Ini Presiden Kulit Putih Pertama di Afrika sejak Apartheid Tumbang
A
A
A
LUSAKA - Guy Scott menjadi presiden kulit putih pertama di benua Afrika sejak rezim Apartheid tumbang. Scott menggantikan Michael Sata sebagai Presiden Zambia.
Satta telah meninggal di London setelah sakit misterius, beberapa hari lalu. Sata, 77, presiden yang dijuluki "King Cobra" karena retorika tajamnya meninggal pada Selasa lalu di rumah sakit King Edward VII, London.
Para pejabat Zambia yang merahasiakan penyakit Sata, telah lama membantah bahwa Sata sakit. Bahkan, ketika mulai tak terlihat di hadapan publik, pejabat Zambia berdalih bahwa Sata sedang berlibur ke Israel dan tempat-tempat lainnya. (Baca: Sakit Misterius, Presiden Zambia Meninggal di London)
Media dan publik setempat yang kerap menanyakan alasan Sata meninggal di rumah sakit mewah di London, meluapkan kemarahannya karena pemerintah Zambia terus merahasiakan penyakit Sata.
“Mereka (pejabat Zambia) curang," kata Mundia Akapelwa, seorang ibu muda yang mengunjungi Pasar Soweto, Lusaka, yang berduka atas meninggalnya presiden Sata.
”Mereka tahu betul bahwa ia (Sata) akan mencari bantuan medis. Anda dapat menyembunyikan penyakit, tetapi Anda tidak dapat menyembunyikan kematian. Sekarang seluruh dunia tahu bahwa orang itu telah meninggal di rumah sakit,” kesal wanita itu.
Kini, Guy Scott, wakil Sata menjadi Presiden Zambia. Presiden kulit putih itu, seperti dikutip news.com.au, Kamis (30/10/2014) akan berkuasa setidaknya sampai 90 hari sampai Zambia menggelar Pemilu.
Satta telah meninggal di London setelah sakit misterius, beberapa hari lalu. Sata, 77, presiden yang dijuluki "King Cobra" karena retorika tajamnya meninggal pada Selasa lalu di rumah sakit King Edward VII, London.
Para pejabat Zambia yang merahasiakan penyakit Sata, telah lama membantah bahwa Sata sakit. Bahkan, ketika mulai tak terlihat di hadapan publik, pejabat Zambia berdalih bahwa Sata sedang berlibur ke Israel dan tempat-tempat lainnya. (Baca: Sakit Misterius, Presiden Zambia Meninggal di London)
Media dan publik setempat yang kerap menanyakan alasan Sata meninggal di rumah sakit mewah di London, meluapkan kemarahannya karena pemerintah Zambia terus merahasiakan penyakit Sata.
“Mereka (pejabat Zambia) curang," kata Mundia Akapelwa, seorang ibu muda yang mengunjungi Pasar Soweto, Lusaka, yang berduka atas meninggalnya presiden Sata.
”Mereka tahu betul bahwa ia (Sata) akan mencari bantuan medis. Anda dapat menyembunyikan penyakit, tetapi Anda tidak dapat menyembunyikan kematian. Sekarang seluruh dunia tahu bahwa orang itu telah meninggal di rumah sakit,” kesal wanita itu.
Kini, Guy Scott, wakil Sata menjadi Presiden Zambia. Presiden kulit putih itu, seperti dikutip news.com.au, Kamis (30/10/2014) akan berkuasa setidaknya sampai 90 hari sampai Zambia menggelar Pemilu.
(mas)