Amnesty Internasional: 1.000 orang tewas dalam pertikaian di Bangui
A
A
A
Sindonews.com – Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM), Amnesty International menyatakan pada Kamis (19/12/2013), bahwa hampir 1.000 orang telah tewas akibat pertikaian antara milisi Kristen dan Islam di Republik Afrika Tengah (CAR) selama dua pekan terakhir.
Jumlah ini lebih besar dari perkiraan PBB, yang sebelumnya menyebut jumlah korban jiwa menyentuh angka 600 jiwa. “Mantan pemberontak Seleka melakukan pembalasan, setelah milisi Kristen yang dikenal dengan nama Anti-Balaka mendatangi rumah-rumah dan membunuh sekitar 60 warga Muslim,” sebut laporkan Amnesty International.
“Informasi yang dikumpulkan telah menanggalkan keraguan, bahwa kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan sedang dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam konflik," kata Christian Mukosa, pakar masalah Afrika Tengah dari Amnesty International.
Meski Perancis telah mengirim 1.600 tentaranya untuk memulihkan kedaan di bekas koloni mereka, namun pembunuhan penduduk sipil masih terus terjadi setiap hari. “Meskipun ada intervensi asing, namun warga sipil tetap dibunuh setiap hari, dengan setidaknya 90 orang tewas sejak 8 Desember lalu," lanjut laporan Amnesty International.
Organisasi HAM lainnya, Human Rights Watch (HRW), menyatakan, bahwa intervensi Perancis harus didukung oleh negara-negara lain. "Pembunuhan brutal di Republik Afrika Tengah menciptakan siklus pembunuhan dan pembalasan yang mengancam untuk lepas dari kontrol," kata Peter Bouckaert, staf HRW.
Jumlah ini lebih besar dari perkiraan PBB, yang sebelumnya menyebut jumlah korban jiwa menyentuh angka 600 jiwa. “Mantan pemberontak Seleka melakukan pembalasan, setelah milisi Kristen yang dikenal dengan nama Anti-Balaka mendatangi rumah-rumah dan membunuh sekitar 60 warga Muslim,” sebut laporkan Amnesty International.
“Informasi yang dikumpulkan telah menanggalkan keraguan, bahwa kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan sedang dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam konflik," kata Christian Mukosa, pakar masalah Afrika Tengah dari Amnesty International.
Meski Perancis telah mengirim 1.600 tentaranya untuk memulihkan kedaan di bekas koloni mereka, namun pembunuhan penduduk sipil masih terus terjadi setiap hari. “Meskipun ada intervensi asing, namun warga sipil tetap dibunuh setiap hari, dengan setidaknya 90 orang tewas sejak 8 Desember lalu," lanjut laporan Amnesty International.
Organisasi HAM lainnya, Human Rights Watch (HRW), menyatakan, bahwa intervensi Perancis harus didukung oleh negara-negara lain. "Pembunuhan brutal di Republik Afrika Tengah menciptakan siklus pembunuhan dan pembalasan yang mengancam untuk lepas dari kontrol," kata Peter Bouckaert, staf HRW.
(esn)