Singapura Bicara Konsekuensi Mengerikan Perang Asia: Kami Tak di Tempat Nyaman
Sabtu, 18 Februari 2023 - 10:27 WIB
MUNICH - Menteri Pertahanan (Menhan) Singapura Ng Eng Hen memperingatkan bahwa perang di Asia akan menghancurkan tidak hanya untuk benua ini saja, tetapi juga berdampak ke seluruh dunia.
Berbicara di Meja Bundar Keamanan Maritim pada Konferensi Keamanan Munich ke-59, Menhan Ng menyoroti bahwa kekuatan dunia telah meningkatkan kehadiran militer mereka di Asia. "Pra-posisi untuk pencegahan masih hidup dan sehat," ujarnya.
Merujuk pada formasi pengelompokan strategis seperti Quad (Amerika Serikat, India, Australia, Jepang) dan AUKUS (Amerika Serikat, Australia, Inggris Raya), Ng mengatakan Amerika Serikat (AS) mendapatkan lebih banyak akses ke pangkalan di Filipina, serta latihan pertahanan rudal di Korea Selatan sebagai contoh dari apa yang akan ditafsirkan China sebagai "langkah persiapan".
Demikian pula, lanjut Ng, Beijing juga telah meningkatkan kehadiran militernya di wilayah tersebut--dari patroli di Laut China Selatan yang disengketakan hingga jet tempurnya yang secara teratur melintasi garis median di Selat Taiwan.
"[Meski begitu], gendang perang belum mulai terdengar," papar Ng, seperti dikutip Channel News Asia, Sabtu (18/2/2023).
Menurutnya, untuk sementara kedua belah pihak tidak mencari konflik dan Taiwan akan menjadi faktor penentu yang kuat.
Dia menunjukkan dua narasi: pertama, menempatkan Taiwan sebagai pemimpin kontes antara otokrasi dan demokrasi dan kedua adalah pertempuran untuk sumber daya strategis, mirip dengan cara negara-negara sebelumnya memperebutkan rempah-rempah dan minyak.
Dalam konteks hari ini, sumber daya tersebut akan menjadi chip kelas atas yang dipasok Taiwan ke dunia.
Menhan Ng mengatakan China akan bertindak atau dipaksa untuk bertindak jika ada gerakan menuju kemerdekaan Taiwan.
"Ini akan dilihat sebagai bab lain dari perjanjian yang tidak setara yang dipaksakan kepada China, dan tidak ada pemimpin China yang dapat menerimanya," katanya.
Menurutnya, peristiwa kecil juga bisa menjadi pemicu konflik, memberikan contoh pecahnya Perang Dunia I.
Dia juga mengutip insiden yang lebih baru seperti pesawat militer China dan AS yang datang dalam jarak beberapa meter satu sama lain di atas Laut China Selatan, dan balon pengintai China yang beroperasi di atas wilayah AS.
Dia lantas memperingatkan konsekuensi bencana perang di Asia dan bahwa ada "alternatif yang layak" di luar sana.
"Kami tidak berada di tempat yang nyaman," katanya. “Suhunya tidak mendidih, tapi pasti naik. Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk mendinginkannya."
Berbicara di Meja Bundar Keamanan Maritim pada Konferensi Keamanan Munich ke-59, Menhan Ng menyoroti bahwa kekuatan dunia telah meningkatkan kehadiran militer mereka di Asia. "Pra-posisi untuk pencegahan masih hidup dan sehat," ujarnya.
Merujuk pada formasi pengelompokan strategis seperti Quad (Amerika Serikat, India, Australia, Jepang) dan AUKUS (Amerika Serikat, Australia, Inggris Raya), Ng mengatakan Amerika Serikat (AS) mendapatkan lebih banyak akses ke pangkalan di Filipina, serta latihan pertahanan rudal di Korea Selatan sebagai contoh dari apa yang akan ditafsirkan China sebagai "langkah persiapan".
Demikian pula, lanjut Ng, Beijing juga telah meningkatkan kehadiran militernya di wilayah tersebut--dari patroli di Laut China Selatan yang disengketakan hingga jet tempurnya yang secara teratur melintasi garis median di Selat Taiwan.
"[Meski begitu], gendang perang belum mulai terdengar," papar Ng, seperti dikutip Channel News Asia, Sabtu (18/2/2023).
Menurutnya, untuk sementara kedua belah pihak tidak mencari konflik dan Taiwan akan menjadi faktor penentu yang kuat.
Dia menunjukkan dua narasi: pertama, menempatkan Taiwan sebagai pemimpin kontes antara otokrasi dan demokrasi dan kedua adalah pertempuran untuk sumber daya strategis, mirip dengan cara negara-negara sebelumnya memperebutkan rempah-rempah dan minyak.
Dalam konteks hari ini, sumber daya tersebut akan menjadi chip kelas atas yang dipasok Taiwan ke dunia.
Menhan Ng mengatakan China akan bertindak atau dipaksa untuk bertindak jika ada gerakan menuju kemerdekaan Taiwan.
"Ini akan dilihat sebagai bab lain dari perjanjian yang tidak setara yang dipaksakan kepada China, dan tidak ada pemimpin China yang dapat menerimanya," katanya.
Menurutnya, peristiwa kecil juga bisa menjadi pemicu konflik, memberikan contoh pecahnya Perang Dunia I.
Dia juga mengutip insiden yang lebih baru seperti pesawat militer China dan AS yang datang dalam jarak beberapa meter satu sama lain di atas Laut China Selatan, dan balon pengintai China yang beroperasi di atas wilayah AS.
Dia lantas memperingatkan konsekuensi bencana perang di Asia dan bahwa ada "alternatif yang layak" di luar sana.
"Kami tidak berada di tempat yang nyaman," katanya. “Suhunya tidak mendidih, tapi pasti naik. Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk mendinginkannya."
(min)
tulis komentar anda