Gara-gara Tembakan Rudal Rusia, PM Moldova Mengundurkan Diri
Sabtu, 11 Februari 2023 - 03:37 WIB
CHISINAU - Perdana Menteri (PM) Moldova Natalia Gavrilita mengundurkan diri pada Jumat setelah negaranya mengonfirmasi laporan bahwa rudal Rusia telah memasuki wilayah udaranya.
Pengunduran diri Gavrilita, seperti dikutip Newsweek, Sabtu (11/2/2023) mengakibatkan runtuhnya pemerintahan Moldova. Pemerintahannya dianggap pro-Barat, dan dia adalah sekutu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Moldova baru-baru ini dilanda inflasi tinggi serta krisis energi setelah Rusia mengurangi pasokan.
Kekhawatiran juga meningkat tentang Rusia mengambil tindakan lebih lanjut terhadap Moldova sejak Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina 24 Februari lalu, terutama sejak Moskow mempertahankan pasukan di wilayah Transnistria yang memisahkan diri dari Moldova.
Pada hari Kamis, Zelensky mengatakan kepada para pemimpin Uni Eropa di Brussels bahwa negaranya telah mengintersepsi rencana dinas keamanan Rusia tentang dugaan plot untuk menghancurkan Moldova.
Belakangan pada hari itu, Badan Intelijen dan Keamanan Moldova mengeluarkan pernyataan yang mengatakan telah menerima informasi yang merinci rencana Rusia untuk mengacaukan negara tersebut.
Dalam membahas keputusannya untuk mengundurkan diri selama konferensi pers, Gavrilita mengutip kurangnya dukungan untuk memberlakukan reformasi yang direncanakannya tetapi tidak merujuk pada laporan baru-baru ini dari Ukraina tentang rudal Rusia yang melintasi wilayah udara Moldova pada Jumat pagi.
Laporan itu datang dari Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Jenderal Valeriy Zaluzhnyi, yang mengumumkan bahwa dua rudal Rusia diluncurkan dari Laut Hitam dan melewati Moldova dan Rumania sebelum masuk ke Ukraina.
Rumania, anggota NATO, kemudian mengatakan rudal Rusia tidak melintasi perbatasan wilayahnya.
Namun, Moldova mengatakan bahwa salah satu misil Rusia melanggar wilayah udaranya. Akibatnya, Menteri Luar Negeri Moldova Nicu Popescu memanggil duta besar Rusia untuk Moldova guna memprotes atas apa yang disebutnya sebagai insiden yang "tidak dapat diterima".
Pengunduran diri Gavrilita, seperti dikutip Newsweek, Sabtu (11/2/2023) mengakibatkan runtuhnya pemerintahan Moldova. Pemerintahannya dianggap pro-Barat, dan dia adalah sekutu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Moldova baru-baru ini dilanda inflasi tinggi serta krisis energi setelah Rusia mengurangi pasokan.
Kekhawatiran juga meningkat tentang Rusia mengambil tindakan lebih lanjut terhadap Moldova sejak Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina 24 Februari lalu, terutama sejak Moskow mempertahankan pasukan di wilayah Transnistria yang memisahkan diri dari Moldova.
Pada hari Kamis, Zelensky mengatakan kepada para pemimpin Uni Eropa di Brussels bahwa negaranya telah mengintersepsi rencana dinas keamanan Rusia tentang dugaan plot untuk menghancurkan Moldova.
Belakangan pada hari itu, Badan Intelijen dan Keamanan Moldova mengeluarkan pernyataan yang mengatakan telah menerima informasi yang merinci rencana Rusia untuk mengacaukan negara tersebut.
Dalam membahas keputusannya untuk mengundurkan diri selama konferensi pers, Gavrilita mengutip kurangnya dukungan untuk memberlakukan reformasi yang direncanakannya tetapi tidak merujuk pada laporan baru-baru ini dari Ukraina tentang rudal Rusia yang melintasi wilayah udara Moldova pada Jumat pagi.
Laporan itu datang dari Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Jenderal Valeriy Zaluzhnyi, yang mengumumkan bahwa dua rudal Rusia diluncurkan dari Laut Hitam dan melewati Moldova dan Rumania sebelum masuk ke Ukraina.
Rumania, anggota NATO, kemudian mengatakan rudal Rusia tidak melintasi perbatasan wilayahnya.
Namun, Moldova mengatakan bahwa salah satu misil Rusia melanggar wilayah udaranya. Akibatnya, Menteri Luar Negeri Moldova Nicu Popescu memanggil duta besar Rusia untuk Moldova guna memprotes atas apa yang disebutnya sebagai insiden yang "tidak dapat diterima".
(min)
tulis komentar anda