Aktivis veteran sebut Myanmar masih butuh oposisi
A
A
A
Sindonews.com - Dipenjara hampir dua dekade karena melawan junta, veteran pembangkang, Win Tin, mengatakan, gerakan pro-demokrasi Myanmar jangn lupa perannya sebagai oposisi, meski negara itu mengalami perubahan politik yang dramatis.
Win Tin dibebaskan pada 2008, setelah Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang ia dirikan 25 tahun yang lalu sukses mengantarkan Aung San Suu Kyi ke tampuk kekuasaan politik yang sah di Parlemen. Suu Kyi juga mengincar kursi presiden untuk tahun 2015, terlihat duduk bersama jenderal di sebuah parade militer pada Maret silam.
Tapi Win Tin, 84, mengkritik, bahwa ada keraguan dalam strategi partainya. ”Dia (Suu Kyi) adalah pemimpin tertinggi dan seorang pemimpin yang sangat mampu. Dia adalah satu-satunya yang dapat menjaga Myanmar bersatu dan yang bisa membawa demokrasi,” katanya dalam sebuah wawancara dengan AFP di rumahnya, di Yangon.
”Kita harus mendukung, tapi kita tidak boleh lupa kita berada di pihak oposisi,” lanjut Win Tin. ”Dia ingin menjadi presiden setelah Pemilu. Orang-orang tampaknya berpikir tidak akan ada pertentangan. Tapi, saya tidak dapat menerima gagasan itu."
Pemerintah Presiden Thein Sein mengambil kekuasaan pada Maret 2011 dari otortiter pemerintahan militer. Suu Kyi yang saat itu menjalani tahanan rumah, dibebaskan dan terpilih sebagai anggota parlemen.
Win Tin mengkritik sikap Suu Kyi yang mau duduk berdampingan di parlemen dengan beberapa mantan penculiknya tanpa menunjukkan adanya rasa keprihatinan yang jelas. ”Dia adalah binatang politik,” sebut dia.
Win Tin dibebaskan pada 2008, setelah Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang ia dirikan 25 tahun yang lalu sukses mengantarkan Aung San Suu Kyi ke tampuk kekuasaan politik yang sah di Parlemen. Suu Kyi juga mengincar kursi presiden untuk tahun 2015, terlihat duduk bersama jenderal di sebuah parade militer pada Maret silam.
Tapi Win Tin, 84, mengkritik, bahwa ada keraguan dalam strategi partainya. ”Dia (Suu Kyi) adalah pemimpin tertinggi dan seorang pemimpin yang sangat mampu. Dia adalah satu-satunya yang dapat menjaga Myanmar bersatu dan yang bisa membawa demokrasi,” katanya dalam sebuah wawancara dengan AFP di rumahnya, di Yangon.
”Kita harus mendukung, tapi kita tidak boleh lupa kita berada di pihak oposisi,” lanjut Win Tin. ”Dia ingin menjadi presiden setelah Pemilu. Orang-orang tampaknya berpikir tidak akan ada pertentangan. Tapi, saya tidak dapat menerima gagasan itu."
Pemerintah Presiden Thein Sein mengambil kekuasaan pada Maret 2011 dari otortiter pemerintahan militer. Suu Kyi yang saat itu menjalani tahanan rumah, dibebaskan dan terpilih sebagai anggota parlemen.
Win Tin mengkritik sikap Suu Kyi yang mau duduk berdampingan di parlemen dengan beberapa mantan penculiknya tanpa menunjukkan adanya rasa keprihatinan yang jelas. ”Dia adalah binatang politik,” sebut dia.
(esn)