Prancis Prediksi 10.000 Warga Eropa Bakal Gabung ISIS
A
A
A
PARIS - Pemerintah Prancis memprediksi sebanyak 10.000 warga Eropa bakal bergabung dengan ISIS mulai tahun ini hingga akhir 2015. Dari jumlah angka yang diprediksi itu, separuhnya diyakini akan bergabung dengan ISIS sebelum musim panas berakhir.
”Ada 3.000 orang Eropa di Irak dan Suriah hari ini. Ketika Anda melakukan proyeksi untuk bulan-bulan yang akan datang, mungkin ada 5.000 sebelum musim panas dan 10.000 sebelum akhir tahun ini,” kata Perdana Menteri Perancis,Manuel Valls yang disiarkan stasiun televisi iTele. ”Apakah Anda menyadari ancaman ini?,” katanya lagi.
Perancis bersama dengan Belgia, telah melihat bahwa banyak warga Eropa yang menjadi radikal telah meninggalkan negaranya untuk bergabung dengan Islamic State Iraq and Syria (ISIS) di Irak dan Suriah.
”Sudah ada hampir 90 warga Prancis yang telah meninggal di luar sana dengan senjata di tangan mereka, melawan nilai-nilai kita sendiri,” ujar Valls, semalam (8/3/2015).
Sejak November 2014 lalu, Prancis mengadopsi undang-undang anti-teror baru. Namun, baru mulai Februari 2015, Prancis menyita paspor empat warganya dan melarang 40 warga lainnya untuk pergi ke luar negeri karena dikhawatirkan bergabung dengan ISIS.
”Kami harus menghadapi tingkat ancaman yang sangat tinggi di Prancis, di Eropa dan di negara-negara lain,” ujar Valls.
Kepala Intelijen Militer Jerman, Christof Gram, seperti dilansir Russia Today, khawatir para militan menggunakan institusi militer dan angkatan bersenjata di Jerman sebagai sumber pelatihan sebelum mereka bergabung dengan ISIS.
”Ada 3.000 orang Eropa di Irak dan Suriah hari ini. Ketika Anda melakukan proyeksi untuk bulan-bulan yang akan datang, mungkin ada 5.000 sebelum musim panas dan 10.000 sebelum akhir tahun ini,” kata Perdana Menteri Perancis,Manuel Valls yang disiarkan stasiun televisi iTele. ”Apakah Anda menyadari ancaman ini?,” katanya lagi.
Perancis bersama dengan Belgia, telah melihat bahwa banyak warga Eropa yang menjadi radikal telah meninggalkan negaranya untuk bergabung dengan Islamic State Iraq and Syria (ISIS) di Irak dan Suriah.
”Sudah ada hampir 90 warga Prancis yang telah meninggal di luar sana dengan senjata di tangan mereka, melawan nilai-nilai kita sendiri,” ujar Valls, semalam (8/3/2015).
Sejak November 2014 lalu, Prancis mengadopsi undang-undang anti-teror baru. Namun, baru mulai Februari 2015, Prancis menyita paspor empat warganya dan melarang 40 warga lainnya untuk pergi ke luar negeri karena dikhawatirkan bergabung dengan ISIS.
”Kami harus menghadapi tingkat ancaman yang sangat tinggi di Prancis, di Eropa dan di negara-negara lain,” ujar Valls.
Kepala Intelijen Militer Jerman, Christof Gram, seperti dilansir Russia Today, khawatir para militan menggunakan institusi militer dan angkatan bersenjata di Jerman sebagai sumber pelatihan sebelum mereka bergabung dengan ISIS.
(mas)