Kenang penembakan, Malala: Saya belum layak dapat nobel
A
A
A
Sindonews.com – Hari ini (9/10/2013), tepat satu tahun kepala Malala Yousafzai, 16, gadis Pakistan ditembak militan Taliban. Pada momen setahun penembakan itu pula, Malala dinominasikan sebagai calon penerima nobel.
Namun, Malala yang telah meluncurkan buku berupa memoar penembakan yang dialaminya itu, mengaku dia belum pantas untuk menerima nobel. Dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Pakistan, City89 FM , Malala ingin terus mengkampanyekan pendidikan untuk anak-anak perempuan di Pakistan.
”Ada banyak orang yang berhak menerima Nobel Perdamaian dan saya berpikir bahwa saya masih harus bekerja banyak. Menurut pendapat saya, saya tidak melakukan banyak dan belum layak untuk memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian,” ujarnya.
Setahun lalu, gadis itu ditembak di bagian kepalanya oleh militan Taliban saat naik bus, dalam perjalanan pulang sekolah ke rumahnya. Malala kemudian dibawa ke Inggris untuk dioperasi, dan nyawanya berhasil diselamatkan.
Saat ini, dia dan keluarganya menetap di Birmingham, Inggris. Dia beberapa hari lalu, kembali mendapat ancaman dari Taliban, bahwa dia akan dibunuh. Juru bicara Taliban Pakistan, Shahidullah Shahid, berbicara via telepon kepada The Telegraph, bahwa Malala tetap tidak akan aman. ”Kami tidak menentang Malala sendiri, tetapi kami menentang ideologinya,” ujar Shahid.
”Siapapun yang kampanye melawan agama dan mengkritik Islam, seperti yang ia lakukan dengan ideologi sekulernya, adalah musuh kita dan jadi kita akan menargetkan lagi, dan lagi,” imbuh Shahid.
”Dia menyerang Islam, jadi kami mencoba untuk membunuhnya, dan jika kita mendapatkan kesempatan lain, kita pasti akan membunuhnya dan itu akan membuat kita merasa bangga. Islam melarang membunuh wanita, tapi kecuali yang mendukung orang-orang kafir, dalam perang melawan agama kami,” imbuh Shahid.
Setahun setelah penembakan, kasus itu tidak pernah ditangani aparat keamanan Pakistan. Mereka takut dengan ancaman Taliban, jika berani memproses tindakan penembakan tersebut.
”Insiden serangan pada dirinya satu tahun yang lalu tak terlupakan. Pendidikan adalah hidup kita dan Malala mengangkat suaranya untuk itu, jadi kami sangat menyukainya,” kata Humera Khan, salah seorang warga Pakistan.
Namun, Malala yang telah meluncurkan buku berupa memoar penembakan yang dialaminya itu, mengaku dia belum pantas untuk menerima nobel. Dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Pakistan, City89 FM , Malala ingin terus mengkampanyekan pendidikan untuk anak-anak perempuan di Pakistan.
”Ada banyak orang yang berhak menerima Nobel Perdamaian dan saya berpikir bahwa saya masih harus bekerja banyak. Menurut pendapat saya, saya tidak melakukan banyak dan belum layak untuk memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian,” ujarnya.
Setahun lalu, gadis itu ditembak di bagian kepalanya oleh militan Taliban saat naik bus, dalam perjalanan pulang sekolah ke rumahnya. Malala kemudian dibawa ke Inggris untuk dioperasi, dan nyawanya berhasil diselamatkan.
Saat ini, dia dan keluarganya menetap di Birmingham, Inggris. Dia beberapa hari lalu, kembali mendapat ancaman dari Taliban, bahwa dia akan dibunuh. Juru bicara Taliban Pakistan, Shahidullah Shahid, berbicara via telepon kepada The Telegraph, bahwa Malala tetap tidak akan aman. ”Kami tidak menentang Malala sendiri, tetapi kami menentang ideologinya,” ujar Shahid.
”Siapapun yang kampanye melawan agama dan mengkritik Islam, seperti yang ia lakukan dengan ideologi sekulernya, adalah musuh kita dan jadi kita akan menargetkan lagi, dan lagi,” imbuh Shahid.
”Dia menyerang Islam, jadi kami mencoba untuk membunuhnya, dan jika kita mendapatkan kesempatan lain, kita pasti akan membunuhnya dan itu akan membuat kita merasa bangga. Islam melarang membunuh wanita, tapi kecuali yang mendukung orang-orang kafir, dalam perang melawan agama kami,” imbuh Shahid.
Setahun setelah penembakan, kasus itu tidak pernah ditangani aparat keamanan Pakistan. Mereka takut dengan ancaman Taliban, jika berani memproses tindakan penembakan tersebut.
”Insiden serangan pada dirinya satu tahun yang lalu tak terlupakan. Pendidikan adalah hidup kita dan Malala mengangkat suaranya untuk itu, jadi kami sangat menyukainya,” kata Humera Khan, salah seorang warga Pakistan.
(mas)