April mendatang, Perancis akan mulai tarik pasukan dari Mali
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan, pasukannya akan mulai menarik diri dari Mali pada April mendatang.
“Invasi Perancis di Mali akan berlangsung sampai Maret dan April. Dan, akan ada penurunan jumlah tentara Perancis di Mali, ketika pasukan Afrika akan mengambil alih peranan, didukung oleh orang Eropa," kata Hollande, Rabu (6/3/2013).
Sementara itu, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor Hollande, seorang sersan dari Resimen Artileri ke-68 di Afrika kehilangan nyawanya. Tentara ini tewas ketika terjadi bentrokan dengan pejuang lokal, sekitar 100 kilometer dari kota Gao, sebelah utara Mali.
Sekitar 4.000 pasukan Prancis telah dikirim ke Mali sejak Perancis melancarkan perang di negara Afrika Barat pada 11 Januari silam. Invasi militer Perancis ini dilakukan untuk menghentikan kaum militan Islam yang telah menguasai wilayah utara Mali.
Invasi militer di Mali yang dipimpin Perancis itu telah menyebabkan krisis kemanusiaan serius di wilayah utara negara itu dan telah menyebabkan ribuan orang mengungsi. Saat ini, para pengungsi itu hidup dalam kondisi menyedihkan.
Pada awal Februari silam, kelompok penggiat HAM, Amnesty International mengecam pelanggaran HAM, termasuk pembunuhan tiga orang anak dalam invasi militer Perancis di Mali. “Ada bukti, bahwa setidaknya lima warga sipil, termasuk tiga anak tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh pasukan Perancis melawan pejuang lokal,” sebut laporan Amnesty International.
“Invasi Perancis di Mali akan berlangsung sampai Maret dan April. Dan, akan ada penurunan jumlah tentara Perancis di Mali, ketika pasukan Afrika akan mengambil alih peranan, didukung oleh orang Eropa," kata Hollande, Rabu (6/3/2013).
Sementara itu, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor Hollande, seorang sersan dari Resimen Artileri ke-68 di Afrika kehilangan nyawanya. Tentara ini tewas ketika terjadi bentrokan dengan pejuang lokal, sekitar 100 kilometer dari kota Gao, sebelah utara Mali.
Sekitar 4.000 pasukan Prancis telah dikirim ke Mali sejak Perancis melancarkan perang di negara Afrika Barat pada 11 Januari silam. Invasi militer Perancis ini dilakukan untuk menghentikan kaum militan Islam yang telah menguasai wilayah utara Mali.
Invasi militer di Mali yang dipimpin Perancis itu telah menyebabkan krisis kemanusiaan serius di wilayah utara negara itu dan telah menyebabkan ribuan orang mengungsi. Saat ini, para pengungsi itu hidup dalam kondisi menyedihkan.
Pada awal Februari silam, kelompok penggiat HAM, Amnesty International mengecam pelanggaran HAM, termasuk pembunuhan tiga orang anak dalam invasi militer Perancis di Mali. “Ada bukti, bahwa setidaknya lima warga sipil, termasuk tiga anak tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh pasukan Perancis melawan pejuang lokal,” sebut laporan Amnesty International.
(esn)