Abe prioritaskan diplomasi dengan China
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintahan Jepang yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe bakal memprioritaskan diplomasi dengan China dalam beberapa tahun mendatang. Itu berkaitan dengan memanasnya hubungan kedua negara dalam memperebutkan kepulauan di Laut China Timur.
Penegasan tersebut diungkapkan penasihat khusus PM Abe, Shotaro Yachi, dalam wawancara dengan kantor berita Kyodo. Mantan wakil menteri luar negeri yang merupakan otak di belakang kebijakan diplomasi Abe itu menekankan perlunya perundingan di berbagai tingkat untuk membahas ketegangan teritorial.
”China tetap menjadi negara paling penting di antara negara lain yang menjadi kunci bagi diplomasi strategis Jepang,” kata Yachi.”Bagaimana mengelola hubungan dengan China bakal menjadi isu terbesar bagi diplomasi Jepang pada abad ini. Karena itu, sangat penting bagi kita berunding satu sama lain dengan tenang di berbagai tingkatan dan menahan diri dari berbagai tindakan provokatif,” imbuhnya.
Terkait dengan penguncian radar oleh kapal militer China terhadap kapal perusak Jepang di Laut China Timur, Yachi menjelaskan bahwa penggunaan radar itu merupakan tindakan yang sangat berbahaya dan melanggar hukum internasional.
”Ketegangan dengan China bukan argumen yang dianggap valid secara internasional,” kataYachi. Sebenarnya harapan mengenai menurunnya ketegangan antarkedua negara tetap ada. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) antar pemimpin kedua negara bakal digelar setelah pelantikan Wakil Presiden China Xi Jinping menjadi presiden pada Maret mendatang. Xi diperkirakan bakal membahas mengenai kepulauan sengketa dengan PM Abe.
Sementara, popularitas PM Jepang Shinzo Abe menunjukkan peningkatan yang berarti setelah satu bulan berkuasa. Jajak pendapat yang digelar Yomiuri Shimbun menyebutkan, popularitas kabinet Abe mencapai 70%.Popularitas yang naik itu berkait dengan ketegasan Abe dalam menghadapi sikap provokatif China dan kebijakan stimulus ekonomi yang dikenal dengan “Abenomic”.
Sebagai perbandingan, pada Januari silam, popularitas Abe hanya 68%. Jajak pendapat Yomiuri mencatat 58% responden mendukung kesepakatan pemerintah dengan Bank of Japan. 56% responden mendukung rencana Abe untuk menstimulasi ekonomi dengan membuka belanja publik. Dukungan terhadap Abe cukup impresif bagi pemimpin Negeri Sakura yang kerap berganti-ganti PM.
Penegasan tersebut diungkapkan penasihat khusus PM Abe, Shotaro Yachi, dalam wawancara dengan kantor berita Kyodo. Mantan wakil menteri luar negeri yang merupakan otak di belakang kebijakan diplomasi Abe itu menekankan perlunya perundingan di berbagai tingkat untuk membahas ketegangan teritorial.
”China tetap menjadi negara paling penting di antara negara lain yang menjadi kunci bagi diplomasi strategis Jepang,” kata Yachi.”Bagaimana mengelola hubungan dengan China bakal menjadi isu terbesar bagi diplomasi Jepang pada abad ini. Karena itu, sangat penting bagi kita berunding satu sama lain dengan tenang di berbagai tingkatan dan menahan diri dari berbagai tindakan provokatif,” imbuhnya.
Terkait dengan penguncian radar oleh kapal militer China terhadap kapal perusak Jepang di Laut China Timur, Yachi menjelaskan bahwa penggunaan radar itu merupakan tindakan yang sangat berbahaya dan melanggar hukum internasional.
”Ketegangan dengan China bukan argumen yang dianggap valid secara internasional,” kataYachi. Sebenarnya harapan mengenai menurunnya ketegangan antarkedua negara tetap ada. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) antar pemimpin kedua negara bakal digelar setelah pelantikan Wakil Presiden China Xi Jinping menjadi presiden pada Maret mendatang. Xi diperkirakan bakal membahas mengenai kepulauan sengketa dengan PM Abe.
Sementara, popularitas PM Jepang Shinzo Abe menunjukkan peningkatan yang berarti setelah satu bulan berkuasa. Jajak pendapat yang digelar Yomiuri Shimbun menyebutkan, popularitas kabinet Abe mencapai 70%.Popularitas yang naik itu berkait dengan ketegasan Abe dalam menghadapi sikap provokatif China dan kebijakan stimulus ekonomi yang dikenal dengan “Abenomic”.
Sebagai perbandingan, pada Januari silam, popularitas Abe hanya 68%. Jajak pendapat Yomiuri mencatat 58% responden mendukung kesepakatan pemerintah dengan Bank of Japan. 56% responden mendukung rencana Abe untuk menstimulasi ekonomi dengan membuka belanja publik. Dukungan terhadap Abe cukup impresif bagi pemimpin Negeri Sakura yang kerap berganti-ganti PM.
(esn)