Peran Polwan ISIS, dari Algojo hingga Atur Budak Seks
A
A
A
RAQQA - Para wanita militan ISIS di Raqqa, Suriah, membentuk polisi wanita (Polwan) rahasia bernama Brigade Al-Khansa. Peran para “Polwan” ISIS itu beragam, mulai dari algojo hingga mengelola para wanita yang dijadikan budak seks.
Brigade Al-Khansa terdiri dari sekitar 60 wanita yang salah satunya wanita cantik asal Glasgow, Aqsa Mahmood, 20. Secara umum, tugas para Brigade itu adalah patroli untuk menghukum setiap wanita di lingkungan ISIS yang salah.
Pemimpin Brigade itu diyakini seorang wanita bertubuh tinggi bernama Umm Hamza, yang dijuluki “The Algojo”.Puluhan wanita kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu juga aktif menggunakan media sosial untuk membanggakan diri sebagai anggota ISIS.
Melalui media sosial itu, mereka menyebarkan eksekusi, penganiyaaan, hingga perilaku budak seks di mana para korbannya adalah para wanita Yazidi yang mereka sandera. Para wanita Yazidi itu juga diperjual belikan layaknya budak.
Seorang anggota Brigade bernama Umm Farriss alias Umm Anwar, baru-baru ini memamerkan sebuah pertemuan dengan para wanita Yazidi yang dijadikan budak seks para militan ISIS.
Meskipun laporan terkait jumlah anggota Birgade Al-Khansa itu tidak bisa diverifikasi secara independen, namun kelompok peneliti Terrorism Research and Analysis Consortium (TRAC) meyakini mayoritas dari 60 anggota itu adalah warga Inggris.
Kelompok Brigade Al-Khansa itu juga memiliki aturan khusus dalam hal berpakaian. Yakni, diwajibkan mengenakan pakaian serba hitam termasuk sepatu. Setiap mereka keluar rumah juga harus disertai pendamping laki-laki.
Keberadaan Brigade Al-Khansa itu secara tersirat diungkapkan salah satu pemimpin ISIS, Abu Ahmad yang berbasis di Raqqa.”Kami telah menetapkan brigade untuk meningkatkan kesadaran agama kita di kalangan perempuan, dan untuk menghukum perempuan yang tidak mematuhi hukum,” katanya, seperti dikutip Daily Mail, semalam.
”Hanya ada perempuan di brigade ini, dan kami telah memberikan mereka fasilitas untuk mencegah pria dan wanita bercampur,” imbuh dia.
Nyali Ditakuti di Suriah
Nama Birgade Al-Khansa sejatinya bukan nama baru. Dalam sejarah, nama itu pernah dipopulerkan penyair kotemporer Arab, yang menceritakan kisah Nabi Muhammad, yang empat putranya diceritakan meninggal dalam pertempuran di Qadisiyyah. Secara harfiah, nama itu masuk dalam bahasa Arab klasik. Yakni, Al-Khansa yang berarti “ibu dari banyak martir”.
Setiap anggota Brigade Al-Khansa, dilaporkan dibayar gaji bulanan sebesar £100. Keberadaan Brigade Al-Khansa itu juga perna diungkap Abu Ibrahim Raqqawi, aktivis anti-ISIS di Raqqa pada September 2014.
”Hal yang paling sulit bagi kami adalah Brigade Al-Khansa. Saya tidak tahu siapa (anggota) dari Al-Khansa dan siapa yang tidak. Jadi ketika saya keluarkan ponsel saya dan saya mengambil foto dari kota saya tidak tahu apakah mereka sedang melihat saya atau tidak,” ujarnya.
”Jika Anda mengambil foto dan salah satu wanita dari Al-Khansa melihat Anda, mereka akan menangkap Anda segera, dan Anda akan dieksekusi segera. Ini adalah masalah besar bagi kami,” imbuh dia.
Abu Ibrahim menggambarkan, sebagian besar anggoota Al-Khansa adalah wanita asing asal Inggris, Amerika Serikat, Belanda, Chechnya.Meskipun mereka hanya bisa sedikit bahasa Arab, tapi nyali para anggota al-Khansa tak jauh beda dengan militan pria ISIS. Brigade itu ditakuti para wanita di Suriah.
Brigade Al-Khansa terdiri dari sekitar 60 wanita yang salah satunya wanita cantik asal Glasgow, Aqsa Mahmood, 20. Secara umum, tugas para Brigade itu adalah patroli untuk menghukum setiap wanita di lingkungan ISIS yang salah.
Pemimpin Brigade itu diyakini seorang wanita bertubuh tinggi bernama Umm Hamza, yang dijuluki “The Algojo”.Puluhan wanita kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu juga aktif menggunakan media sosial untuk membanggakan diri sebagai anggota ISIS.
Melalui media sosial itu, mereka menyebarkan eksekusi, penganiyaaan, hingga perilaku budak seks di mana para korbannya adalah para wanita Yazidi yang mereka sandera. Para wanita Yazidi itu juga diperjual belikan layaknya budak.
Seorang anggota Brigade bernama Umm Farriss alias Umm Anwar, baru-baru ini memamerkan sebuah pertemuan dengan para wanita Yazidi yang dijadikan budak seks para militan ISIS.
Meskipun laporan terkait jumlah anggota Birgade Al-Khansa itu tidak bisa diverifikasi secara independen, namun kelompok peneliti Terrorism Research and Analysis Consortium (TRAC) meyakini mayoritas dari 60 anggota itu adalah warga Inggris.
Kelompok Brigade Al-Khansa itu juga memiliki aturan khusus dalam hal berpakaian. Yakni, diwajibkan mengenakan pakaian serba hitam termasuk sepatu. Setiap mereka keluar rumah juga harus disertai pendamping laki-laki.
Keberadaan Brigade Al-Khansa itu secara tersirat diungkapkan salah satu pemimpin ISIS, Abu Ahmad yang berbasis di Raqqa.”Kami telah menetapkan brigade untuk meningkatkan kesadaran agama kita di kalangan perempuan, dan untuk menghukum perempuan yang tidak mematuhi hukum,” katanya, seperti dikutip Daily Mail, semalam.
”Hanya ada perempuan di brigade ini, dan kami telah memberikan mereka fasilitas untuk mencegah pria dan wanita bercampur,” imbuh dia.
Nyali Ditakuti di Suriah
Nama Birgade Al-Khansa sejatinya bukan nama baru. Dalam sejarah, nama itu pernah dipopulerkan penyair kotemporer Arab, yang menceritakan kisah Nabi Muhammad, yang empat putranya diceritakan meninggal dalam pertempuran di Qadisiyyah. Secara harfiah, nama itu masuk dalam bahasa Arab klasik. Yakni, Al-Khansa yang berarti “ibu dari banyak martir”.
Setiap anggota Brigade Al-Khansa, dilaporkan dibayar gaji bulanan sebesar £100. Keberadaan Brigade Al-Khansa itu juga perna diungkap Abu Ibrahim Raqqawi, aktivis anti-ISIS di Raqqa pada September 2014.
”Hal yang paling sulit bagi kami adalah Brigade Al-Khansa. Saya tidak tahu siapa (anggota) dari Al-Khansa dan siapa yang tidak. Jadi ketika saya keluarkan ponsel saya dan saya mengambil foto dari kota saya tidak tahu apakah mereka sedang melihat saya atau tidak,” ujarnya.
”Jika Anda mengambil foto dan salah satu wanita dari Al-Khansa melihat Anda, mereka akan menangkap Anda segera, dan Anda akan dieksekusi segera. Ini adalah masalah besar bagi kami,” imbuh dia.
Abu Ibrahim menggambarkan, sebagian besar anggoota Al-Khansa adalah wanita asing asal Inggris, Amerika Serikat, Belanda, Chechnya.Meskipun mereka hanya bisa sedikit bahasa Arab, tapi nyali para anggota al-Khansa tak jauh beda dengan militan pria ISIS. Brigade itu ditakuti para wanita di Suriah.
(mas)