Dipenggal ISIS, Sotloff Jurnalis Humoris dan Mahir Bahasa Arab
A
A
A
WASHINGTON - Jurnalis Amerika Serikat (AS) kedua yang dipenggal algojo ISIS, Steven Sotloff dikenal sebagai jurnalis yang humoris dan mahir berbahasa Arab.
Kemahirannya berbahasa Arab, dan sikapnya yang sopan menjadi modal baginya untuk melakukan pendekatan dalam konlik Timur Tengah yang sangat sensitif.
Penilaian sosok Soloff itu muncul dari testimoni para jurnalis asing yang pernah bertemu Sotloff, sebelum akhirnya dia dipenggal algojo ISIS. (Baca: ISIS Penggal Jurnalis Kedua Amerika Steven Sotloff)
Pada Selasa lalu, ISIS atau kelompok Negara Islam Irak dan Suriah yang telah ganti nama menjadi Negara Islam atau IS merilis video pemenggalan Sotloff. Jurnalis berusia 31 tahun itu diculik Agustus 2013 saat melintasi perbatasan Turki dan Suriah.
Dia selama ini menjadi jurnalis lepas untuk TIME, Christian Science Monitor, dan World Journal. ”Sotloff kita kenal sebagai wartawan yang jujur dan bijaksana yang berusaha untuk memahami cerita dari sudut pandang daerah dan melaporkan temuannya secara lugas,” tulis World Journal bulan lalu. (Baca juga: Mengenal Steven Sotloff, Jurnalis Kedua AS yang Dipenggal ISIS)
Editor World Journal, David Kenner, mengatakan, Sotloff merupakan jurnalis berbakat.”Dia orang yang pemberani,” katanya. Rekan Sotloff, Tom Coghlan, juga mengagumi sosok Sotloff. ”Dia seorang penulis yang benar-benar baik dan jurnalis manusiawi.”
Rekan Sotloff lain yang bernama Entropi, menuliskan sosok Sotloff dalam akun Twitter-nya, Rabu (3/9/2014).”Dia teman baik, kawan yang lucu, dan rekan yang berani,” tulis dia. Selain, meliput di Suriah, Sotloff pernah meliput konflik di Mesir, dan Libya.
Jurnalis lepas, Fellow Ben Taub, mengatakan Sotloff sebenarnya ingin cuti tapi akhirnya pergi ke Suriah saat konflik di negara itu memanas. ”Dia bilang, bahwa dia mengejar cerita yang bagus,” kata Taub kepada Daily Beast.
“Dia mengalami langsung. Dia bisa berbahasa Arab. Dia berhati-hati. Dan dia bilang, dia sudah cukup,” lanjut Taub.
Kemahirannya berbahasa Arab, dan sikapnya yang sopan menjadi modal baginya untuk melakukan pendekatan dalam konlik Timur Tengah yang sangat sensitif.
Penilaian sosok Soloff itu muncul dari testimoni para jurnalis asing yang pernah bertemu Sotloff, sebelum akhirnya dia dipenggal algojo ISIS. (Baca: ISIS Penggal Jurnalis Kedua Amerika Steven Sotloff)
Pada Selasa lalu, ISIS atau kelompok Negara Islam Irak dan Suriah yang telah ganti nama menjadi Negara Islam atau IS merilis video pemenggalan Sotloff. Jurnalis berusia 31 tahun itu diculik Agustus 2013 saat melintasi perbatasan Turki dan Suriah.
Dia selama ini menjadi jurnalis lepas untuk TIME, Christian Science Monitor, dan World Journal. ”Sotloff kita kenal sebagai wartawan yang jujur dan bijaksana yang berusaha untuk memahami cerita dari sudut pandang daerah dan melaporkan temuannya secara lugas,” tulis World Journal bulan lalu. (Baca juga: Mengenal Steven Sotloff, Jurnalis Kedua AS yang Dipenggal ISIS)
Editor World Journal, David Kenner, mengatakan, Sotloff merupakan jurnalis berbakat.”Dia orang yang pemberani,” katanya. Rekan Sotloff, Tom Coghlan, juga mengagumi sosok Sotloff. ”Dia seorang penulis yang benar-benar baik dan jurnalis manusiawi.”
Rekan Sotloff lain yang bernama Entropi, menuliskan sosok Sotloff dalam akun Twitter-nya, Rabu (3/9/2014).”Dia teman baik, kawan yang lucu, dan rekan yang berani,” tulis dia. Selain, meliput di Suriah, Sotloff pernah meliput konflik di Mesir, dan Libya.
Jurnalis lepas, Fellow Ben Taub, mengatakan Sotloff sebenarnya ingin cuti tapi akhirnya pergi ke Suriah saat konflik di negara itu memanas. ”Dia bilang, bahwa dia mengejar cerita yang bagus,” kata Taub kepada Daily Beast.
“Dia mengalami langsung. Dia bisa berbahasa Arab. Dia berhati-hati. Dan dia bilang, dia sudah cukup,” lanjut Taub.
(mas)