemerintah Zelensky tidak terlibat, Politico mengklaim pemerintahan Biden telah memberi isyarat kepada Kiev bahwa “kekerasan di luar perbatasan Ukraina tidak akan ditoleransi.”
Artikel New York Times bertentangan dengan laporan sebelumnya oleh jurnalis Seymour Hersh, yang menyalahkan ledakan tersebut pada pemerintahan Biden dan CIA.
Moskow menggambarkan laporan New York Times sebagai "tipuan terkoordinasi" yang bertujuan mengalihkan kesalahan dari AS ke Ukraina.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda