Tuduh Korsel lamban, kerabat korban tragedi kapal emosi
A
A
A
Sindonews.com – Para kerabat korban tragedi kapal feri di Korea Selatan (Korsel), yang ratusan penumpangnya masih dinyatakan hilang meluapkan emosinya. Mereka menuduh tim penyelamat dari Pemerintah Korsel bekerja lamban.
Sejak kapal feri yang membawa 475 penumpang dan awak tenggelam kemarin, sudah sembilan orang ditemukan hari ini (17/4/2014) dalam kondisi tidak bernyawa.
Pemerintah Korsel mengklaim sudah 24 jam melakukan pencarian para korban. Namun, derasnya arus laut di lepas pantai selatan Korsel menghambat tim penyelamat.
”Saya benar-benar marah dengan pemerintah (Korsel),” kata Kwak Hyun, seorang ibu yang putrinya menjadi penumpang kapal maut itu. Putrinya menjadi salah satu dari 340 pelajar lain yang melakukan perjalanan wisata bersama guru mereka. ”Tidak ada artinya hidup tanpa putri saya,” lanjut Kwak, kepada Reuters.
Menteri Keamanan Umum Korsel, Kang Byung-kyu, mengklaim pemerintah sudah berupaya maksimal untuk terus mencari para penumpang kapal.
“Kami melakukan pencarian di bawah air laut lima kali sejak tengah malam sampai pagi, tapi arus yang kuat dan kondisi air yang keruh menjadi hambatan besar,” ujar Byung-kyu.
Sejak kapal feri yang membawa 475 penumpang dan awak tenggelam kemarin, sudah sembilan orang ditemukan hari ini (17/4/2014) dalam kondisi tidak bernyawa.
Pemerintah Korsel mengklaim sudah 24 jam melakukan pencarian para korban. Namun, derasnya arus laut di lepas pantai selatan Korsel menghambat tim penyelamat.
”Saya benar-benar marah dengan pemerintah (Korsel),” kata Kwak Hyun, seorang ibu yang putrinya menjadi penumpang kapal maut itu. Putrinya menjadi salah satu dari 340 pelajar lain yang melakukan perjalanan wisata bersama guru mereka. ”Tidak ada artinya hidup tanpa putri saya,” lanjut Kwak, kepada Reuters.
Menteri Keamanan Umum Korsel, Kang Byung-kyu, mengklaim pemerintah sudah berupaya maksimal untuk terus mencari para penumpang kapal.
“Kami melakukan pencarian di bawah air laut lima kali sejak tengah malam sampai pagi, tapi arus yang kuat dan kondisi air yang keruh menjadi hambatan besar,” ujar Byung-kyu.
(mas)