Sejarah CONEFO, Aliansi Non-Blok Gagasan Soekarno yang Dibentuk Indonesia Bersama 3 Negara Komunis
Selasa, 07 Februari 2023 - 16:20 WIB
Dengan adanya penjelasan dan alasan yang kuat membuat RRC setuju dan RPA pun tidak ragu. Pada akhir tahun itu juga kedua negara aliansi tersebut telah mengirimkan bantuan dari beberapa kapal yang berisi bahan bangunan bakal dibentuknya gedung CONEFO di Jakarta.
Mengutip dari situs web Degruyter, konflik antara Indonesia dengan negeri jiran Malaysia juga telah menambah semangat Soekarno hengkang dari PBB secepatnya dan mendirikan CONEFO.
Pada 31 September 1964, Soekarno mengultimatum PBB agar tidak menerima Malaysia sebagai anggotanya.
Satu minggu setelahnya, Soekarno membuktikan janjinya karena Malaysia sudah diterima menjadi anggota PBB.
Tepat pada tanggal 20 Januari 1965, Soekarno melayangkan surat ke PBB untuk menyatakan keluar dari keanggotaannya.
Pada tanggal 1 Januari 1960, PBB mengizinkan Indonesia keluar dari status keanggotaannya. Sejak saat itulah pembangunan gedung CONEFO mulai dipercepat dan bantuan material bangunan sudah berdatangan.
Sebagai lembaga yang menandingi PBB, maka segala bentuk dari gedung CONEFO haruslah lebih megah dan lebih bagus dari People Palace di Beijing.
Selain itu pembangunan gedungnya harus selesai dalam satu tahun, karena akan digunakan untuk acara perdananya pada tahun 1966.
Dengan waktu pengerjaan yang singkat serta konsep yang tergolong megah membuat Soekarno harus membuka tender terbatas untuk proyek ini.
Ada tiga pendaftar pada saat itu yakni PN Virama Karya, PN Bina Karya dan tim khusus pimpinan rancangan Menteri PUTL yang dipimpin Sujudi Wirjoatmodjo. Akhirnya kelompok terakhir inilah yang memenangkan tender.
Mengutip dari situs web Degruyter, konflik antara Indonesia dengan negeri jiran Malaysia juga telah menambah semangat Soekarno hengkang dari PBB secepatnya dan mendirikan CONEFO.
Pada 31 September 1964, Soekarno mengultimatum PBB agar tidak menerima Malaysia sebagai anggotanya.
Satu minggu setelahnya, Soekarno membuktikan janjinya karena Malaysia sudah diterima menjadi anggota PBB.
Tepat pada tanggal 20 Januari 1965, Soekarno melayangkan surat ke PBB untuk menyatakan keluar dari keanggotaannya.
Pada tanggal 1 Januari 1960, PBB mengizinkan Indonesia keluar dari status keanggotaannya. Sejak saat itulah pembangunan gedung CONEFO mulai dipercepat dan bantuan material bangunan sudah berdatangan.
Sebagai lembaga yang menandingi PBB, maka segala bentuk dari gedung CONEFO haruslah lebih megah dan lebih bagus dari People Palace di Beijing.
Selain itu pembangunan gedungnya harus selesai dalam satu tahun, karena akan digunakan untuk acara perdananya pada tahun 1966.
Dengan waktu pengerjaan yang singkat serta konsep yang tergolong megah membuat Soekarno harus membuka tender terbatas untuk proyek ini.
Ada tiga pendaftar pada saat itu yakni PN Virama Karya, PN Bina Karya dan tim khusus pimpinan rancangan Menteri PUTL yang dipimpin Sujudi Wirjoatmodjo. Akhirnya kelompok terakhir inilah yang memenangkan tender.
tulis komentar anda