Lawan Teror Paris, 3,7 Juta Muslim dan Yahudi Beraksi Diam
A
A
A
PARIS - Pawai diam bersejarah untuk mengutuk teror di Paris diikuti sekitar 3,7 juta orang di seluruh dunia, termasuk komunitas Muslim dan Yahudi. Mereka beraksi bersama para pemimpin dunia.
Aksi besar-besaran bersejarah ini menyamai rekor aksi pembebasan Paris dari Nazi Jerman pada tahun 1944.
Presiden Prancis, Francois Hollande muncul bersama pemimpin dari berbagai negara, seperti Jerman, Italia, Turki, Inggris, Israel hingga Palestina.
Sebanyak 17 orang, termasuk wartawan dan polisi, tewas dalam teror di Paris selama tiga hari berturut-turut. Teror berdarah dimulai dari serangan terhadap kantor majalah satir Charlie Hebdo, yang dikenal membuat kartun satir untuk mengolok-olok para pemimpin politik dan pemimpin seluruh agama.
Dalam aksi itu, sebuah surat raksasa melekat pada sebuah patung di alun-alun Paris dengan tulisan "Pourquoi?" (Mengapa?).
”Paris hari ini adalah ibu kota dunia. Seluruh negara akan bangkit dan menunjukkan sisi terbaiknya,” kata Hollande, seperti dikutip Reuters, Senin (12/1/2015).
Kementerian Dalam Negeri Prancis, mengatakan, setidaknya 3,7 juta orang ambil bagian dalam aksi diam. Sebanyak 1,2 juta hingga 1,6 juta orang berbaris di Paris. Sedangkan sekitar 2,5 juta beraksi di berbagai kota lain di Prancis.
Para penyerang di Paris diketahui dua bersaudara keturunan Aljazair kelahiran Prancis. Mereka beraksi dengan dalih membela kehormatan Nabi Muhammad yang dihina majalah Charlie Hebdo dengan kartun-kartun satirnya.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, Perdana Menteri Inggris, David Cameron dan Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi tampak di antara 44 pemimpin dunia yang melakukan aksi diam. Renzi mengatakan perang melawan terorisme akan dimenangkan oleh Eropa dari sisi politik dan ekonomi.
”Yang paling penting adalah nilai-nilai, budaya, cita-cita Eropa, dan itulah alasan kami berada di sini,” kata Renzi. PM Israel, Benjamin Netanyahu dan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas juga hadir.
”Dengan cara yang sama bahwa dunia beradab berdiri hari ini dengan Prancis melawan teror, sehingga harus berdiri dengan Israel melawan teror,” kata Netanyahu.
Aksi besar-besaran bersejarah ini menyamai rekor aksi pembebasan Paris dari Nazi Jerman pada tahun 1944.
Presiden Prancis, Francois Hollande muncul bersama pemimpin dari berbagai negara, seperti Jerman, Italia, Turki, Inggris, Israel hingga Palestina.
Sebanyak 17 orang, termasuk wartawan dan polisi, tewas dalam teror di Paris selama tiga hari berturut-turut. Teror berdarah dimulai dari serangan terhadap kantor majalah satir Charlie Hebdo, yang dikenal membuat kartun satir untuk mengolok-olok para pemimpin politik dan pemimpin seluruh agama.
Dalam aksi itu, sebuah surat raksasa melekat pada sebuah patung di alun-alun Paris dengan tulisan "Pourquoi?" (Mengapa?).
”Paris hari ini adalah ibu kota dunia. Seluruh negara akan bangkit dan menunjukkan sisi terbaiknya,” kata Hollande, seperti dikutip Reuters, Senin (12/1/2015).
Kementerian Dalam Negeri Prancis, mengatakan, setidaknya 3,7 juta orang ambil bagian dalam aksi diam. Sebanyak 1,2 juta hingga 1,6 juta orang berbaris di Paris. Sedangkan sekitar 2,5 juta beraksi di berbagai kota lain di Prancis.
Para penyerang di Paris diketahui dua bersaudara keturunan Aljazair kelahiran Prancis. Mereka beraksi dengan dalih membela kehormatan Nabi Muhammad yang dihina majalah Charlie Hebdo dengan kartun-kartun satirnya.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, Perdana Menteri Inggris, David Cameron dan Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi tampak di antara 44 pemimpin dunia yang melakukan aksi diam. Renzi mengatakan perang melawan terorisme akan dimenangkan oleh Eropa dari sisi politik dan ekonomi.
”Yang paling penting adalah nilai-nilai, budaya, cita-cita Eropa, dan itulah alasan kami berada di sini,” kata Renzi. PM Israel, Benjamin Netanyahu dan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas juga hadir.
”Dengan cara yang sama bahwa dunia beradab berdiri hari ini dengan Prancis melawan teror, sehingga harus berdiri dengan Israel melawan teror,” kata Netanyahu.
(mas)